Beranda / Romansa / DILEMA DUA HATI / Bab 171 - Bab 180

Semua Bab DILEMA DUA HATI : Bab 171 - Bab 180

195 Bab

Mengumpulkan Bukti

Bagian 171 Mengumpulkan Bukti Fahmi dan Musa terus mengendarai motor dengan kecepatan tinggi hingga ke batas kota. Mereka berburu dengan waktu atau lebih tepatnya khawatir ada yang mengikuti dari belakang. Tak bisa bohong, pasti pergerakan mereka sudah mulai ada yang curiga. Maira memang hanya pembimbing, tapi tak mungkin juga wanita itu hanya diam saja tanpa melakukan apa pun. Kejadian matinya tahanan di dalam penjara tentu akan ia cari tahu sampai dapat. “Pekerjaan kita ini menantang nyawa sekali ya, kalau dipikir-pikir. Yang kita hadapi sekelas Gubernur Asad. Aku tak yakin tim kita masih utuh dalam tiga bulan ke depan,” ujar Musa ketika Fahmi baru menghentikan motornya. Mereka telah sampai di satu tempat yang ditengarai sebagai tempat tinggal si mandor bernama Hamzah. “Berdoa saja, kalau memang usia kita berakhir dalam amar ma’ruf nahi mungkar semoga menjadi jalan buat selamat dari api neraka,” jawab Fahmi. Dua petugas polisi berpakaian bebas itu mulai mencari keberadaan rumah
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-26
Baca selengkapnya

Dua Sahabat

Bagian 172 Dua Sahabat Maira bangun pagi agak terlambat. Tadi malam ia pulang diam-diam, pun ketahuan oleh Ali, tidurnya jadi terlambat dan semua serba terakhir. Tak bisa bohong, wanita itu mulai berpikir keras tentang keterlibatan Ola. Mungkin terjadi sebab ia sudah masuk dalam lingkaran keluarga Asad. Gia saja terkena percikannya apalagi bekas sahabatnya yang pada dasarnya licik itu.“Hati-hati di jalan, Maira. Percayalah sejak tim itu dibentuk hidupmu tidak baik-baik saja, apalagi ketika mereka sadar kau masih ikut campur urusan keluarga gubernur,” ucap Ali pada putrinya. Wanita itu menggangguk mengiyakan kata ayahnya. Iya naik ke mobil tapi turun lagi. Mahar dari Amran itu dipikir-pikir memang mewah dan terlihat mencolok, orang sudah tahu yang di dalam sana pasti Maira. Agak susah jadinya polisi wanita itu bergerak. “Ayah, tukar mobil, ya,” pinta Maira pada Ali. Lelaki bermata abu-abu itu heran, mobil miliknya sudah tua tetapi mesinnya masih bagus, berbeda dengan milik putrinya
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-26
Baca selengkapnya

Bisikan Salju

Bagian 173 Bisikan Salju Diam Maira memandang rekaman CCTV yang ia saksikan di dalam kamar sendirian. Terlihat Ola bolak-balik satu tempat dengan sangat mencurigakan. Headset sudah ia maksimalkan volumenya, tetapi memang tidak ada suara yang begitu jelas. Dengan sabar putri pertama Ali menonton rekaman itu, terlihat tampilan CCTV merekam ketika Ola membuka kaca mobil dan di sana ia duduk dengan seorang gadis yang tak dikenal. Arah jalan menantu Asad itu baru saja keluar dari tempat pemukiman orang miskin yang sedang dibangun. “Apa jangan-jangan dia ini anak lelaki tua itu, ya?” gumam Maira sendirian. Lalu mobil tersebut mengarah pada satu wilayah yang sepi, dan citra satelit menangkap wanita Mesir itu berhenti di satu tempat. “Sudah, besok aku lanjutkan, mataku lelah sekali.” Maira menghentikan jalan video tersebut. Sebelum tidur ia melihat ponselnya sejenak. Ada pesan masuk dari nomor yang ia simpan beberapa minggu lalu tetapi baru kali ini berani berkomunikasi dengannya, siapa l
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-26
Baca selengkapnya

