Share

BAB 161. Seperti mimpi.

“Eghem! Ibu-ibu barang Ita bagus- bagus ya? Kalian tahu tidak, si Ita ini mentang-mentang sudah punya barang bagus-bagus terus barang dia yang jelek itu dikasihkan ke aku. Sombong dan pelit, ya?” ucap Mbak Asih sedikit berteriak.

Aku tidak menyangka Mbak Asih akan bicara seperti itu, padahal kan, dia yang meminta sendiri barang-barang bekas itu. Dasar Mbak Asih julit.

“Wah, iyakah, Sih? Parah si Ita. Meski sudah kaya harusnya tidak begitu. Kalau kasih saudara itu yang bagus bila perlu yang baru,” sahut Bu Jum menanggapi ucapan Mbak Asih.

Kudorong badan Mbak Asih keluar pintu hingga dia hampir terjungkal. Tega sekali dia memfitnahku begitu.

“Eh, kurang ajar kamu, Ita!” teriak Mbak Asih. Segera kututup pintu dapur Bu RT.

Bukannya terima kasih malah memfitnahku.

“Buka Ita, makanku belum selesai!” Mbak Asih menggedor-gedor pintu dapur.

Aku diam saja. Bu RT hanya geleng-geleng kepala.

“Ini, Sih! Makan sana. Kalau sudah beres cuci lagi piringnya.” Bu RT membukakan pintu lalu sisa nasi Mbak
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status