Home / Romansa / DILEMA DUA HATI / Chapter 181 - Chapter 190

All Chapters of DILEMA DUA HATI : Chapter 181 - Chapter 190

195 Chapters

Tak Tepat Waktu

Bagian 181 Tak Tepat Waktu “Mau ke mana, Nak?” tanya Ali ketika melihat Maira menggunakan seragam lengkap, dengan rompi, sepatu safety, pisau, pistol laras pendek, HT, penutup wajah khusus, juga helm, seperti akan perang menggerebek sarang musuh. Biasanya dalam kondisi berbahaya seperti yang diisyaratkan Maira sekarang, jarang-jarang polisi wanita diterjunkan, kecuali sudah tidak ada petugas laki-laki.“Ke pusat pemerintahan, mungkin lama akan pulang, atau tak kembali lagi.” Tanpa beban Maira mengatakan hal demikian. Seolah-olah orang tuanya rela ditinggalkan begitu saja. “Ada urusan apa?” Ali mengorek keterangan selengkap-lengkapnya. “Masih urusan lama. Aku pergi dulu, Ayah, jaga ibu dan adik-adik di rumah.” Padahal tak perlu mengatakan hal itu juga Ali sudah menjaga keluarganya dengan baik.Ali hanya memandang kepergian putrinya saja di pagi buta ketika orang-orang belum berangkat ke masjid. Ya, mereka harus berkejaran dengan waktu, selagi keluarga Gubernur Asad disibukkan denga
last updateLast Updated : 2023-04-27
Read more

Jalan-Jalan

Bagian 182 Jalan-Jalan ‘Ya Allah, lindungilah hamba dari godaan daun muda yang mengajak hamba berumah tangga. Dia ini sedang lucu-lucunya, takut main-main saja,’ gumam Maira dalam hati. Sudah 30 menit berlalu dari sejak Fahmi, anggap saja melamarnya secara tak resmi dan putri Ali masih saja bungkam. Ada sedikit rasa tak percaya diri dalam hatinya. Mengingat ia janda, cerai pula bukan ditinggal mati, sedangkan Fahmi masih lajang, dan masih berhak sekali mendapatkan yang masih gadis. Diamnya Maira pun entah ditafsirkan apa oleh Fahmi. Tak ada yang tahu, yang jelas tatapan matanya lurus ke depan. Baru saja Maira ingin menjawab peryataan Fahmi yang belum sampai satu jam. Namun, mata biru itu melihat kedatangan beberapa mobil dan motor ke arah mereka. Datang sudah yang disangka tak hadir hari ini. Pemilihan tempat yang tepat, kalau mati tinggal kubur di antara salju. Untung saja semuanya memakai pakaian siap tempur. “Jaga diri baik-baik, kita kedatangan mobil asing,” ucap Maira dari HT
last updateLast Updated : 2023-04-27
Read more

Menikah?

Bagian 183 Menikah? Tiga hari sudah Fahmi dan rekan-rekannya ada di rumah Khalifah. Mereka mempertanggungjawabkan semua yang dibawa, terutama sang pemimpim tim. Maira sendiri di hari pertama sudah diajak pulang oleh ayah dan pamannya. Fahmi jadi memikirkan wanita itu sedikit, tetapi lekas ia fokus pada tumpukan pekerjaan di depan mata. Tim penyidik didatangkan untuk memeriksa kebenaran berkas tersebut. Lalu mereka pun diterjunkan untuk pergi ke rumah Gubernur Asad, agar semuanya lebih terang benderang. “Kau ini yang pernah pergi dengan Gubernur Latief, bukan? Waktu menemukan pemukiman orang msikin di wilayah yang kita kunjungi?” tanya Khalifah pada Fahmi. Akhirnya tumpukan berkas itu selesai juga diperiksa. Tinggal menunggu kedatangan Gubernur Asad memenuhi panggilan pemimpin di atas pemimpin. “Iya, benar,” jawab Fahmi. Ia ingin berdiri tetapi ditahan terlebih dahulu oleh sang pemimpin. Tertarik lelaki yang usianya lebih tua dariapada Ali itu untuk menjodohkan Fahmi pada putrinya
last updateLast Updated : 2023-04-27
Read more

Kesal!

