Home / Pernikahan / WANITA YANG KAU HINAKAN / Chapter 131 - Chapter 140

All Chapters of WANITA YANG KAU HINAKAN: Chapter 131 - Chapter 140

213 Chapters

BAB 131. Pertemuan mengharukan.

“Ya Allah, Bapak?” Mas Danu masih berdiri terperangah melihat pada orang di depan ibu.“Kamu Wasimin?” tanya ibu.“Iya, betul. Kamu Sakiyem? Ya Allah, apa ini Danu? Anakku?” Mas Danu mengangguk kemudian mereka saling berpelukan dan menangis. Herannya wanita yang bersama Pak Wasimin itu diam saja berdiri dengan—angkuh. Tatapannya tidak suka. Bibirnya bergincu merah cabe.“Sakiyem apa apa kabar?” Kini gantian ibu yang bersalaman. Ibu sampai menitikkan air mata.“Aku baik, seperti yang kamu lihat. Kamu ke mana aja? Lihat anakmu Danu sudah sukses sekarang. Ini semua berkat aku.” Duh, ibu mulai deh, cari muka.“Alhamdulillah ... terima kasih banyak Sakiyem, kamu sudah merawat anakku dengan baik.” Pundak ibu ditepuk-tepuk.“Pak, kenalin ini istriku, Ita. Dik, kenalin ini, Bapaknya Mamas. Mertuamu,” ucap Mas Danu.Aku menyalami tangan beliau menciumnya takzim. Akhirnya aku bisa merasakan punya bapak mertua.“Danu, apa kalian sudah punya anak?” tanya bapak.“Iya, Kia, dia masih tidur di lanta
last updateLast Updated : 2022-11-17
Read more

BAB 132. Omelan ibu.

Ibu makan lahap sekali. Seperti orang kelaparan.“Lapar apa doyan?” tegur istri bapak.“Lapar juga doyan, aku belum makan siang, kebetulan ada kue, rezeki nomplok ini namanya,” jawab ibu sampai beliau tersedak.“Pelan-pelan, Yem. Ini diminum?” Bapak memberikan teh hangat pada ibu. Aneh, ibu tersipu malu. Astaghfirullah kenapa pemandangan di depan kami jadi macam sinetron ABG.“Papah, ih. Ada Mamah saja berani begitu, apalagi kalau enggak ada.” Istri bapak merajuk lagi.“Cuma kasih minum doang, situ marah? Cemburu ya, takut kalah saing. Aku loh, cantik dan kembang desa pada masanya,” sahut ibu. Istri bapak berdiri dan hendak pergi, tapi dicegah Mas Danu.“Duduklah Bu, mari makan bersama. Aku juga ingin kenal dengan Ibu sambungku,” ucap Mas Danu. Istri bapak menurut dan berkelendot manja pada bapak.“Namaku Atik, kami baru menikah dua tahun yang lalu. Kamu boleh panggil Mamah,” jawab Bu Atik.“Udah tua juga Mamah, Papah. Ingat umur malu sama yang muda,” sahut ibu sewot.“Enggak apa-apa
last updateLast Updated : 2022-11-17
Read more

BAB 133. Kesal dengan Wak Tono.

“Uang apa, Pak? Aku tidak pernah dikirimi uang oleh Bapak. Kalau aku dikirimi uang tentu saja aku yakin kalau Bapak masih hidup,” ujar Mas Danu.“Uang beneranlah, masa daun. Aku ini saksinya selama dua tahu ini menjadi istri bapakmu. Karena kamu tidak pernah balas sama sekali pun surat dari bapakmu akhirnya kami putuskan untuk pindah ke sini, rumah kami tidak jauh dari pasar sini. Bapakmu melakukan ini semua demi kamu,” sahut Bu Atik.Ibu dan Mas Danu kembali kaget. Apalagi ibu beliau terus saja geleng-geleng kepala.“Ta—tapi ... kami tidak pernah menerimanya. Iya, kan, Dan?” Mas Danu mengangguk. Mengiyakan ucapan ibu.“Halah! Eggak percaya, jelas-jelas kalian minta tiap bulan, aku sendiri yang mentransfernya,” jawab Bu Atik tidak terima.“Bapak kirim ke siapa?” tanyaku.“Ke Tono. Dia selalu bilang kalian susah ini dan itu. Makanya bapak tidak tega akhirnya kirim,” jawab bapak.“Apa!” Ibu langsung limbung untung bapak gesit menolong ibu.“Apa yang terjadi, kenapa kalian kaget begitu?
last updateLast Updated : 2022-11-17
Read more

BAB 134. Mereka menyerang.

