Home / Romansa / DILEMA DUA HATI / Chapter 151 - Chapter 160

All Chapters of DILEMA DUA HATI : Chapter 151 - Chapter 160

195 Chapters

Bujuk Rayu

Bagian 151 Bujuk Rayu Ola datang menemui Nyonya Heba di pagi hari. Setelah dua minggu Maira menikah ia tak sabar ingin menagih janji istri gubernur itu untuk menempatkan dirinya di dalam rumah. Terserah walau jadi yang kedua pun tak apa. Ola berjanji tidak akan menuntut banyak dari Maira. Lagi pula mereka dahulu bersahabat, ia yakin pasti Maira akan menerima kehadiran dirinya. Menghamba gadis asal Mesir itu layaknya pengemis cinta. Heba sampai risih dibuatnya.“Kau ini, sabar dulu! Baru juga dua minggu putraku menikah sudah mau kau masuk dalam rumah tangganya. Bisa mengamuk Maira nanti di rumah ini.” Sang nyonya utama sudah mulai mengenal watak menantunya, meski demikian ia tetap tak mau mengalah. Perempuan tak bernasab adalah hinaan yang paling sering Heba lontarkan. “Lalu harus berapa lama aku menunggu, Nyonya. Engkau sudah berjanji padaku?” bujuk Ola tak menyerah. Padahal Amran belum pernah bertemu dengan dirinya. “Tunggulah paling tidak dua atau satu tahunlah paling cepat. Nan
last updateLast Updated : 2023-04-02
Read more

Rumah Tempat Pulang

Bagian 152 Rumah Tempat Pulang Maira meninggalkan Amran sendirian di proyek. Bukan tugasnya sebagai polisi untuk mengawasi hal-hal seperti itu. Tak peduli ia walau ada izin dari suaminya atau tidak. Semua perkataan Amran bagai angin lewat saja di telinganya. Kehidupan pernikahan yang tidak sehat, karena sudah salah niat dari awal. Putri pertama Ali itu mulai berjalan dan mencoba mencari Fahmi serta Naina. Dengan berbekal foto usang ia bertanya pada orang-orang di pasar yang keadaanya tidak jauh berbeda miskinnya. Tidak tahu, tidak kenal, atau sudah lama tidak terlihat begitulah reaksi orang-orang ketika Maira mencari seseorang. Memang keberadaan Fahmi serta Naina di sana seperti satu dari jutaan pasir di pantai. Tak menyerah, wanita bermata biru itu masih saja berjalan. Hingga ia berpapasan dengan dua orang yang membuang Fahmi di tengah padang pasir. Mereka berdua pernah berurusan dengan Maira saat membagikan paket makanan. Dua lelaki tersebut membenci gaya kepemimpinan wanita itu
last updateLast Updated : 2023-04-02
Read more

Mulai Jenuh

Bagian 153 Mulai Jenuh maaf telat ya🙏🙏 baru bisa ngetik Terhitung sudah tiga bulan Maira menjalani biduk rumah tangga yang apa-apa serba sendiri dan serba mendapatkan tekanan dari segala sisi. Jika tak ingat dengan tujuan asal, ia sudah menjerit dan mengajukan gugatan. Nafkah lahir tak pernah Amran hiraukan, katanya kebutuhan makan dan minum sudah disediakan ayahnya. Mengenai pakaian juga ia sudah belikan walau tak cocok untuk Maira kenakan sebab lebih mirip terlihat seperti badut. Selebihnya nihil. Putri pertama Ali selalu menggunakan uang gajinya sendiri. Sejak kejadian kentang gorengnya dilempar oleh Heba, Maira tak mau lagi makan satu meja dengan keluarga itu. Mulai dari makan pagi, ia akan pergi kerja lebih dahulu, siang sudah jelas ia mendapat jatah makanan yang sama dengan para pekerja yang Masya Allah, kalau Maira tak protes pada Amran, maka gizi pekerja tersebut tidak layak sama sekali. Malam sebelum sampai di rumah ia sudah makan terlebih dahulu. Heba tidak peduli sama
last updateLast Updated : 2023-04-02
Read more

