🌸🌸🌸🌸“Ita! Ta!” Mbak Lili teriak-teriak di depan pintu. Aku sama sekali tidak berniat membukakan pintu. Biar tahu adab ketika bertamu. Pasti dia mau buat masalah lagi.“Buka dong, Ta! Aku mau ngomong sama kamu!” pinta Mbak Lili lagi.“Kenapa sih, Lili teriak-teriak di depan rumah orang pagi-pagi begitu!” tegur ibu mertuaku.“Ini Bu, Ita pelit banget padahal aku mau ke rumahnya. Aku mau ngomong sesuatu tapi dia nggak mau bukain pintu. Pelit!” jawab Mbak Asih seraya menendang pintuku.“Dasar orang kaya baru ya, norak begitu! Orang bertamu itu membawa keberkahan malah enggak dibukain pintu. Ancurin saja itu pintunya, Li!” kata ibu mertuaku lagi. Mereka berdua benar-benar sebelas dua belas otaknya konslet semua.“Ita, buka atau betulan aku hancurin pintumu ini!” Ancam Mbak Lili.“Silakan saja Mbak, ancurin itu pintu. Harganya 5 juta rupiah karena kayu jati asli. Jadi kalau Mbak Lili mau ganti ya, tidak apa-apa silakan dihancurin lagi pula tamu seperti Mbak Lili itu tidak akan membawa
Pak RT gesit ke luar rumah lalu kembali lagi dengan membawa mobil entah milik siapa. Kami dibawa ke rumah bapak.Sampai sana sudah ramai tetangga berdatangan, bendera kuning juga sudah terpasang.Mas Danu menangis seperti anak kecil. Dia memeluk jenazah bapaknya. Tunggu dulu Mamah Atik mana. Apa Mas Danu salah informasi.“Istri Bapak mana?” tanyaku entah pada siapa barang kali ada yang bisa menjawab.“Bu Atik, di rumah sakit. Beliau hanya luka ringan,” jawab salah satu dari pelayat di sini.Aku bersyukur Mamah Atik selamat meski aku tidak tahu apa reaksi beliau saat mengetahui suaminya meninggal dunia.Kukirim pesan suara pada semua anak-anak Mamah Atik untuk mengabarkan musibah ini.“Mas, sadar ... enggak baik begini. Ayo, bangun! Kita ambil wudu. Bacakan doa untuk bapak.” Kusentuh bahu suamiku pelan. Setelah beberapa kali baru Mas Danu merespon ucapanku.Kami mengambil wudu, lalu membacakan doa-doa untuk bapak. Mas Danu celingukan sepertinya dia mulai menyadari bahwa Mamah Atik tid
Mamah Atik akhirnya menceritakan kalau mereka korban tabrak lari mobil truk. Mamah Atik dan bpak hendak nyebrang menuju mobil yang mereka parkir sewaktu pulang dari acara nikahan Wira kemarin.. Mamah Atik di dorong bapak sampai jatuh ke parit sedang bapak tertabrak mobil dan terlempar jauh.Dalam perjalanan ke rumah sakit bapak masih sadar dan terus saja mengucapkan kalimat tahlil. Mamah Atik di mobil ambulance tidak pingsan jadi tahu.Mas Danu sudah ikhlas dia tidak mau mencari tahu siapa yang sudah tega main kabur saja, sudah jadi suratan takdir bapak. Mas Danu berkeyakinan bahwa bapak meninggal dengan cara yang baik.“Bapak juga orang baik, Mah. Aku pun tidak menyangka akan bertemu dan bersama Bapak dalam waktu satu tahun terakhir ini.”Ada suara mobil berdatangan ternyata taxi online. Terlihat dari jendela kamar Mamah Atik rombongan yang datang ke sini.“Mereka anak-anak Mamah.” Aku mengangguk mengerti. Aku dan Mas Danu keluar menyambut mereka. Benar mereka saudara tiri Mas Danu a
Tepat jam 10.30 siang jenazah bapak di makamkan.Tempat pemakaman umumnya lumayan jauh dari rumah bapak tadinya tetangga memberi usul untuk dinaikkan mobil saja,tapi Mas Danu tidak setuju dan dia pun sama sekali tidak mau digantikan menggotong keranda bapak. Mas Danu menggotong di sisi kanan paling depan.Mamah Atik pun ikut mengantarkan jenazah bapak, padahal dia pun sedang sakit. Mamah bilang jangan larang karena ini bentuk penghormatannya untuk yang terakhir kali. MasyaAllah begitu besar cinta Mamah Atik pada bapak.Anak-anak panti asuhan tempat bapak jadi donatur tetap pun ikut mengantarkan jenazah bapak. Anak-anak pesantren dekat rumah bapak pun berangkat semua. MasyaAllah seperti yang meninggal orang penting sangat banyak yang mengantarkan ke tempat persinggahan terakhir bapak. Memanjang seperti arak-arakan pawai.Aku sangat terharu melihat pemandangan ini. Semoga bapak mertua mendapatkan kelapangan kubur, diampuni dosanya dan diterima semua amal baiknya.Benar kata orang kalau