Bagian 184 Kesal “Kenapa kakak pembina kita tidak datang, ya? Apa tidak diundang oleh Musa?” tanya Yahya sembari memperhatikan Ali yang hadir bersama istri dan lima anaknya, empat, satu disangka anak Maira. “Khalifah sudah mengundang ayah beserta istri dan anaknya, jadi tidak perlu kerja dua kali. Mungkin karena jarak yang jauh jadi malas bepergian. Yang aku perhatikan sudah satu minggu lebih dia tak keluar rumah. Kupikir memang sudah selesai tugas kita, tetapi ternyata ke kantor saja tidak ada,” jawab Fahmi. Segitu usahanya mencari tahu keadaan kakak tercintanya. Selain atas dasar cinta, ternyata pemuda itu juga ingin memberi tahu pada dunia bahwa Maira yang membimbing mereka sampai sejauh ini.Lima polisi baru menetas itu diberikan penghargaan oleh Khalifah, tetapi tidak dengan Maira. Padahal wanita itu juga ikut babak belur, dan paling banyak usahanya mengungkapkan kasus Gubernur Asad. Sekilas tidak terlihat adil, tetapi diam-diam di belakang, khalifah telah membayar sejumlah ua
last updateLast Updated : 2023-04-27
Read more

Yang Tersisa

Bagian 185 Yang Tersisa Gubernur Asad telah ditahan. Ia tak mengingkari semua kejahatan yang telah ia sembunyikan sangat rapat selama hampir puluhan tahun lamanya. Namun, lelaki yang telah ditinggal mati dua istrinya itu tak juga mau menyebut nama Hakim Harun, meski hakim lain telah menekannya berkali-kali agar jujur menyebut semua nama yang terlibat. Saudara dan semua polisi ia sebutkan, dan sidang telah selesai, tinggal menanti hukuman saja. Ex Gubernur Asad dijatuhi hukuman mati, karena tindak kejahatannya tak hanya mencuri saja, melainkan menghilangkan nyawa orang lain demi menutupi tindakannya. Barza telah terlebih dahulu dihukum gantung. Kerabat lain yang tidak ikut andil dalam tindak pembunuhan, serta polisi yang turut menilap uang umat, tidak dikenakan hukuman mati, melainkan potong sebelah tangan. Tak bisa dihindari lagi karena kasus itu mencuat ke tengah-tengah umat. Rumah besar ex gubernur Asad yang ditengarai dibangun menggunakan harta bersama, termasuk mobil, perhiasa
last updateLast Updated : 2023-04-27
Read more

Pengejaran Terakhir

Bagian 186 Pengejaran TerakhirSesuai dengan alamat yang diberikan oleh Amran, ditemukan sudah tiga titik yang terlihat aneh aktifitasnya. Enam orang itu dibagi menjadi tiga tim. Masing-masing terdiri dari dua orang. Inginnya Maira pergi dengan Musa, agar tak bertemu dengan Fahmi. Namun, Musa justru menghindar dari orang sepertinya yang jelas sekali sedang uring-uringan. Jadilah dua orang polis itu seperti batu yang tak bisa bicara di dalam mobil. Ditambah pula salju di akhir musim yang masih menetes. Tadinya Maira serupa kulkas empat pintu, kini sudah bertambah menjadi enam pula. Fahmi tak berani buka suara. Umpatan tak tahu malu masih melekat kuat dalam ingatannya. Nanti saja ia selesaikan ketika urusan terakhir ini betul-betul sudah beres. “Ehm. Aku sudah meminta bantuan kepolisian wilayah setempat. Mereka orang-orang baru, jadi masih bisa dipercaya.” Akhirnya kulkas itu berbicara juga setelah beberapa jam membisu. Fahmi tak menjawab, ia mengangguk saja, takut yang keluar justr
last updateLast Updated : 2023-04-27
Read more

Selesai

Bagian 187 Selesai Fahmi dan Maira membuka matanya perlahan-lahan ketika dua ember air dingin disiramkan ke wajah mereka. Dingin di tengah musim salju yang masih turun. Mereka saling melihat diri masing-masing. Tubuh keduanya terikat dan berada di sebuah gedung kosong juga luas. “Maira, Fahmi. Kalian dua parasit pengganggu, gara-gara kalian, saudaraku banyak yang tewas ditembak.” Lelaki itu duduk di depan keduanya. “Ya, kematian sebenarnya terlalu mudah buat kalian, tapi aku yakin di alam kubur juga kalian kena cambuk malaikat,” jawab putri Ali, sedangkan Fahmi berusaha membuka ikatan di tangannya.“Bawa mereka ke dalam mobil. Terlalu banyak bicara, bosan aku mendengarnya.” Perintah suruhan Harun. Lalu dua orang itu diangkat dalam keadaan terikat dan dimasukkan ke dalam mobil. Sebuah alat berat datang dari belakang hendak menghancurkan mobil Maira dan orangnya di dalam sekalian. Para pesuruh Harun sudah bepergian dan tinggal supir alat berat itu saja dan satu orang pengawas.“Ast
last updateLast Updated : 2023-04-27
Read more

