Home / Pernikahan / WANITA YANG KAU HINAKAN / Chapter 151 - Chapter 160

All Chapters of WANITA YANG KAU HINAKAN: Chapter 151 - Chapter 160

213 Chapters

BAB 151. Kubalas Wira.

“Duh, Danu. Sudah kamu ikhlaskan saja. Cuma 2 juta rupiah bagi kamu itu kecil. Hitung-hitung ngasih saudara!” kata ibu lagi.“Enggak bisa, Bu. Mbak Asih bilangnya pinjam jadi harus dikembalikan. Kecuali Mbak Asih sudah innalilahi waInnailaihiroji’uun baru kami ikhlaskan.” Mendengar jawaban Mas Danu, Mbak Asih naik pitam dia langsung bisa duduk dan memukuli Mas Danu pakai raket nyamu.“Kurang ajar kamu, Dan! Doakan aku yang jelek-jelek! Pergi kalian!” Usir Mbak Asih.“Baik Mbak, kami selalu menunggu uang itu,” kataku sebelum pergi meninggalkan kamar Mbak Asih. Aku juga sudah sangat pusing di dalam kamarnya karena bau dupa campur kemenyan yang sangat menyengat.Sampai di rumah Bu RT masih menunggu dengan gelisah pasti beliau berharap uang yang dipinjam Mbak Asih kembali.“Maaf Bu, kami tidak berhasil menagihnya. Sampai sana Mbak Asih lagi sakit,” kataku jujur.“Duh, gimana ya, besok sudah terakhir bayaran sekolah anak. Kalau suami Ibu tahu pasti beliau sangat marah,” ucap Bu RT sedih
last updateLast Updated : 2022-11-21
Read more

BAB 152. Perang status.

{Untuk kalian yang saat ini mungkin sedang berada dititik terendah, sedang diuji dengan sakit dan pedihnya penghinaan jangan bersedih, jadikan itu semua sebagai cambukkan semangat untuk menjadi lebih baik lagi. Yakinlah roda kehidupan pasti berputar semoga kalian yang saat ini dihina, dicaci, disepelekan, dan dizholimi kelak akan lebih sukses.}Kutulis status WA pagi ini dengan kata-kata mutiara. Aku yakin di luar sana masih banyak sekali orang sepertiku. Bahkan mungkin lebih parah dariku.Seperti biasa para kakak tersayang yang julid padaku langsung ikut-ikutan update status.{Berasa orang teraniaya sedunia yeeee ....} tulis Mbak Lili.{Roda mobil kali, berputar!} tulis Mbak Nur.{Roda peyot plus bocor mana bisa berputar!} tulis Mbak Susi.{Yang sebentar lagi mau jadi pengantin, sehat-sehat yaaaa ... kita have fun tanpa ada si ono!} Mbak Ning mengunggah foto bersama Wira disertai caption yang menyindirku.Aku hiraukan semua, toh aku menulis status untuk menyemangati diriku sendiri, k
last updateLast Updated : 2022-11-22
Read more

BAB 153. Kubuat Wira kesal.

Wira memberondongiku dengan banyak pesan yang tulisannya hanya itu.Lihat saja Wira aku akan buat perhitungan denganmu![Siapa ya? Sorry aku tidak kenal. Sampai lebaran monyet juga aku enggak bakalan jawab teleponmu.] kubalas pesan Wira dengan santai. Dia pasti bertambah kesal.[S3tan! Angkat!] cepat sekali dia membalas pesanku.Segera kublokir nomor Wira. Bukannya minta maaf malah makin menjadi.“Kamu kenapa Sayang, kok bete gitu?” tanya Mas Danu penasaran. “Dari tadi pagi aku perhatikan ditekut aja itu mukanya, kalau ada masalah cerita dong, jangan diam aja. Mas jadinya bingung.”Kujawab pertanyaan Mas Danu dengan memberikan HP-ku padanya. Biar dia sendiri yang baca pesan-pesan menyakitkan dari Wira.“Astaghfirullahaladhiim ... Wira!” Mas Danu terlihat marah sekali. Giginya sampai bergemeletuk. Itu kebiasaan dia kalau marah. Tangannya memukul meja hingga kami jadi pusat perhatian pembeli lain.“Maafkan aku, ya, Dik. Gara-gara aku cacat begini keluargamu tidak ada yang hormat padamu
last updateLast Updated : 2022-11-22
Read more

BAB 154. Mbak Asih makin kesakitan.