Menggali Salju

Bagian 174 Menggali SaljuFahmi menghentikan mobi di sebuah gerai makanan yang baru buka. Ia dan kelima petugas, termasuk Maira keluar. Putri pertama Ali duduk sendirian tak berbaur dengan yang lain. Fahmi memesan makanan untuk semuanya. Untuk kakak tercintanya tak tahu harus ia beri apa. Ingin bertanya malu, tak bertanya takut salah pesan. “Sudah selesai belum dia memesan makanan? Lama sekali, aku ingin ke sana, mana perutku sudah lapar,” gumam Maira yang ternyata juga menunggu Fahmi selesai mengoder makanan. “Kakak makan apa, ya? Mau tidak aku pesankan yang sama saja. Tapi waktu di rumah dia makan apa pun yang Ibu berikan. Ya, sudahlah coba saja, semoga tidak ditolak.” Alhasil daripada saling menebak isi hati, Fahmi memesankan makanan yang sama untuk semuanya. Dan tak lama kemudian sepiring makanan hangat datang ke meja Maira. Saking lamanya pesanan dibuat ia jadi tertidur. Begitulah jadinya kalau polisi wanita dibatasi jumlahnya. Putri Ali jadi berbaur bekerja bersama lelaki. Na
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-26
Baca selengkapnya

Serangan Jantung

Bagian 175 Serangan Jantung Lima buah lubang kuburan akhirnya digali di tanah milik Heba. Satu jasad si gadis calon madu yang baunya menyeruak, sisanya sudah menjadi tulang belulang, perkiraan matinya sudah lama. Salah satu tulang itu merupakan kematian pembantu saat Maira baru menikah dulu. Sebuah pisau ditemukan terkubur di dalam sana. Semua barang bukti diserahkan oleh Fahmi ke kepolisian wilayah setempat. Tugas mereka hanya memberi tahu orang-orang tentang kejahatan yang tersembunyi itu. “Apakah aman menyerahkan pada mereka?” tanya Fahmi pada Maira. “Kita tidak punya pilihan lain, lagi pula umat sudah tahu, kalau mereka berani menutupi tentu saja akan mengundang murka khalifah dan mereka akan dikenakan sanksi. Iya kalau hanya pemecatan, jika terbukti mereka melakuan kejahatan lain tentu akan digali semuanya sampai mendapatkan hukuman yang pantas.” Maira memandang satu demi satu jasad dan tulang yang dimasukkan dalam kantung jenazah, di bawa masuk dalam mobil milik kepolisian,
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-26
Baca selengkapnya

Kabar Buruk

Bagian 176Kabar Buruk Heba koma, jantungnya bahkan dipasang ring karena terkena serangan parah. Tak kuat wanita paruh baya itu membayangkan kalau dirinya akan dipenjara atau dihukum mati. Sebab terputus nikmat dunia akan membuatnya tak cantik lagi, tak dipandang, bahkan dihina di mata orang lain. Asad memperhatikan istri pertamanya dari luar ruangan. Tak ada orang lain lagi yang bisa diandalkan di rumah itu. Gubernur yang tengah terancam kasus besar itu akhirnya meminta Gia untuk menunggu kakak madunya, setiap hari. Wanita penakut itu menurut saja, ia bawa baju dan tinggal di sana sebagai pihak keluarga. Waktu yang terus berjalan membuat Heba tak terasa sudah berbaring dua minggu saja di ranjang rumah sakit. “Ibu, bagaimana keadaan Ibu Heba?” tanya Maira yang mengunjungi Gia, ia tak berniat menjenguk Heba karena urusannya sudah terlampau banyak. “Masih belum ada perkembangan, Maira. Kau sendiri bagaimana? Baik-baik saja, bukan? Sejak kasus penangkapan itu Ibu belum sempat berbica
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-26
Baca selengkapnya

Black Box

Bagian 177Black Box Fahmi nekat mencuri black box milik Ola agar bukti bisa segera didapatkan. Namun, terlebih dahulu ia meminta tolong pada Maira agar mengajak wanita itu berbicara empat mata saja tanpa didampingi apa dan siapa pun. Tak banyak waktu yang diberikan oleh putri pertama Ali itu, hanya 15 menit saja ia bisa menahan Ola. Dan dalam waktu singkat tersebut dimanfaatkan Oleh putra Naina untuk mendownload semua data yang diperlukan. Mobil Ola dibuka dengan rapi tanpa ada jejak pencurian sama sekali. “Sudah kau dapatkan?” tanya Maira pada Fahi. Mereka pergi berdua lagi karena empat yang lain sedang sibuk bekerja. Gosip tentang kedekatan keduanya masih bisa ditekan entah sampai kapan. “Sudah, terima kasih karena telah menolongku,” jawab Fahmi. Di dalam saku baju sebelah kanannya ada copian data black box milik Ola. “Hm, ya sudah kita kembali dan lihat secepatnya rekaman itu. Segera ringkus saja Ola agar satu demi satu tugas kita selesai. Waktu yang tersisa tak sampai dua bul
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-26
Baca selengkapnya

