Home / Rumah Tangga / Karma untuk Suami Pelit / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Karma untuk Suami Pelit: Chapter 81 - Chapter 90

231 Chapters

81. Partner Hati

"Makan dulu, Lin. Sudah aku buatkan roti bakar." Pagi ini aku menunggu Alin di meja makan. Sengaja kubuatkan sarapan sebelum dia pergi ke kantor."Nanti aku sarapan di kantor saja, Mas. Roti itu buat Mas Riko saja, siapa tahu nanti siang Mas kelaparan."Tanpa melirik sarapan yang sudah kubuatkan, Alin melenggang pergi. Bahkan ia tidak berpamitan padaku."Oh ya, Mas. Kemarin Pak Hendra bilang, batas akhir pembayaran utang itu dua hari lagi. Kalau tidak maka pihak perusahaan akan mengambil barang apapun yang Mas miliki. Setelah beberapa langkah Alin pergi, ia pun berbalik."Iya, nanti aku pikirkan.""Utang sebesar itu tidak cukup hanya dipikirkan, Mas, tapi harus diusahakan." Alin tersenyum sinis ke arahku setelah itu dia benar-benar pergi. Setelah Alin berlalu dan tidak nampak lagi aku membanting gelas berisi jus yang ada di hadapanku. Alin sudah berubah, dia bukan Alin yang dulu yang mengejar-ngejar cintaku. Dia sudah tidak peduli lagi padaku karena aku sudah tidak punya apa-apa. Sat
last updateLast Updated : 2022-11-25
Read more

82. Tak Tahu Malu

"Sudahlah, Mas, semuanya sudah berakhir. Aku sudah memaafkanmu tapi bukan berarti aku mau kembali. Takdir kita sudah sampai pada persimpangan di mana kita harus memilih jalan masing-masing. Bukankah semua ini Mas Riko yang menginginkan. Aku sadar, aku bukan wanita yang pantas untukmu.""Lis .... " Aku mendongak menatap wajahnya, namun Lisa menolak bersitatap denganku. Wanita yang pernah tertahta di hatiku itu memalingkan wajahnya dengan kasar."Siapa, Dek?" Kudengar pria gagah itu bertanya, bahkan dia memanggil Lisa dengan sebutan 'Dek'."Bukan siapa-siapa, Mas. Dia hanya pengemis cinta yang datang disaat tidak punya apa-apa, yang tidak ada untukku disaat punya segalanya. Lebih baik kita pergi sekarang, Mas." Setelah itu Lisa masuk kembali ke mobil meninggalkan aku yang masih bersimpuh. "Lis!""Bukankah kamu punya Alin, wanita cantik dan menarik yang sedap dipandang mata. Lalu di mana sekarang, saat Mas Riko kehilangan segalanya. Jangan-jangan Mas Riko juga kehilangan wanita pujaan.
last updateLast Updated : 2022-11-25
Read more

83. Karma

Pov LisaMalam ini aku dikejutkan oleh telepon dari Reka yang mengatakan kalau Mas Riko sedang berada di kantor polisi."Apa yang terjadi, Ka?" Meski kaget, aku berusaha untuk tenang."Mas Riko dilaporkan atas dugaan penganiayaan oleh seorang pria."Seorang pria? Apa sebabnya, padahal tadi siang dia datang ke butik. Lalu aku menceritakan kedatangan Mas Riko ke butik dengan tujuan selain untuk meminta maaf juga memintaku kembali. "Mbak Lisa menolaknya 'kan?" tanya Reka ragu."Tentu saja, aku akan berpikir dua kali untuk kembali pada Mas Riko. Meskipun aku sudah memaafkannya, bukan berarti harus kembali padanya.""Betul Mbak, meski dia kakakku tapi aku tidak rela kalau Mbak Lisa kembalikan pada mas Riko.""Kamu tahu siapa yang melaporkan Mas Riko dan siapa yang dianiaya?""Gak tahu, Mbak Alin hanya bilang Mas Riko di kantor polisi atas dugaan penganiayaan."Setelah telepon dari Reka berakhir, aku segera menghubungi Mas Nathan. Kemarin Mas Riko menemuiku kala aku akan pergi bersama Mas
last updateLast Updated : 2022-11-26
Read more

