Semua Bab Karma untuk Suami Pelit: Bab 91 - Bab 100

231 Bab

91. Wanita yang Kucari

Namun ketika aku keluar, mataku menyipit melihat mobil yang terparkir di samping mobil Mas Nathan. Lagi-lagi mobil itu. Aku yakin kali ini pun Pak Dodi sedang bersama Alin. Wanita itu jika sudah mendapatkan mangsa, pasti akan terus dipepet. Itu juga yang dulu terjadi pada Mas Riko."Kenapa, Dek?" tanya Mas Nathan ketika aku berdiri mematung di samping mobilnya."Eum ... ini ... Mas." Aku menunjuk mobil Pak Dodi."Memangnya kenapa?""Bukankah ini mobil Pak Dodi?" Rupanya Mas Nathan belum menyadarinya."Iyakah?" Pria itu kemudian berjalan mendekat lalu melihat mobil secara keseluruhan dari depan."Benar 'kan?""Sepertinya iya. Kok kamu jadi merhatiin Pak Dodi?" Pria itu kemudian terkekeh."Aku bukan merhatiin Pak Dodi-nya, Mas. Tapi wanita yang bersama Pak Dodi.""Ya biarkan saja, toh itu kelakuan mereka. Yang penting tidak mengganggu kita.""Aku tidak bisa membiarkannya. Dulu Alin bisa seenaknya bersikap seperti itu padaku. Kali ini aku ingin memberi pelajaran pada wanita itu.""Kamu
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-04
Baca selengkapnya

92. Kecuali Kamu

"Benar 'kan, Mas. Tuh, Pak Dodi bersama wanita itu," ucapku pada Mas Nathan sambil tidak melepaskan pandangan pada Alin yang bergelayut di tangan Pak Dodi. Keduanya pun bergerak kian mendekat.Mas Nathan menoleh ketika beberapa langkah lagi mereka sampai di dekat kami. Kemudian kekasihku itu berdiri tepat ketika mereka berada di samping meja."Selamat siang, Pak Dodi. Wah, kebetulan sekali kita bertemu lagi, ya."Keduanya terlihat kaget, mungkin tidak menyangka akan bertemu lagi dengan kami di tempat ini. Terutama Pak Dodi, jelas saja karena pria itu ketahuan selingkuh. Lain lagi Alin yang memang sudah bermuka tebal, dia seolah-olah bangga bisa jalan dengan suami orang."Ah iya, Pak Nathan. Rupanya Anda juga sedang makan di sini," jawab Pak Dodi gugup."Kebetulan kami ada keperluan di sekitar daerah sini, jadi memilih makan di tempat ini saja. Pak Dodi sendiri, apa sedang ada keperluan atau sengaja? Soalnya ini 'kan jauh dari kantor Pak Dodi."Pak Dodi salah tingkah ditanya seperti it
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-05
Baca selengkapnya

93. Patah Hati

Mata dan senyum kami beradu. Meskipun tidak lama setelahnya, aku mengalihkan pandangan. Malu. Mas Nathan selalu membuatku tersipu. Sikapnya yang lembut membuat aku seperti anak ABG lagi. "Setelah ini kita ke mana?" tanyanya sambil melanjutkan makan."Pulang saja, memangnya mau ke mana lagi?""Barangkali Dek Lisa masih mau jalan, hehe .... ""Nanti saja kalau kita sudah halal, mau jalan ke manapun, mau berapa lama pun, tidak akan ada batasan.""Baiklah kalau begitu, bagaimana kalau kita percepat saja pernikahan?" Mas Nathan kembali terkekeh."Jangan ngaco, Mas. Dua minggu saja membuat kita kewalahan mempersiapkan segalanya yang terkesan mendadak. Apalagi harus dipercepat lagi." Aku berdecak kesal.Mas Nathan masih tertawa kecil sambil geleng-geleng. "Aku juga tidak bisa lama-lama meninggalkan Kayla. Meskipun dia aman bersama Tuti, tetap saja aku khawatir.""Kalau begitu kita pulang sekarang.""Memangnya mas Nathan sudah selesai makannya?" Aku melongok ke arah piringnya.Kulihat dia t
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-06
Baca selengkapnya