Menepati Janji

Bagian 178 Menepati Janji Ponsel Maira berdering, wanita bermata biru itu bangun dan melihatnya, panggilan masuk dari Amran. Tak ia hiraukan, lalu lanjut ke kamar mandi untuk cuci muka, sikat gigi, dan wudhu. Selesai, terlihat tiga panggilan tak terjawab dari mantan suaminya. “Sepertinya ada yang penting, nanti sajalah.” Maira mendahulukan kewajiban pada Rabb-nya. Pagi lambat terbit dan walau masih gelap, polisi wanita itu masih harus beraktifitas. Sembari memakai seragam dan menyisir rambutnya ia menghubungi Amran kembali. Maira harus cepat sebab sebentar lagi Gia akan kembali ke rumah sakit menjaga Heba. “Ada apa, Amran, sepertinya penting sampai kau berulang kali menghubungiku?” tanya Maira ketika panggilannya sudah diangkat. Ia menyimak dengan baik, sepertinya Amran begitu sulit untuk mengatakan sebuah berita buruk. “Bohong! Jangan main-main kau denganku!” Jatuh sisir di tangan Maira. Wanita itu suaranya sampai terdengar ke luar kamar. Hira melihat apa yang terjadi dengan kak
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-26
Baca selengkapnya

Pembalasan

Bagian 179 Pembalasan Jenazah Gia didorong oleh Fahmi dan Maira, kemudian mereka masuk di ruangan khusus, di mana biasanya penyidik mencari sidik jari atau temuan apa saja pada jenazah korban pembunuhan yang belum terungkap. Hanya Maira yang bisa memeriksa tubuh Gia, karena keberadaan polisi perempuan yang amat sedikit. “Kau keluarlah, biarkan aku sendiri. Awasi yang lain,” pinta Maira pada Fahmi dengan suara berat. Mengerti bagaimana perasaan wanita itu, Fahmi keluar. Ia tak pulang atau ke mana-mana, menunggu di luar ruangan, mana tahu Maira membutuhkan bantuannya.Putri pertama Ali memakai sarung tangan berwarna putih tulang. ia membuka kain kafan yang menutupi tubuh Gia. Perlahan-lahan agar jenazah tetapi terjaga raganya. Ada perasaan senang melihat ibu mertuanya begitu ditampakkan kesholihannya ketika tiada, tetapi urusan di dunia belum selesai bagi Maira. Tentu ia akan mengejar pembunuhnya siapa pun itu. “Tenanglah, Ibu di sana, di sini aku akan menghukum pembunuhmu. Aku yaki
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-26
Baca selengkapnya

Kehilangan

Bagian 180Kehilangan “Aku hanya mencoba menesehatinya, agar tak meninggalkan anak dan suaminya sendirian. Tapi dia tak terima dan menamparku sangat kuat. Lalu kami pun jadi kehilangan kendali, tiba-tiba saja rem mobil tidak berfungsi dan setir mobil jadi berputar-putar. Mungkin ada hantu yang lewat,” jawab Maira ketika ditanyai oleh pihak kepolisian. Kepalanya diplester akibat hantaman tadi. Ia tak sendiran, Fahmi menunggu di tempat yang agak jauh.“Bukankah kau ini juga polisi?” Mereka masih menggali keterangan dari Maira, sebab Ola sudah tak bisa diselamatkan, mati terpanggang dan terlambat untuk ditolong. “Kami sama-sama polisi. Dia ini istri dari suamiku dulu. Aku kasihan dengan rumah tangga mereka yang baru seumur jagung sudah ingin berpisah. Kalau bisa jangan terulang lagi kesalahan yang pernah aku lakukan dulu.” Maira menjawab sepolos mungkin. Padahal matanya saja sudah mengisyaratkan bahwa ia puas dengan caranya mengakhiri hidup Ola. Lalu seorang polisi lain datang berbisik
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-26
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
151617181920
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status