Pengorbanan Seorang Ayah

Bagian 188 Pengorbanan Seorang Ayah. Gu dan tiga putrinya pulang ke kota tempat tinggal mereka menggunakan kereta cepat. Di dalam kendaraan ekpres itu, Maira hanya diam membisu memandang salju yang terus turun dari langit. Salju sebentar lagi akan berhenti, dan Hira kembali sekolah menyelesaikan pendidikannya, lalu Zahra yang masuk pendidian tingkat pertama. Maira sendiri? Tetap bekerja. Kantor tempatnya mengabdi juga mengalami revolusi besar-besaran, imbas dari kasus Gubernur Asad. Jadi sampai musim panas nanti putri Ali akan sangat sibuk. Namun, tak mengapa, dia jadi bisa melupakan Fahmi. “Kau pasti sudah kembali hidup di kota asalmu. Semoga kita tak akan pernah berjumpa lagi,” gumam Maira dalam keheningan. Ibu dan dua adik kandungnya sedang terlelap, jadi polisi wanita itu menjaga mereka dengan baik. Masalah luka hatinya, ia yakin akan membaik dengan sendirinya. Sampai juga empat perempuan beda generasi itu di stasiun. Tadinya Gu ingin menelepon Ali untuk menjemput mereka. Na
last updateLast Updated : 2023-04-27
Read more

Pertandingan Sepak Bola

Bagian 189 Pertandingan Sepak Bola Pagi-pagi selepas Shubuh Maira sudah siap dengan seragam lengkapnya, minus rompi anti peluru saja, pistol dan HT turut serta ia bawa. Ia ada pekerjaan penting dari pagi sampai sore, makan dan sholat di sana saja. Namun, sebelum pergi ia sempat berpamitan pada Ali yang memandangnya agak berbeda pagi itu. “Ayah pergi menonton sepak bola nanti?” tanya Maira. “Tidak, Ayah sudah cukup tua untuk urusan itu, biar yang muda-muda saja.” “Terus rapi sekali pagi ini, Ayah mau pergi ke mana?” Agak curiga Maira. “Ada urusan penting, demi keluarga ini juga.” Ali menyembunyikan tujuannya hari itu pada putrinya. Jika Maira tahu sedang dicarikan jodoh, bisa-bisa ia mengelak lagi. “Oh, kabari bagaimana hasilnya, ya. Aku pergi dulu.“ Pagi itu Maira menggunakan mobil polisi karena tugas besar yang ia emban. Maira memimpin tim untuk menjaga keamanan pertandingan sepak bola di salah satu stadion olahraga. Putri Ali mengawasi di tempat duduk khusus perempuan, yang
last updateLast Updated : 2023-04-27
Read more

Benang Merah

Bagian 10 Benang Merah Ali menelan kekecewaan saat ke rumah Fahmi. Ternyata orangnya tidak ada. Ia pun tak berniat masuk ke rumah ketika kepala keluarga itu tidak ada di tempat. Sudahlah lelah, jauh, musim panas lagi. Sang kapten yang seharusnya sudah pensiun itu pun kembali ke kotanya. Menaiki kereta api super cepat. Beruntungnya di musim panas, siang sangat lama daripada malam, walau angin yang bertiup jadi ikut-ikutan panas. Beberapa jam kemudian ia sampai di pemberhentian kotanya, dan bertemu dengan teman lamanya lagi yang sama-sama kecewa—Hamdan.“Kenapa mukamu ditekuk begitu?” tanya Ali yang langsung menghampiri temannya. “Yang dicari tak ada di rumah,” jawab Hamdan. Mereka memang tak selemah orang-orang tua pada umumnya, tetapi kalau disuruh bepergian dan yang dicari tak ada juga, lelah terasa tubuh mereka. “Sama kalau begitu. Sudah lelah pergi ke sana, salahku juga, kenapa tak memberi tahu dulu.” Ali menarik napas panjang. Ia melirik jam tangannya, Dzuhur masih panjang sek
last updateLast Updated : 2023-04-27
Read more
PREV
1
...
151617181920
DMCA.com Protection Status