Home / Rumah Tangga / Karma untuk Suami Pelit / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Karma untuk Suami Pelit: Chapter 101 - Chapter 110

231 Chapters

101. Siapa Dia?

[Jangan lupa hari ini kita jadwal fitting baju, Dek.]Aku menghentikan jemari yang sedang mencoret di atas kertas ketika ponselku menyala. Sebuah pesan dari Mas Nathan masuk. Astaga, aku hampir lupa kalau hari ini harus pergi bersama Mas Nathan untuk fitting baju pengantin kami.[Aku ingat kok, Mas. Ini juga lagi nunggu, Mas Nathan mau jemput jam berapa?]Balasku dengan pura-pura tidak lupa, supaya tidak mendapat protes dari calon Suamiku itu.[Satu jam lagi Mas ke sana.]Balasnya singkat. Aku tahu pasti Mas Nathan tengah sibuk. Kalau dia tidak sibuk, pasti akan menelepon bukan mengirim pesan singkat.[Iya Mas, aku tunggu.]Setelah itu aku letakkan kembali ponsel di samping kananku. Lalu kulanjutkan mencoret di atas kertas. Aku sedang mengerjakan sebuah desain baju pesanan salah satu pelangganku. Kuusahakan sebelum Mas Nathan datang desainnya sudah jadi supaya aku bisa mengirimnya pada pelangganku dan meminta pendapat. Apakah dia suka atau tidak. Jika suka, maka aku akan langsung memb
last updateLast Updated : 2022-12-13
Read more

102. Tidak Mau Bicara

"Ya sudah, Mas percaya. Kalau dia menghubungi lagi, biar Mas yang bicara.""Makasih atas pengertiannya." Aku tersenyum lega, Mas Nathan benar-benar pengertian, semula kukira dia mau mencurigaiku. Meski begitu aku harus tetap menghormatinya dan menjaga perasaannya.Hingga aku selesai fitting baju, Joan tidak ada lagi menghubungiku. Padahal sepertinya Mas Nathan sedang menunggu pria itu menelepon lagi. Entah apa yang akan di katakan Mas Nathan pada Joan. Mudah-mudahan calon suamiku bisa bijaksana. Aku sendiri mengakui, bahwa tidak bisa tegas dalam hal ini. Seharusnya aku bisa mengambil sikap pada Joan. Meski beberapa hari ini aku juga sudah menghindarinya dan memberi pengertian bahwa aku akan segera menikah. Entah aku yang kurang bisa meyakinkan atau memang Joan yang keras kepala, hingga perselisihan secara tidak langsung ini terjadi."Apa dia tahu aku yang akan menerima teleponnya, hingga dia tidak muncul lagi?" tanya Mas Nathan ketika kami sudah kembali berada dalam mobil."Sudahlah,
last updateLast Updated : 2022-12-14
Read more

103. Aku Bukan yang Terbaik

Hari ini butik kedatangan pelanggan setia yang hampir tiap bulan datang untuk berbelanja atau sekedar melihat-lihat. Bu Anita. Akan tetapi, kedatangan wanita itu saat ini membuatku ketar-ketir. Sikap Joan akhir-akhir ini, yang menyebabkan aku jadi tidak enak terhadap Bu Anita.Awalnya aku meminta salah satu pegawai butik untuk melayani Bu Anita. Maklumlah, Ibu yang satu ini selalu ingin mendapatkan barang yang sempurna. Dia sangat teliti ketika memilih baju yang diinginkan. Dari mulai jahitan ataupun variasi, termasuk warna. Yang terakhir ini yang sangat sulit, wanita yang hampir setiap bulan membeli baju itu kesulitan memilih warna berbeda dari baju sebelumnya. Alhasil ada beberapa warna yang dipilih ulang. Warna kesukaan Bu Anita sendiri adalah warna-warna yang cerah. Pada umumnya, ibu-ibu lain akan memilih warna yang lebih kalem. Tapi berbeda dengan wanita yang satu ini, mungkin saking ingin terlihat glamor hingga ia memilih warna-warna terang dan cerah sebagai warna favoritnya.
last updateLast Updated : 2022-12-15
Read more