“Sudah jangan ngomel terus nanti cepat keriput, itu dimakan dulu baksonya,” jawab bapak.“Alhamdulillah habis, Ta. Mamah lapar sekali,” ucap Mamah Atik malu-malu. Bapak lagi-lagi tergelak mendengar pengakuan istrinya.“Astaghfirullah. Ita! Danu! Kalian ini benar-benar ya, tidak punya kuping. Ibu panggil dari tadi enggak nyahut juga,” pekik ibu yang tiba-tiba sudah di depan pintu.“Ada apa, Yem?” tanya bapak. Ibu hanya melengos saja. Tumben biasanya ibu selalu welcome sama bapak ini kok seperti ketemu musuh.“Aku tidak sedang bicara denganmu, Mas,” jawab ibu sewot.“Heh, ditanya baik-baik kok jawabnya gitu dasar tidak punya adab!” bentak Mamah Atik. Ibu diam saja tidak menanggapi.“Aku memang enggak dengar, Bu. Ada apa?” tanya Mas Danu.“Ibu mau minta uang buat belanja. Eko belum ngasih uang,” jawab ibu“Ini Yem, ambil. Sana belanja kebutuhan dapurmu jangan belanja yang lain.” Bapak memberikan beberapa lembar uang merah dari dompetnya untuk ibu.Ajaib, ibu tidak mengambil uang itu. Bia
last updateLast Updated : 2022-11-22
Read more

BAB 155. Wak Tono kabur!

“Eh, iya, Mas Wasimin ke sini ada acara apa lagi?” tanya ibu. Aku pun sampai lupa mau menanyakan bapak ke sini ada keperluan apa selain melihat rumahku.“Ke rumah, Tono. Aku mau ke sana ngajak Danu sama Ita,” jawab bapak singkat.“Ya ampun, Mas! Aku enggak bisa ikut.”“Kami enggak ngajak situ, kok!” ketus ibu.“Kami pamit ya, Yem. Ingat uangnya untuk beli keperluan dapur, ya! Jangan untuk yang lain,” ucap bapak.Baru saja kami sampai pintu Mbak Asih sudah teriak memanggil kami.Kami heran dan tentu saja sangat kaget. Tadi Mbak Asih seperti orang yang sekarat kareana kepanasan ini tiba-tiba sudah segar lagi setelah mandi kembang tujuh rupa. Ibu sumringah menghampiri Mbak Asih.“Ayo, salim dulu Sih, sama Wak Wasimin!” titah ibu.Bapak iba melihat Mbak Asih. Beliau mengelus kepala Mbak Asih.“Kami permisi ya, Yem. Asih semoga kamu cepat sembuh, ya?”“Iya, Wak. Ini juga aku sudah sembuh, kok.”“Mas, tunggu! Aku ikut,” teriak ibu. “Asih sudah sembuh jadi aku ikut,” ucapnya lagi.Sampai ru
last updateLast Updated : 2022-11-22
Read more

BAB 156. Mengusir Wak Tono.

🌸🌸🌸“Benar-benar bikin tensi darahku naik si, Tono ini. Kita pulang balik lagi ke rumahnya!” ajak bapak. Kami ngikut saja. Bapak terlihat sekali sangat marah.Benar saja sampai di rumah Wak Tono, mereka yang tadinya duduk di emperan rumah langsung lari masuk ke dalam. Lucu seperti buronan kelas kakap.“Enggak usah sembunyi kamu, Tono! Dalam hitungan ke tiga kalau kamu tidak keluar ini polisi dobrak pintu kamu!” teriak bapak sambil menggedor-gedor pintu depan. Mas Danu ada di pintu samping. Ibu mertua mengintip lewat jendela kaca.Mungkin karena takut dengan ancaman bapak akhirnya Wak Tono keluar. Dibuntuti istrinya yang bawa gagang sapu. Sepertinya beliau takut Wak Tono dihajar lagi.“Nah, keluar juga kamu!” Bapak menarik lengan Wak Tono.“Mana polisi! Mana polisi!” teriak istri Wak Tono. Padahal bapak hanya menakut-nakuti saja.“Ampun, Mas! Tolong jangan usir kami dari sini. Kami merintis dari nol membangun rumah ini,” ucap Wak Tono memelas.“Ampun? Dulu kamu enak-enak makan uang
last updateLast Updated : 2022-11-23
Read more

BAB 157. Wak Tono kalah.

“Mas, kamu enggak kasihan sama Tono?” tanya ibu, beliau tampak mulai protes.“Engga, Yem! Dia saja tidak kasihan pada anakku Danu dan juga padaku. Untuk apa aku kasihan,” jawab bapak tanpa menoleh pada ibu. Beliau tetap menimang-nimang Kia.“Tapi ....”“Apa kamu juga ingin seperti Tono? Meski kamu tidak ambil uang kirimanku, tapi kamu juga menyia-nyiakan Danu. Aku tidak akan ambil harta milikmu, tapi kamu harus tahu setiap perbuatan akan ada konsekuensinya.”“Ja—ngan. Aku tidak mau! Lagi pula aku tidak menyia-nyiakan Danu, aku sayang padanya,” jawab ibu takut-takut.“Sayang kok dijadikan kambing perah,” sahut Mamah Atik.“Enggak usah ikut campur kamu! Ini bukan masalah kamu!” bentak ibu. Mamah Atik langsung menoyor kepala ibu. “Bukan masalahku? Danu itu sekarang anak sambungku, jadi aku berhak.”“Halah dasar cari muka! Mana ada ibu tiri baik, kamu pasti mengincar harta Mas Wasimin dan juga anakku, Danu, kan? Kamu hanya ibu sambung tidak mengurus Danu dari kecil, aku yang mengurusnya!
last updateLast Updated : 2022-11-23
Read more

BAB 158. Wira pun kalah.