Hakim yang Tidak Adil

Bagian 154Hakim yang Tidak Adil “Kau ini sudahlah tolol, bodoh pula. Di mana otakmu, Amran?” Heba memaki putra satu-satunya. Ia tak habis pikir, menjaga satu proyek saja sudah tak becus, apalagi kalau diberikan proyek-proyek lainnya. “Sudah, tak ada gunanya marah-marah. Aku akan hubungi Harun sesegera mungkin. Harus dia yang menjadi hakim dalam kasus ini. Maira pasti akan memperkarakannya.” Asad bergerak cepat menghubungi adiknya. “Ibu, maaf. Tapi aku tak tahan melihat uang sebanyak itu. Jadi sebagian aku masukkan ke dalam kantong, dan …” Terjeda perkataan Amran. “Dan apa?” tanya Heba agar lebih jelas. “Aku berikan pada Ola. Dia cantik, jadi aku tak bisa berkata tidak padanya.” Amran menundukkan pandangan. Heba menghela napas dibuatnya. Asad apalagi, punya anak hanya satu perangai luar biasa. Itu pun harus didapatkan dengan program bertahun-tahun lamanya. “Ya Allah, kau, ya ampun, otakmu memang tak ada atau bagaimana?” Heba duduk dan menepuk dadanya berkali-kali. Ola sudah terl
last updateLast Updated : 2023-04-02
Read more

Main Gila

Bagian 155 Main Gila Benar saja, sidang yang membuat Maira duduk sebagai seorang saksi berlangsung sangat lama dan seperti mengulur-ngulur waktu. Sampai jenuh wanita itu dibuatnya. Belum lagi proyek tetap berjalan dan bahan-bahan yang dibeli juga atas pengawasannya. Menumpuk pekerjaan Maira, hingga tujuan utamanya untuk mengawasi keluarga Asad ia lupakan tanpa sengaja. Termasuk pula Amran. Ia lebih sering tidak peduli dengan suaminya. Tidur hanya sebatas melepas lelah di ranjang saja. Tidak ada pelukan, deep talk, atau aktifitas apa pun yang bisa mengeratkan hubungan dua orang itu. Maira ketika pulang sudah sangat lelah luar biasa. Dia juga seorang perempuan yang terkena tamu bulanan dan butuh istirahat. Tak terasa tiga bulan sudah sidang berjalan. Dan keputusan hakim akhirnya menjatuhkan bahwa mandor bersalah karena tuduhan menggelapkan uang. Maira seperti merasa ada yang aneh dengan semuanya. Amran tidak sedikit pun pernah dipanggil sebagai saksi. Namun, semua bukti memang menga
last updateLast Updated : 2023-04-02
Read more

Masih Berharap

Bagian 156 Masih Berharap “Sayang, kenapa tak masuk ke rumah, hari sudah malam, anak-anak juga sudah tidur. Tak takut kena angin yang panas?” tanya Gu ketika Ali merenung di depan rumah. Lelaki yang masih terlihat tegap di usia 50 tahun lebih itu hanya ingin duduk di sana saja tanpa melakukan apa-apa. Jujur saja ia sangat merindukan Maira. Jarak mereka tidaklah jauh. Namun, ada saja kendala bagi mereka berdua untuk bertemu. Video call hanya sebatas mendengar dan menatap dari jauh saja. “Tidak apa-apa, kau tidurlah duluan dengan Zahra. Perasaanku malam ini tidak enak. Takutnya terjadi sesuatu dengan Maira,” ucap Ali sambil menarik napas. “Pikirkan yang baik-baik saja. Apa pun yang terjadi di sana, semoga putri kita kuat. Kalau ada yang aneh, tentu kita tahu. Siapa yang tak mengenal Gubernur Asad, bukan?” “Yang terlihat senang dari luar belum tentu bahagia. Aku merasa ada hal besar yang ditutupi Maira padaku. Semoga hanya prasangka saja.” Ali mengela napas panjang. Gu masuk ke kama
last updateLast Updated : 2023-04-02
Read more

Setahun yang Melelahkan

Bagian 157 Setahun yang Melelahkan Benar kata Gulaisha Amira, Gubernur Asad sekeluarga masih mengupayakan perdamaian antara kedua belah pihak. Mereka inginnya Amran diberi kesempatan kedua. Sayangnya mereka terlambat datang, Maira dan Ali sudah berangkat ke pengadilan untuk mendaftarkan gugatan perceraian. Gu menepati janjinya, tidak ia bukakan gerbang dan berbicara hanya melalui pagar besi saja dengan Heba. “Tak bisakah putraku dimaafkan? Lagi pula baru sekali itu dia meniduri Ola yang belum dinikahi, bujuklah putrimu agar tak menggugat cerai Amran.” Heba kelepasan bicara, Gu kaget tak terkira. Pantas saja Maira sampai menangis seperti itu, ternyata putrinya dihadapkan dengan kenyataan sepahit empedu. “Tak bisa, aku mengenal siapa putri dan suamiku. Nyonya dan Tuan Gubernur pulang saja, kami tidak perlu dikasihani. Juga tidak perlu dibujuk lagi, sekali pun putriku mau berbalikan, aku yang tidak sudi. Sudah, ya, aku masuk ke dalam dulu, pembicaraan ini selesai sampai di sini.” Gu
last updateLast Updated : 2023-04-02
Read more