94. Berantakan

Aku ingat, saat itu memang sedikit membuka hati untuk Joan. Tapi setelah bertemu dengan Bu Anita, aku perlahan menarik diri. Sadar kalau wanita itu tidak menyukaiku. Meski belakangan, setelah tahu akulah pemilik butik itu, sikap Bu Anita pun berubah. Sayangnya, hatiku terlanjur biasa saja.Bagiku peran orang tua di dalam sebuah hubungan sangat penting. Mau apa jadinya jika orang tua, terutama Ibu tidak merestui. Apalagi kelihatan kalau Bu Anita mata duitan."Itu mungkin perasaanmu saja, Jo. Lagipula, aku cukup sadar diri bagaimana posisi dan statusku. Kamu masih muda dan mapan, pasti ada banyak gadis yang mau jadi istrimu.Obrolan terhenti ketika Tuti masuk membawa teh hangat dan beberapa cemilan."Aku maunya sama kamu, El," lanjut Jo setelah Tuti pergi.Aku memalingkan wajah ketika mendengar Joan begitu penuh pengharapan. Dulu aku biasa saja menanggapi perasaan Joan. Tapi sekarang kenapa ada perasa risih. Apa karena teringat sikap Bu Anita, atau cara pendekatan Joan yang terkesan me
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-07
Baca selengkapnya

95. Pesona Alin

Pov AlinKukira setelah dengan Mas Dodi aku akan benar-benar lepas dari masa lalu. Mas Riko sudah kutinggalkan bahkan sudah aku ceraikan agar usahaku mendekati Mas Dodi tidak mendapat halangan. Tidak apalah Mas Dodi tidak goodlooking, yang penting saldoku tidak boleh kering. Malam ini Mas Dodi mengajakku menghadiri sebuah acara pertunangan. Katanya ada kenalannya yang sudah lama menjombo bertunangan malam ini. Ah, kalau aku tahu ada kenalan Mas Dodi yang jomlo, mungkin aku akan memperhitungkannya. Untuk pergi ke acara seperti itu, aku meminta dibelikan sebuah gaun yang terkesan mewah. Sayang kalau wajahku yang glowing dan cantik ini tidak ditunjang dengan baju yang elegan. Karena mas Dodi sedang cinta-cintanya sama aku, baju seharga jutaan pun dia belikan. Belum lagi untuk menunjang penampilanku, harus ada tas dan sepatu yang tentu saja dengan warna senada."Apa ini tidak terlalu terbuka, Sayang?" tanyanya ketika aku sedang mencobanya dan meminta pendapat dirinya. Gaun dengan full p
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-07
Baca selengkapnya

96. Takut Ketahuan

Sebagai imbalan karena sudah membelikanku baju, tas dan sepatu mewah. Lepas dari acara Pak Nathan aku harus mau menyenangkan pria hitam manis ini. Kebetulan acara ini diadakan di sebuah hotel mewah. Jadi kami tidak perlu keluar dulu untuk bersenang-senang. Semua pria sama saja, tidak ada yang gratis. Apa pun yang mereka berikan, harus ada imbalannya. Padahal setahuku Mas Dodi masih terbilang pengantin baru. Tapi sepertinya memang benar, pesona seorang Alin mampu mengalahkan istri siapa pun. Jangan ngaku cantik kalau suaminya masih bisa tergoda olehku."Astaga, aku lupa." Mas Dodi bangkit lalu meraih ujung selimut untuk menutupi sebagian tubuhnya."Kenapa, Sayang?" Aku melakukan hal yang sama dengan pria yang baru saja berbagi peluh denganku itu. Kuusap pundaknya yang tak tertutup apa pun."Mobilku terparkir di sebelah mobil Pak Nathan," ucapnya kemudian dengan nada khawatir."Lalu apa yang perlu dikhawatirkan, Mas?""Jika acara mereka selesai, lalu mereka pulang. Jelas akan ketahuan k
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-08
Baca selengkapnya

97. Ketar-ketir

Hari ini aku terpaksa bolos kerja lagi dengan alasan ada keluargaku yang sedang sakit. Padahal semua keluargaku ada di kampung. Kalaupun mereka ada yang sakit, aku cukup mengirim uang, karena tidak cukup sehari untuk pulang ke kampung. Ajakan Mas Dodi tempo hari aku iya-kan. Berkencan dengan pria beristri itu harus pandai memanfaatkan situasi, saat Mas Dodi keluar kantor, aku harus bisa mengikutinya. Kalau tidak, maka waktu bersamanya jadi berkurang. Karena tetap saja, Mas Dodi harus menyisakan waktu untuk istrinya di rumah.Aku memilih menunggu di dalam mobil yang berada di parkiran. Sementara Mas Dodi menyelesaikan pekerjaannya dulu. Lumayan lama hingga aku ketiduran. Terbangun ketika mendapat sentuhan di bahu, rupanya Mas Dodi sudah selesai dengan pekerjaannya."Maaf ya, kalau lama nunggu," ujarnya sambil duduk di bangku kemudi."Sudah selesai, Mas?""Sudah. Bosan, ya nunggu di sini?""Lumayan.""Tadi juga aku minta kamu nunggu di cafe depan supaya kamu nggak bosan.""Enggak apa-a
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-09
Baca selengkapnya