~K~U🌸🌸🌸“Loh, itu siapa yang marah-marah sama Pak RT?” Tunjuk bapak. Kami sudah sampai depan rumah ibu. Di depan rumahku yang sedang dibangun ada rombongan saudaraku. Bapak dan ibuku juga sudah ada di sana.Mobil Mbak Ning, terparkir sembarangan sehingga menghalangi jalan masuk ke halaman rumah ibu mertuaku jadi mobil bapak hanya bisa parkir di bahu jalan. Mbak Ning sepertinya belum handal memarkirkan mobilnya.Dari sini terlihat jelas Wira yang tampak emosi menunjuk-nunjuk wajah Pak RT. Ada beberapa tukang yang berusaha memegangi Wira.“I—itu Wira, Adikku, Pak,” jawabku malu sekali.“Astaghfirullah ada apa kok sampai marah-marah begitu?” tanya Mamah Atik.“Tidak tahu, Mah. Ayo, kita turun!” ajak Mas Danu.Ibu yang menyadari kedatanganku tergopoh-gopoh menghampiriku lalu memelukku erat sekali. Kurasakan pundakku basah. Ah, pasti ibuku menangis.“Ada apa ini?” tanya Mas Danu.“Ooh, ini dia rupanya orang miskin belagu baru muncul. Ke mana saja kamu!” bentak Wira. Dia masih dipegangi
last updateLast Updated : 2022-11-23
Read more

BAB 159. Istri Wira ternyata?

Kebahagiaan itu bukan sesuatu yang siap dibuat, itu berasal dari tindakan Anda sendiri— Dalai Lama.Kubaca quotes kiriman dari Mas Danu lalu kurenungi. Benar juga. Sesuatu yang terjadi pada diri kita adalah hasil dari apa yang sudah kita perbuat. Baik dan buruknya tetap saja akan ada balasannya.Satu bulan berlalu ibu memberiku kabar bahwa hari ini Wira menikah.Sebenarnya ada perasaan sedih di hatiku karena aku tidak bisa datang ke sana, tapi demi harga diri suamiku maka aku akan tetap kekeh pada pendirianku.Meski aku ada di WAG keluarga, tapi aku sama sekali tidak pernah menyimak obrolan di sana. Jika sudah banyak pesan masuk langsung kuhapus. Begitu terus selama satu bulan ini. Aku sengaja tidak mau tahu urusan mereka. Aku menjaga kewarasan diriku sendiri.[Selamat ya, adikku sayang semoga langgeng sampai kakek nenek.] Mbak Susi mengirimkan sebuah foto pernikahan di grup. Tanpa aku mendownloadnya aku sudah bisa menebak itu pernikahan Wira.[Aamiin ... terima kasih, Mbak.] jawab Wi
last updateLast Updated : 2022-11-24
Read more

BAB 160. Mereka takjub.

“Ya Allah ternyata dunia hanya selebar daun kelor ya, Mah” sahutku.“Hem, gitu, deh! Ita, kamu harus hati-hati ini sepupu Mamah lain dari pada yang lain dia orangnya egois dan juga sombong. Kalau Mamah enggak ingat orang tuanya sudah malas datang ke sini,” kata Mamah Atik lagi. Duh, kan, baru saja aku memikirkan bagaimana sifatnya malah Mamah sudah kasih tahu duluan dan ternyata tidak baik.“Astaghfirullahal’adhiim ... kok Mamah jadi ghibah gitu, si?” tegurku.“Astaghfirllah. Iya, juga ya, Ta. Duh. Dosa deh, Mamah. Ya, pokoknya gitu ya, Ta. Sudah dulu nanti kita sambung lagi, Mamah mau otewe pulang ini acara inti sudah selesai,” pamit Mamah Atik.“Iya, Mah. Fii amanillah ... mampir ya, Mah?” pintaku.“Insya Allah. Mamah juga sudah kangen sama Kia. Dah, Ita. Assalamualaikum ....”“Wa’alaikumsalam, Mah.” Sambungan telepon terputus. Aku segera mendownload foto pernikahan Wira yang dikirim oleh kakak-kakakku. Untung saja tadi belum kuhapus. Jadi, aku bisa lihat siapa istri Wira.Loh, ini
last updateLast Updated : 2022-11-24
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
22
DMCA.com Protection Status