~K~U🌸🌸🌸🌸“Danu, besok kamu belajar nyopir ya, ini mobil Bapak sayang kalau enggak dipake,” ucap suami Mbak Sari.“Iya, Mas. Insya Allah,” jawab Mas Danu.Rumah sudah dikunci. Mamah Atik bilang kalau ada orang miskin yang tidak punya rumah boleh menempati rumah ini secara gratis dengan syarat harus dirawat. Kami pun setuju dari pada kosong nantinya malah rusak.“Gimana, Dan. Kalian suka dengan furnitur pilihan Mamah?” tanya Mbak Dwi anak ke dua Mamah.“Alhamdulillah suka, kami apa pun pilihan orang tua selalu suka,” jawab Mas Danu.“Suka dong, pilihan Mamah kan, the best,” sahutku dari ruang makan.“Iya, Ta. Perlu kamu tahu, di rumah kami kalau mau belanja ini itu tanya Mamah dulu,” sahut Mbak Sari.“Mamah Atik keren, ya bisa tahu barang-barang mewah,” pujiku.“Iya, Mamah kan, di sana temannya para pejabat. UPS!” Mbak Dwi langsung menutup mulutnya sendiri. Mamah Atik langsung menghadiahi jeweran di kupingnya.“Sorry, Mom, keceplosan,”ucap Mbak Dwi lagi.Aku jadi merasa aneh dengan
“Sudah enggak usah ribut nanti juga bakal kena karmanya itu si, Ita. Sudah ada contohnya, itu si Mas Wasimin sombong dan semena-mena pada Wak Tono buktinya matinya kecelekaan. Terus itu si Atik ngatain Ibu janda genit, dia jadi janda juga tuh, makanya kalau ngomong harus hati-hati dan jangan sombong,” sahut ibu. Mereka tertawa cekikikan.Bugh!Bugh!“Aaauuuu!”Mbak Lili dan ibu teriak bersamaan. Mamah Atik ternyata mendengarkan ucapan mereka. Sapu yang sedang dipegangi dipukulkan ke pundak ibu dan Mbak Lili.Aku yang mendengar bunyi pukulannya pun ngilu apalagi yang kena pukul.“Ngomong sembarangan lagi, aku usir kalian dari sini!” pekik ibu.“Mana bisa ini rumah Danu adikku, dan Danu dari kecil yang ngasuh ibuku jadi kalau ada yang mau diusir itu kamu bukan kami!” teriak Mbak Lili. Astaghfirullah dasar tidak punya sopan santun.“Ini memang rumah Mas Danu, tapi apa kalian lupa siapa yang memodali semuanya? Kalian tidak ada hak secuil pun di sini, jadi tidak usah sok berkuasa. Mamah At
"Asih! pulang!" Mas Roni teriak di depan pintu ruang tamu. Mbak Asih yang mendengar teriakkan suaminya santai saja tetap menikmati mie ayamnya.Mas Roni sungguh tidak sopan dia kan, bisa salam dulu lalu memanggil istrinya. Ini yang ada seperti yang di hutan teriak-teriak tidak jelas. Pantaslah saja Mbak Asih tidak menyahut sama sekali.“Asih kamu budek ya, pipanggil suami malah makan aja di situ. Ayo, pulang!” teriak Mas Roni lagi. Kami semua sampai kaget mendengarnya.“Heh! Kamu bisa kan, salam terus ngomong baik-baik sama istrimu. Enggak sopan teriak-teriak seperti itu. Dasar punya otak enggak dipakai untuk mikir. Pergi sana!” usir Mamah Atik.Mas Roni hanya melengos saja tidak peduli dengan teguran Mamah Atik. Dia tetap saja masih teriak-teriak sedang Mbak Asij sendiri pun tidak merasa risih dipanggil suaminya begitu dia tetap dengan enjoy menikmati makanannya.Aku sampai geleng-geleng tidak tahu lagi harus menggambarkan sifat buruk Mas Roni seperti apa lagi. Jika aku yang ada di
"Wah, kasihan sekali Asih. Padahal cantik loh," celetuk Bu Jum. Aduh kalau sudah ada Wak Jum begini pasti seantero jagat raya akan tahu tentang nasib rumah tangga Mbak Asih karena Wak Jum adalah ratu gosip di desa ini"Makanya itu aku kesal sekali pada Roni. Tidak bersyukur punya istri secantik Asih. Kalian besok harus bantu aku ya, labrak itu perempuan penjualan mendoan. Kalian kan, gengku jadi harus dukung," pinta ibu.Ya Allah Ibu ternyata sama sekali tidak keberatan aib rumah tangga anaknya diketahui banyak orang. Bahkan dia meminta bantuan Wak Jum dan gengnya untuk melabrak perempuan selingkuhan Mas Roni. Payah kalau begini."Hayok! Aku juga kesel sama pelakor!" sahut Wak Romlah.“Nanti aku bagian yang menjambak rambutnya,” sahut Wak Jum.“Aku bagian cabein nonoknya,” kata Wak Romlah. Lalu mereka tertawa terbahak-bahak.“Kalau begitu kuta siapkan bon cabenya dari sekarang. Belum tahu itu pelakor berhadapan dengan siapa? Kalau masalah per pelakoran yang namanya emak-emak seluruh