98. Rasa Bersalah

Pov LisaSejak kedatangan Joan ke rumah pagi-pagi dalam keadaan berantakan, sudah lima hari ini aku tidak mendengar kabarnya. Di grup alumni pun dia tidak pernah muncul, padahal sebelumnya sehari sekali atau setiap grup rame Joan selalu berkomentar. Bahkan ia terbilang paling heboh dan aktif. Aku sendiri belum memberitahu perihal rencana pernikahanku dengan mas Nathan pada teman-teman sekolah. Sepertinya Joan benar-benar patah hati, aku juga merasa bersalah karena sempat memberikan kesempatan untuk lebih dekat pasca aku kembali ke sini. Saat itu aku juga bingung, tidak ada orang yang aku kenal di sini. Makanya saat bertemu Joan, aku seperti menemukan tempat curhat. Di samping Joan sendiri yang membuka diri dan kebetulan saat sekolah dulu kami cukup dekat. Joan terlanjur menaruh harapan padaku. Mungkin ia salah sangka, waktu awal-awal aku kembali, disangkanya aku siap membuka hati untuknya. Tapi aku memutuskan untuk menjaga jarak setelah melihat sikap Bu Anita padaku. Aku cukup tahu
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-10
Baca selengkapnya

99. Kamu yang Bayar

Siang ini Meti meminta bertemu sambil makan siang. Sahabat SMA-ku itu penasaran sekali dengan sosok Mas Nathan, calon suamiku. Dia sendiri yang memilih tempatnya. "Tapi kamu yang bayar ya, Lis," pintanya sambil tertawa."Loh, kamu 'kan yang ngajak ketemuan, kamu juga yang memilih tempat. Kenapa mesti aku yang bayar?" Aku menggeleng perlahan kemudian memijat pelipis. Lucu sekali mendengar permintaan Meti."Kamu 'kan sudah jadi Boss dan sebentar lagi akan menjadi Ibu Big Boss. Jadi wajar kalau aku pengen nyicipin rezekimu.""Iya deh, tapi bukan karena aku dipanggil Ibu Bos, ya. Lantas aku mau bayarin makan siang kita.""Haha ... memangnya si beliau, yang harus selalu dipanggil ibu pejabat untuk menarik hatinya." Aku tertawa miring sebab tahu siapa yang dimaksud oleh Meti, yaitu Lena."Sudah ah, jangan ghibah, nanti keterusan."Sambil menunggu makanan datang, aku menceritakan sosok Mas Nathan juga bagaimana kami dulu bertemu. Meti antusias menyimak."Jadi kalian dijodohkan?""Bisa dibil
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-11
Baca selengkapnya

100. Memaksakan Diri

"Kamu di sini juga?" Aku pura-pura bertanya padahal tadi kutahu Joan juga keluar dari tempat ini. Sepertinya dia memergoki aku masuk dan menunggu hingga aku keluar."Aku nunggu kamu keluar dari tempat ini sejak satu jam yang lalu, El," ucapnya dengan tatapan sayu. Melihat Joan seperti itu, aku jadi gugup campur takut. Khawatir kalau pria ini nekad dan berbuat macam-macam. Benar dugaanku, kalau Joan melihatku masuk ke tempat ini lalu menungguku keluar. Mungkin ia tidak berani menemuiku di dalam karena tahu aku bersama Meti. Dalam hal ini Joan masih punya rasa malu."Ada apa? Soalnya aku sudah mau pulang, Jo." Aku berdoa dalam hati mudah-mudahan Joan tidak berulah."Aku ingin bicara denganmu sebentar saja. Apa bisa kita masuk lagi?" Joan melirik pintu masuk yang berada beberapa meter dari tempat kami berdiri."Di sini saja, Jo. Kalau mau ngomong, ngomong aja!""Atau kita ngobrol di dalam mobil aja?" usulnya lagi."Tidak usah, kalau kamu mau ngomong di sini aja. Aku buru-buru, soalnya ak
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-12
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
89101112
...
24
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status