Share

BAB 160. Mereka takjub.

“Ya Allah ternyata dunia hanya selebar daun kelor ya, Mah” sahutku.

“Hem, gitu, deh! Ita, kamu harus hati-hati ini sepupu Mamah lain dari pada yang lain dia orangnya egois dan juga sombong. Kalau Mamah enggak ingat orang tuanya sudah malas datang ke sini,” kata Mamah Atik lagi. Duh, kan, baru saja aku memikirkan bagaimana sifatnya malah Mamah sudah kasih tahu duluan dan ternyata tidak baik.

“Astaghfirullahal’adhiim ... kok Mamah jadi ghibah gitu, si?” tegurku.

“Astaghfirllah. Iya, juga ya, Ta. Duh. Dosa deh, Mamah. Ya, pokoknya gitu ya, Ta. Sudah dulu nanti kita sambung lagi, Mamah mau otewe pulang ini acara inti sudah selesai,” pamit Mamah Atik.

“Iya, Mah. Fii amanillah ... mampir ya, Mah?” pintaku.

“Insya Allah. Mamah juga sudah kangen sama Kia. Dah, Ita. Assalamualaikum ....”

“Wa’alaikumsalam, Mah.” Sambungan telepon terputus. Aku segera mendownload foto pernikahan Wira yang dikirim oleh kakak-kakakku. Untung saja tadi belum kuhapus. Jadi, aku bisa lihat siapa istri Wira.

Loh, ini
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status