Share

BAB 163. Oh, Mamah Atik.

Pak RT gesit ke luar rumah lalu kembali lagi dengan membawa mobil entah milik siapa. Kami dibawa ke rumah bapak.

Sampai sana sudah ramai tetangga berdatangan, bendera kuning juga sudah terpasang.

Mas Danu menangis seperti anak kecil. Dia memeluk jenazah bapaknya. Tunggu dulu Mamah Atik mana. Apa Mas Danu salah informasi.

“Istri Bapak mana?” tanyaku entah pada siapa barang kali ada yang bisa menjawab.

“Bu Atik, di rumah sakit. Beliau hanya luka ringan,” jawab salah satu dari pelayat di sini.

Aku bersyukur Mamah Atik selamat meski aku tidak tahu apa reaksi beliau saat mengetahui suaminya meninggal dunia.

Kukirim pesan suara pada semua anak-anak Mamah Atik untuk mengabarkan musibah ini.

“Mas, sadar ... enggak baik begini. Ayo, bangun! Kita ambil wudu. Bacakan doa untuk bapak.” Kusentuh bahu suamiku pelan. Setelah beberapa kali baru Mas Danu merespon ucapanku.

Kami mengambil wudu, lalu membacakan doa-doa untuk bapak. Mas Danu celingukan sepertinya dia mulai menyadari bahwa Mamah Atik tid
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status