Nasehat Seorang Ayah

Bagian 158 Nasehat Seorang Ayah “Jadi ternyata tujuanmu menikah untuk hal itu?” tanya Ali ketika mendengar pengakuan Maira. Putri pertamanya hanya mengangguk menegaskan pengakuan. “Dan kau sudah mendapatkan pelajaran berharga bukan?” Kembali lelaki itu bertanya. “Iya, Ayah. Aku pikir akan sama seperti kisah di zaman kerajaan dulu. Dengan pernikahan semuanya bisa selesai. Saat para raja mengambil istri lagi dan akhirnya wilayah mereka bersatu.” Begitu pikiran Maira. “Sudah berbeda zaman dan berbeda situasi pula, dan para raja itu tidak sendirian. Mereka melibatkan orang lain. Kau nekat melangkah seorang diri,” jawab Ali akan pemikiran putrinya. Namun, ia maklumi karena darah muda Maira yang masih suka meledak-ledak dalam mengambil keputusan seperti halnya ia dulu. “Aku pikir dulu tak sulit kalau hanya untuk mencari bukti.” “Apakah kau benar-benar yakin ada kejahatan yang disembunyikan keluarga mantan mertuamu itu? Ingat, tuduhan tanpa bukti hukumannya berat, Nak. Selain kau dipec
last updateLast Updated : 2023-04-02
Read more

Doa Untuk Seorang Janda

Bagian 159 Doa Untuk Seorang Janda Maira duduk di sebelah Fahmi, tapi jelas sekali ia tak mengenalnya. Sebab beberapa tahun berlalu, fisik pemuda yang dulu cengeng itu sudah berubah 180 derajad celcius. Entah mungkin putra Naina itu masih mengenali kakak tercintanya. Namun, Fahmi kini sedang terlelap menuju kota tempat ia mendaftar masuk tentara nanti. Sultan selaku salah satu penguji juga sedang bersiap-siap. Maira merebahkan kepala di dekat kursi. Semua pria di dalam gerbong tidak ada yang berani melihatnya. Curi-curi pandang lalu menundukkan muka ada, itu hal yang normal. Bunga di tengah kumbang jelas sekali menarik perhatian. Padahal tadi putri pertama Ali sedang mengejar pesuruh Harun, dan ia kehilangan jejak di tengah keramaian. Bisa jadi pesuruh itu sadar sedang diikuti. “Aku memang butuh tim untuk menyelesaikan pekerjaanku,” gumam gadis itu sembari menghirup napas panjang. Aroma wangi maskulin di dalam gerbong yang sangat menenangkan. Rata-rata parfum yang digunakan lelaki
last updateLast Updated : 2023-04-02
Read more

Kelima Kandidat

Bagian 160 Kelima Kandidat Di tangan Sultan sudah ada lima kandidat nama yang akan dijadikan tim Maira. Dengan kata lain mereka tidak akan menjadi tentara yang menjaga perbatasan atau dikirim berperang. Melainkan posisi mereka bergeser menangani kejahatan di dalam negeri. Sama baiknya, tergantung niat masing-masing. Hanya saja apakah mereka terima? Lima berkas lengkap yang berisikan nama-nama lelaki itu di antaranya ; Fahmi, Yahya, Musa, Emir, Faiz. Musa dan Emir merupakan yang ahli di bidang IT seperti halnya Afnan dulu. Tiga yang lain memiliki kelebihan di bidang fisik yang akan sangat dibutuhkan Maira. Berkas tersebut dicopy oleh Sultan dan diantar ke rumah Maira. Kini gadis itu membaca satu demi satu profile calon timnya nanti. Terakhir, milik Fahmi ia baca lengkap dengan foto ukuran besar dan kecil. Lama putri pertama Ali itu pandang foto Fahmi. Khas wajah pemuda India dengan hidung mancung dan kulit kecokelatan. Pernah bertemu di kereta, taksi, dan kini jalan menunjukkan ag
last updateLast Updated : 2023-04-02
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
20
DMCA.com Protection Status