“Eh, Ta. Danu mana?” tanya ibu saat aku sedang sibuk menjemur pakaian.“Sudah ke toko Bu, dari sebelum subuh tadi. Ada apa, Bu?” jawabku tanpa kulihat ibu mertuaku beliau bersama Mbak Lili.“Em, anu, Ibu mau minta uang dong, mau belanja,” jawab ibu malu-malu.“Berapa, Bu?” Mendengar pertanyaanku ini terlihat sumringah.“Enggak banyak kok, Ta. 3 juta rupiah saja,” jawab ibu sambil membantuku menjemur baju.“Apa Bu, 3 juta rupiah? Enggak banyak. Itu bagiku banyak, Bu. Maaf kalau segitu enggak ada. Aku kira Ibu mau beli sembako atau jajanan pasar saja,” kataku sedikit kesal.“Pelit amat sih, kamu! Itu kan duit juga punya Danu. Kamu Cuma istrinya yang enggak bawa apa-apa ke sini!” teriak Mbak Lili. Padahal dia enggak perlu teriak juga aku dengar.“Iya, kamu pelit amat sih, Ta! Aku ini ibunya Danu loh, kamu cuma istri. Ingat istri itu orang asing!” imbuh ibu.“Aku orang asing? Siapa bilang?” jawabku santai.“Kami yang bilang. Memang kamu orang asing kok,” ungkap Mbak Lili ketus.“Yang oran
last updateLast Updated : 2022-11-18
Read more

BAB 135. Mulut comberan.

Aku buru-buru masuk rumah dan kukunci pintu belakang. Lari ke depan memberi tahu di mana harus meletakkan.Tidak lama kemudian datang lagi mobil truk mengangkut batu bata.Baru mobil yang mengangkut bahan bangunan saja semua orang sudah kepo apalagi geng ibu-ibu julid mereka langsung berkumpul di teras depan rumah ibu ada juga yang di teras belakang rumah yang dekat dengan dapurku.Bahan bangunan ini sumbangan dari bapak Mas Danu. Semalam kami berbicara tentang rencana mau renovasi rumah, jadi bapak mertua dengan senang hati mau membantu. Aku kira hanya beberapa saja ternyata sebanyak ini.Bapak kaget saat mendengar cerita Mas Danu tentang kelakuan ibu dan keluarganya. Tentang Mas Danu yang tidak di sekolahkan dan harus bekerja siang malam. Hasil kebun juga dimakan semua oleh ibu. Setahu bapak ibu itu orang baik. Jadi dia begitu yakin menitipkan Mas Danu padanya.Tentang uang yang dikirimkan dari dulu yang tidak sampai ke Mas Danu, kalau ditotal sudah lebih dari 150 juta rupiah karena
last updateLast Updated : 2022-11-18
Read more

BAB 136. Ibu iri hati.

“Eh, benar itu kata Lili. Orang zaman sekarang itu yang penting dilihat orang lain mewah tanpa peduli benar atau tidaknya, halal haram sikat!” ucap Wak Romlah lagi. Mereka kemudian tertawa sinis padaku.“Terima kasih ya, Ibu-ibu yang baik hati sudah mentransfer pahala padaku. Lain kali kalau mau ngomongin orang berkaca dulu, diri kita sudah benar atau belum. Yang pakai pelaris siapa yang dituduh siapa. Awas loh, Bu-ibu nanti kalian jadi sasaran berikutnya,” katakaku telak. Ibu melotot tidak suka. Sedang yang lain saling pandang mungkin tidak paham dengan yang aku ucapkan.Tanpa mau dengar celotehan mereka lagi aku masuk rumah. Lebih baik aku browsing di internet cari model rumah yang bagus untuk kami.Tak lupa aku foto orang-orang yang sedang menurunkan genteng dari mobil truk dan juga memfoto semua bahan-bahan bangunan yang sudah terjejer rapi. Aku jadikan satu foto pakai aplikasi foto grid lalu kukirim ke Mas Danu.[Ya Allah, Sayang sebanyak ini yang dikirim, Bapak?] Mas Danu langsu
last updateLast Updated : 2022-11-18
Read more

BAB 137. Ibu menghajar Wak Tono.

Prang!Prang!Dua kali bunyi teplon beradu di kepala Wak Tono. Beliau yang tidak siap dengan serangan hame haameham ala ibu kaget dan terhuyung ke tanah.Pak Tono mengaduh kesakitan dia terus saja memegang kepalanya.“Jahat kamu, Yem! Berani-beraninya kamu memukul kepalaku demi anak angkatmu itu,” ucap Wak Tono. Heran sekali sudah terpojok dan disiksa oleh ibu, tapi masih saja bisa membela diri.“Sekali lagi kamu bicara aku bakalan tabok mulut mau pakai teflon yang aku panaskan dulu di kompor!” jawab ibu. Nafasnya tersenggal-senggal, dadanya naik turun aku tahu sekali pasti menahan marahnya.“Tapi, memang betul begitu kan, Yem! Dulu kamu tidak membela anak itu padahal dulu kamu selalu berpihak padaku apa karena aku tidak membagi hasil kiriman dari bapaknya Danu atau kamu cari perhatian dari bapaknya Danu,jadi kamu memukulku begini lagi. Dasar janda tua gatel!” ujar Wak Tono. Dia masih saja tidak mau diam.Entah setan apa yang merasuki ibu mungkin karena ibu sangat emosi dan tidak teri
last updateLast Updated : 2022-11-19
Read more

BAB 138. Malah menuduhku.