84. Melamar

Aku yakin apa yang tengah terjadi pada mantan suamiku itu adalah buah dari apa yang telah dia perbuat padaku. Aku tahu Tuhan tidak pernah tidur. Makanya sejak dulu aku selalu meminta padaNya supaya diberi kesabaran dan kekuatan serta kebahagiaan. Kini semuanya sudah aku dapatkan. Apa yang terjadi pada Mas Riko itu semata-mata kehendakNya.***Dua minggu kemudian. Malam ini Mas Nathan mengajakku berkunjung ke rumah Mbak Tika. Selama kami dekat memang belum pernah ke rumah Mbak Tika secara bersamaan. Sesampainya di rumah kakak sepupuku itu, Mbak Tika dan Mas Ardan menyambut kami dengan riang, terutama pada Kayla. Ternyata Mbak Tika sudah mengetahui rencana kedatangan kami, terbukti dengan berbagai makanan lezat yang terhidang di meja makan. Aku tahu Mbak Tika sudah mempersiapkannya. Bisa jadi Mas Nathan sudah mengabari perihal kedatangannya malam ini."Jadi Mbak Tika sudah tahu aku akan datang?""Eum .... "Mbak Tika malah melirik ke arah Mas Nathan yang langsung salah tingkah, sement
last updateLast Updated : 2022-11-27
Read more

85. Sekali Seumur Hidup

"Kamu ini, belum apa-apa sudah memikirkan membuat adik untuk Kayla," ucap mas Ardan diakhiri tawa renyah."Jangan tertawa dulu, Mas. Aku masih was-was menunggu jawaban Dek Lisa." Mas Nathan melirikku.Deg!Aku segera melempar pandangan lantaran ketahuan tengah menatapnya. Mendengar itu sontak aku menghentikan tawa. Begitu pun Mbak Tika."Eum ... aku ... bersedia, Mas," jawabku sambil menunduk."Alhamdulillah," sahut ketiganya serentak."Kalau begitu, minggu depan kita laksanakan acara resminya. Aku ingin mengadakan acara yang istimewa di hotel Berlian. Tempat pertama kali aku melihat Dek Lisa. Ini pertama kalinya bagiku dan kuharap hanya sekali seumur hidup, maka aku ingin membuat acara yang berkesan.""Apa tidak sebaiknya kalian langsung menikah saja?" Mas Ardan memberikan usulan."Soal menikah, toh bisa dilaksanakan sehari setelah acara tunangan. Aku hanya tidak ingin kehilangan momen."Dalam hal ini aku bisa memahami keinginan Mas Nathan. Dia seorang pengusaha yang banyak uang, jad
last updateLast Updated : 2022-11-28
Read more

86. Cincin Berlian

Tepuk tangan riuh terdengar ketika Mas Nathan baru saja selesai menyelipkan sebuah cincin berlian yang berkilau di jariku. Detik ini kami resmi bertunangan, itu artinya kami sudah saling terikat dalam artian saling percaya dan saling menjaganya hati hingga saatnya tiba kami bersama tanpa batas. Sebenarnya aku se-pemikiran dengan mas Ardan untuk melangsungkan pernikahan tanpa pertunangan dulu. Akan tetapi Mas Nathan bersikeras untuk mengadakan acara pertunangan. Seperti yang dia bilang kemarin, Mas Nathan tidak mau kehilangan momen.Sejenak aku pandangi cincin yang berkilau ini, rasa tak percaya kembali hadir di hatiku. Rasanya kemarin aku masih menangis ketika Mas Riko membawa Alin ke rumah lalu aku memutuskan untuk mengakhiri pernikahan itu tanpa perdebatan. Tapin hari ini, Tuhan telah menghadirkan seorang laki-laki yang tulus dan ingin membahagiakan aku. Mas Nathan hadir, mau menerima aku dan semua kekuranganku. Termasuk kehadiran Kayla diantara kami. "Terima kasih, Mas," ucapku
last updateLast Updated : 2022-11-29
Read more

87. Wajah Pelakor

"Terima kasih. Sepertinya saya pernah melihat Anda. Tapi di mana. Dan .... dengan siapa, ya?"Alin mengangkat wajahnya yang seketika menjadi pucat. Kena kau, jalang. "Apa kalian saling mengenal?" Pak Dodi menatap kekasihnya. Lalu beralih padaku. "Eum ... mungkin Mbak Lisa salah orang," jawab Alin cepat dan gugup."Lah, itu kamu tahu namanya?" Pak Dodi seperti penasaran."Tadi 'kan aku baca undangannya, Sayang. Masa lupa?" Alin mengeratkan pelukan pada lengan Pak Dodi. Dasar wanita ular, sungguh pandai bersilat lidah."Oh iya, lupa. Soalnya aku hanya ingat kamu, yang lainnya jadi lupa, deh." Tak kuduga Pak Dodi mengeluarkan gombalan recehnya di depan kami. Rasanya isi perutku mau keluar semua."Kalian romantis sekali, ini perlu dicontoh, nih," imbuh Mas Nathan sambil tertawa kecil. Dalam hati aku mengucap amit-amit kalau harus mencontoh mereka. Pelakor murahan!"Mas Dodi ini sangat romantis dan humoris. Gak bikin bosan." Alin berkata sambil mengusap pipi Pak Dodi. Ya ampun, dia pikir
last updateLast Updated : 2022-11-30
Read more