104. Pertemuan Pertama

Aku berjalan ke arah meja kasir di mana terdapat undangan yang memang sudah siap disebar. Rencananya memang undangan itu akan diberikan pada beberapa pelanggan butik. Kuambil satu lalu menyelipkannya di paper bag milik wanita itu."Saya tunggu kedatangannya, ya, Bu," ucapku sambil menyerahkan paper bag pada Bu Anita setelah wanita itu membayar pada Gina."Saya usahakan untuk datang, tapi saya tidak janji." Bu Anita tersenyum sambil menerima belanjaannya. Aku tahu wanita itu kecewa atas penolakanku.Langkahnya terlihat berat meninggalkan butik. Aku melihatnya dengan perasaan sedikit tidak enak. Tapi mau bagaimana lagi, soal perasaan tidak bisa dipaksakan.'Maaf sudah mengecewakanmu, Bu Anita. Andai saja dulu Ibu bersikap baik padaku,' gumamku dalam hati.Setelah Bu Anita tidak terlihat, aku segera menghubungi Meti untuk meminta dia mengundang di grup alumni SMA."Tapi ini masih satu minggu lagi, Lis. Bukankah kamu takut teman-teman lupa lagi tanggalnya kalau ngundang kejauhan?""Nggak
last updateLast Updated : 2022-12-16
Read more

105. Hari Bahagia

"Sah!" "Sah!""Alhamdulillah."Suara dua orang saksi lantang mengucapkan kata sah, diikuti oleh para hadirin yang berada di sekitar meja akad. Kuucapkan kata alhamdulillah sambil mengusap dada yang bergemuruh, entah apa yang kurasakan saat ini. Meskipun ini bukan yang pertama kalinya aku dihalalkan oleh seorang pria, namun rasanya sangat berbeda. Selesai berdoa, Mas Nathan menggeser duduknya. Tanpa dikomando lagi aku meraih tangannya, kucium dengan takjim. Ini bakti pertama sebagai seorang istri setelah beberapa detik yang lalu Mas Nathan resmi menghalalkan aku. Bahkan di antara teman-teman SMA yang hadir, banyak yang meledek. Begitupun dengan teman-teman semasa kuliah, ada beberapa saja kebetulan ada di kota yang sama. Semuanya tidak ada yang bisa menahan kejahilan mereka. Jika ditanya rasanya bagaimana, tentu saja aku tidak bisa mengungkapkan dengan kata-kata. Bahagia dan tidak percaya bercampur menjadi satu. Hari ini aku resmi menjadi nyonya Nathan Sadewa, seorang pengusaha di b
last updateLast Updated : 2022-12-17
Read more

106. Halal

"Ayo, Sayang." Mas Nathan kembali meraih tanganku dan memintaku untuk melanjutkan langkah. Sebenarnya aku tidak enak meninggalkan Mbak Nadia yang masih berada di bawah tangga."Ayo!" Karena aku bergeming, Mas Nathan kembali mengajak. Akhirnya setelah menganggukkan kepala pada Mbak Nadia sebagai pertanda ucapan permisi, aku pun kembali melangkah hingga sampai ke lantai dua. Kemudian lanjut menuju lantai tiga.Lantai tiga ini bisa dibilang ruang pribadi Mas Nathan. Hanya orang-orang tertentu saja yang bisa masuk ke sini selain para pelayan yang bertugas membersihkan ruangan ini.Begitu menginjakkan kaki ke lantai tiga, sontak saja mulutku terbuka. Apa aku tidak sedang bermimpi? Ruangan ini didekorasi dengan warna putih yang mendominasi serta beberapa bunga berwarna merah di bagian-bagian tertentu."Apa ini tidak salah, Mas? Aku seperti memasuki area gedung tadi lagi." Kuedarkan pandangan menyapu setiap sudut."Tidak. Aku memang sengaja mendesain ruangan ini supaya mirip dengan gedung ta
last updateLast Updated : 2022-12-18
Read more

107.Mangsa Baru

Pov Alin[Mas, kenapa teleponku tidak diangkat, pesanku juga dari kemarin tidak dibalas. Apa Mas Dodi sudah bosan padaku, atau ada yang baru?]Kukirimkan pesan tersebut entah untuk yang ke berapa kalinya. Sudah beberapa hari ini Mas Dodi tidak pernah mengangkat teleponku lagi, bahkan pesan yang kukirim tidak pernah terbaca apalagi dibalas.Sejak pertemuanku dengan Lisa di restoran tempo hari, Mas Dodi jadi berubah. Atau jangan-jangan si Lisa berulah. Karena saat itu dia malah merencanakan makan malam dengan Mas Dodi dan istrinya. Aku Jadi curiga, jangan-jangan Lisa memberitahu perihal hubungan kami.Kalau begitu aku harus menyelidikinya. Besok akan kudatangi Mas Dodi di kantornya, mudah-mudahan pria itu mau menemuiku. Tapi aku tidak boleh memberi tahu dia, siapa tahu Mas Dodi malah menghindar.***Malam ini aku bosan sendirian di kamar kos. Biasanya Mas Dodi mengajakku keluar paling tidak seminggu tiga kali. Tapi sudah lebih dari seminggu ini, jangankan jalan, membalas pesan pun tidak
last updateLast Updated : 2022-12-19
Read more