Kali ini orang-orang yang melihat aksi ibu malah tertawa terbahak-bahak mereka mungkin berpikir ibu dan Wak Tono sedang pemanasan main pukul-pukulan.“Ini hadiah yang setimpal untuk kamu, Mas! Sudah untung aku tidak menghujanimu dengan golok. Rasakan kamu!” pekik ibu.Prang!Prang!Pukulan demi pukulan mendarat lagi dengan sempurna di tubuh Wak Tono. Mas Roni yang pulang dari belanja langsung berlari menghampiri mereka berdua dan memegangi ibu agar tidak main pukul lagi.“Ibu, stop! Malu dilihat tetangga!” Ibu tidak peduli dengan larangan Mas Roni beliau masih saja mengumpat Wak Tono yang sudah tidak berdaya. Jidat Wak Tono sampai biru kehitaman karena teplon ibu bukan yang bagus bawahnya hitam habis dipakai untuk masak. Pipi Wak Tono memerah karena tamparan maut ibu.“Ibu, ih, stop!” Mbak Asih ikut memegangi ibu dan merampas teplon dari tangan ibu lalu membuangnya sembarangan. Naas teplon itu mendarat cantik ke tubuh Wak Tono. Teriakan kesakitan dari Wak Tono seolah lagu comedy yang
last updateLast Updated : 2022-11-19
Read more

BAB 139. Semua demi uang.

“Eh, sekata-kata kamu sama orang tua!” teriak Wak Tono memarahiku.“Mas, sudahlah enggak usah mengelak, Ita itu bukan asal nuduh, kami dikasih tahu oleh bapaknya Danu sendiri, Wasimin. Dia sudah pulang,” sahut ibu.Wak Tono kaget dan seketika bisa duduk. Tingkahnya seperti maling yang ketahuan Wak Tono kalau tidak sakit begini pasti dia sudah lari kabur.“Jangan mengarang cerita kamu, Yem,” ucap Wa Tono.“Buat apa aku mengarang cerita memang kenyataannya begitu,” jawab ibu ketus.“Ya Allah, jadi Lek Wasimin sudah pulang, Bu? Di mana dia sekarang?” tanya Mbak Asih antusias.“Ya, di rumahnya sana dekat kantor kecamatan dia sama istri mudanya di sana,” jawab ibu.“Ayok, Bu, kita ke sana! Aku ingin sekali bertemu Lek Wasimin,” sahut Mbak Lili.“Ibu enggak tahu persis rumahnya di mana dia hanya bilang begitu, tunggu sajalah nanti juga ke sini,” jawab ibu.“Kenapa Ibu enggak cerita dari kemarin?” tanya Mbak Asih.“Gimana Ibu mau cerita kalian sibuk semua,” jawab ibu kesal.“A—aku permisi ma
last updateLast Updated : 2022-11-19
Read more

140. Ada yang tersindir.

“Astaghfirullah .... “ Mas Eko beristighfar lalu mengajak Mbak Lili masuk rumah. Mbak Lili kalau ada Mas Eko pasti dia akan nurut mungkin dia takut Mas Eko berbuat seperti kemarin lagi.Wak Tono merintih kesakitan saat Mas Roni menggantikan Mas Eko mengolesi luka-luka lebamnya dengan Betadine.“Bu, milik siapa semua bahan bangunan ini?” tanya Mbak Asih.“Ini punya Danu. Dia bilang mau rehap rumah,” jawab ibu santai beliau main ponsel lalu selfie-selfie. Ibu ini sungguh ajaib baru saja marah-marah sekarang sudah happy lagi.“Apa!” Mas Roni dan Mbak Asih tampak terkejut.“Dapat duit dari mana kamu, Ta. Bisa beli bahan bangunan sebanyak ini?” tanya Mbak Asih tidak suka.“Halah palingan juga pinjam duit Bank, kalau enggak mana mungkin bisa. Hasil tokonya seberapa sih!” Cibir Mas Roni.“Iya, benar itu, Ron. Kita tahulah seberapa kekuatan Danu apalagi dia pincang begitu,” sahut Wak Tono.“Ternyata Danu dan Ita bisa juga pakai jalan pintas, wuuussss langsung kaya!” ejek Mas Roni lagi.“Dari
last updateLast Updated : 2022-11-19
Read more
PREV
1
...
1213141516
...
22
DMCA.com Protection Status