88. Main-main di Hotel

Untuk akad dan resepsi sendiri, Mas Nathan sudah memakai jasa seorang perancang busana ternama. Sebenarnya aku ingin membuat baju pengantinku sendiri ,tapi karena waktunya sudah mepet dan aku harus mengurusi banyak hal. Jadi Mas Natan memintaku untuk menggunakan jasa desainer. Katanya lagi takut gagal karena aku masih pemula, jujur sekali dia mengucapkan kekhawatirannya. Acara malam ini berakhir, semua tamu undangan sudah pulang sejak beberapa menit yang lalu. Aku dan Mas Nathan pun sedang bersiap untuk segera kembali, begitupun anak-anak butik. Semenjak Mbak Tika sudah turun sejak beberapa menit yang lalu."Dua minggu itu lama, ya," bisik Mas Nathan ketika kami berada di lift yang akan membawa ke lantai dasar."Kalau ditunggu, jangankan dua minggu, satu hari aja pasti lama.""Apa itu artinya aku nggak boleh terlalu menunggu hari itu. Aku nggak bisa Dek." Mas Nathan dengan suara manja membuatku tersipu. Pria tampan berbadan tegap di sampingku ini ternyata bisa merajuk juga. Kucubit
last updateLast Updated : 2022-12-01
Read more

89. Tersandung

Acara tunangan semalam begitu membekas di hatiku. Jujur saja, meskipun Mas Nathan bukan orang yang pertama, tapi baru kali ini aku merasakan kebahagiaan. Dulu Mas Riko melamarku dengan cara yang sangat sederhana. Meski belakangan aku menyadari, dia bukan pria sederhana, tapi pria yang pelit dan perhitungan. "Nanti siang kita pergi untuk mencari souvenir, Dek." Aku baru saja sampai di butik ketika Mas Nathan menghubungi."Jam berapa, Mas?""Maunya sih sekarang, aku pergi dari pagi-pagi supaya punya waktu banyak untuk jalan sama kamu. Tapi sayangnya, aku ada meeting selama dua jam. Jadi mungkin baru bisa ke sana agak siangan, nanti Mas hubungin lagi."Tiba-tiba pipiku bersemu. Ungkapan rindu dari Mas Nathan yang secara tidak langsung dia sampaikan, membuat hatiku berbunga. Ah, ya, Tuhan, kenapa aku seperti anak ABG saja."Iya Mas, aku tunggu, ya. Hati-hati di jalan dan semangat kerjanya." Jujur saja sebenarnya aku geli mengatakan itu, tapi mau bagaimana lagi, perasaan ini memang butuh
last updateLast Updated : 2022-12-02
Read more

90. Apa Aku Jatuh Cinta?

"Tidak usah diliatin sampai segitunya. Insya Allah sebentar lagi bukan hanya puas melihat, kamu juga bisa memakanku kalau mau. Asal jangan ditelan saja," godanya sembari tak lepas memandangku dan senyum itu sungguh membuatku sangat malu."Mas Nathan ngomong apa? Jangan ngawur, ah. Lagian siapa juga yang doyan manusia?""Siapa tahu, saking gemesnya, Dek Lisa menggigit dan memakanku.""Kalau Mas Nathan dimakan, nanti menghilang, terus aku sama siapa?""Syukurlah kalau Dek Lisa takut kehilangan," jawabnya sambil membukakan pintu untukku.Rupanya itu jebakan. "Aku nggak bilang gitu, loh." Aku menyangkal sambil memasuki mobil dan duduk di kursi penumpang. Menunggu pria rupawan itu berjalan memutar, seulas senyum mengembang di bibirku. Apa iya, aku takut kehilangan dirinya? Pria yang baru pertama kali memperlakukanku layaknya seorang wanita. Aku merasa dicintai, disayangi, dibutuhkan juga merasa istimewa ketika bersamanya. "Kenapa senyum-senyum sendiri, 'kan jadi mubazir. Manisnya terbuan
last updateLast Updated : 2022-12-03
Read more
PREV
1
...
7891011
...
24
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status