“Nanti kalau Lili makin nekat, biar Mamah yang maju. Mamah cabein mulutnya si Lili itu sekalian sama nonoknya Mamah cabein biar punya malu.”“Jangan Mah kasihan,” ucapku.“Iya, biar aja sekali-kali memang dia harus ditegasin. Apalagi sudah bikin kamu resah dan gelisah. Kami semua yang ada di rumah ini menjadi sasarannya,” jawab Mamah Atik.“Iya, Tapi kasihan Mah, kalau bisa dengan cara yang lain saja. Ya, sudah deh iya ... maafkan aku ya, Mas.”“Nah, gitu dong! Mas sudah maafin kok, wajar kamu begitu itu tandanya cinta sama Mas,” jawab Mas Danu. Ge-er! Dia menjawil hidungku.“Sudah sana siap-siap katanya mau ngedate?”“Siapa yang bilang, Mah?” tanyaku heran.“Danu, siapa lagi?” jawab ibu.“Kia gimana?”“Sama Mamah sama ibumu, aman Insya Allah.”“Iya, sudah sana kalau mau jalan-jalan. Ibu juga bingung enggak ada kegiatan apa-apa kalau momong Kia kan, sedikit sibuk. Dari pada Ibu kepikiran Wira,” ucap Ibu. Buru-buru beliau menutup mulutnya.“Ada apa, Bu?” tanyaku penasaran. Pasti Wira
Terakhir Diperbarui : 2022-11-29 Baca selengkapnya