108. Memilih Karir

Tak disangka, ketika Dika mau mengantarku pulang, aku berpapasan dengan orang yang selama satu minggu ini sulit kuhubungi. Mas Dodi juga sedang menuju pintu keluar. Di tangannya, seorang wanita berhijab bergelayut manja. Dari ciri-cirinya, aku yakin wanita itu adalah istrinya."Dika?!"Tak kusangka Mas Dodi menyapa Dika, rupanya mereka saling kenal. Ternyata dunia terlalu sempit hingga aku harus berhubungan dengan orang-orang yang saling kenal."Pak Dodi di sini juga?" tanya Dika sambil menyodorkan tangannya. Mereka bersalaman. Aku bingung harus bersikap bagaimana menghadapi dua pria ini. Mau marah pada Mas Dodi, tapi tidak mungkin di depan istrinya dan juga Dika. Mau pura-pura tidak peduli, nyatanya hatiku berontak."Kebetulan kami ingin cari angin segar dan kafe ini menjadi pilihan.""Tempat ini memang cocok untuk sekedar nongkrong atau cari angin segar." Keduanya nampak akrab."Nggak dikenalin, Dik?" Mas Dodi memberikan isyarat dengan matanya sambil melirikku."Ini Alin, aku juga b
last updateLast Updated : 2022-12-20
Read more

109. Putus

"Aku tidak ingin mengorbankan karier dan masa depanku."Sampai di sini aku paham. Mas Dodi lebih memilih karir dan keluarganya. Baiklah. Bagiku tidak masalah. "Oke, kalau itu keputusan Mas Dodi." aku menarik badan dan bersandar pada kursi sambil mengibaskan rambut. Ingin menegaskan pada Mas Dodi kalau aku baik-baik saja dan tidak akan menderita ketika dia lebih memilih istri dan karirnya."Kamu tidak ingin aku perjuangkan?" Pertanyaan Mas Dodi membuatku beralih dari gelas minuman ke wajahnya."Memperjuangkan? Maksud Mas Dodi apa?"Sudah jelas tadi mas Dodi memilih karir dan istrinya. Tapi sekarang aku harus minta diperjuangkan juga?"Aku bisa meninggalkannya demi kamu," ucapnya serius.Enteng sekali Mas Dodi mengatakan bisa meninggalkan istrinya demi aku. Setelah dia lepas dari wanita itu otomatis dia juga akan lepas dari pekerjaannya. Lalu apa yang aku harapkan dari pria pengangguran?"Aku nggak apa-apa. Aku akan baik-baik saja tanpa Mas Dodi." Kupasang senyum se-natural mungkin."T
last updateLast Updated : 2022-12-21
Read more

110. Jujur

Aku merasa lega setelah memblokir nomor Mas Dodi. Pria itu tidak akan bisa menggangguku lagi kecuali dia mengganti nomornya. Tapi sepertinya Mas Dodi tidak akan mungkin melakukan itu, sebab akan menimbulkan kecurigaan orang-orang sekitarnya terutama istrinya. Kecuali Mas Dodi punya nomor baru yang digunakan pada ponsel lain dan tentu saja harus digunakan secara sembunyi-sembunyi dari istrinya. Ribet.Komunikasiku dengan Mas Dika sendiri berjalan lancar. Pria itu ternyata cukup intens bertanya kabar. Aku sempat heran karena Mas Dika tidak pernah beralasan sibuk hingga kapan saja aku menghubunginya pasti langsung dibalas. Aku jadi bertanya-tanya bagaimana pria ini bekerja jika setiap waktu ia hanya memandangi ponselnya. Tapi kau pikir lagi, Mas Dika ini seorang Bos, jadi dia tinggal memerintah ini dan itu mengawasi orang lalu menerima laporan. Di pertemuan kedua, Mas Dika menggunakan mobil yang berbeda. Aku pikir dia menukarkan mobilnya, tapi Mas Dika bilang masih ada beberapa mobil di
last updateLast Updated : 2022-12-22
Read more
PREV
1
...
910111213
...
24
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status