All Chapters of Dibohongi Suami yang Ternyata Kaya: Chapter 201 - Chapter 210

282 Chapters

Bab 201

Sudah hampir satu jam Gala menunggu jemputan, tapi supir pribadi Danil belum juga datang. Bahkan sekolah tempatnya belajar sudah sepi dan pintu pagar sekolah pun sudah dikunci oleh satpam sekolah sejak beberapa menit yang lalu.Bukan hal asing jika supir pribadi Danil tidak menjemputnya saat pulang sekolah. Hampir sering lelaki itu melakukannya. Tetapi Gala memilih diam, dan tidak pernah sekalipun ia melaporkannya kepada Danil. Satu hal, dia tidak ingin terjadi keributan antara ayah angkatnya dan sopir pribadinya. Seringnya Gala tidak dijemput, membuat bocah lelaki itu memiliki jalan tikus untuk sampai ke rumahnya. Jadi, jika supir itu tidak menjemputnya, Gala akan pulang sendiri melalui jalan tikus. Jalan yang sama, dimana ia menemukan Akbar dalam keadaan mabuk di depan rumah kosong tempatnya berteduh.Mata Gala menatap ke kiri dan ke kanan jalan. Satu tangannya memegangi perutnya yang keroncongan, rasa lapar sudah mendera sejak beberapa saat yang lalu. Apalagi panas yang menyengat,
Read more

Bab 202

"Terimakasih Ayah, besok pagi aku akan pulang ke rumah pagi-pagi sekali," jawab Gala. Agar seseorang yang berada di balik telepon tidak mengkhawatirkannya. "Tidak usah. Besok Ayah akan menjemput kamu ke sana. Kamu kirimkan saja alamat rumah itu," jawab Danil dari balik telepon.Wajah Gala berubah. Wisnu menatap penasaran pada penyebab perubahan wajah Gala. Ia sama sekali tidak bisa mendengar apa yang sedang seseorang dibalik telepon bicarakan pada Gala."Apakah hal itu tidak merepotkan, Ayah?" lirih Gala mengigit bibir bawahnya. Selama ini Danil selalu sibuk dengan pekerjaannya mengurus semua perusahaan Tuan Seno. Yang kelak akan menjadi milik Gala juga. Begitulah pikirnya. Padahal hal itu tidak akan pernah mungkin terjadi. Karena Danil akan menguasai semuanya."Tidak, katakan saja di mana alamat rumahnya. Besok Ayah akan menjemput kamu sekalian berangkat kerja," balas Danil.Gala menyebutkan alamat tempat tinggal Wisnu pada Danil. Lalu mengucapakan salam pada Danil sebelum ia mengak
Read more

Bab 203

Beberapa kali Gala mengucang tubuh Wisnu yang tidur di atas sofa. Hingga lelaki itupun terbangun."Tuan, Bik Asma mengigau terus!" ucap Gala dengan wajah panik. Tangannya terus mengucang tubuh Wisnu.Cepat Wisnu menyadarkan dirinya. Tidak peduli kepalanya seperti berputar-putar karena terkejut Gala membangunkannya. Ia bergegas turun dari bangku sofa dan berjalan menuju ranjang Asma. Wisnu mengatur nafasnya untuk sesaat. Ia tidak ingin mengagetkan Asma yang merancau. Perlahan Wisnu membangunkan Asma, mengucang pelan bahunya dan sesekali menepuk lembut pipi Asma."As, bangun sayang!" lirih Wisnu."Akbar!" teriak Asma tersadar. Kedua matanya membulat, nafasnya terengah-engah. Entah apa yang baru saja memenuhi alam bawah sadarnya. Yang pasti wajah Asma terlihat sangat ketakutan sekali."Sayang minum' dulu!" perintah Wisnu menyodorkan segelas air putih pada Asma. Yang ia ambil dari atas nakas. Wajahnya nampak sangat khawatir sekali menatap pada Asma.Asma membuang tatapannya dari Wisnu. W
Read more

Bab 204

"Tuan mengenal ayahku?" Gala menoleh pada Wisnu yang berdiri di sampingnya. Memasang wajah terkejut."I-iya aku mengenalnya!" jawab Wisnu tanpa menoleh sedikitpun pada Gala. Netranya mengawasi lelaki yang turun dari dalam mobil."Gala!" sapa Danil melemparkan senyuman hangat pada Gala. Berjalan menghampiri Gala dan Wisnu yang berdiri di depan pintu pagar rumah."Danil jadi Gala adalah ...!" Wisnu seperti tidak percaya. Jika bocah lelaki yang sudah menolong istrinya tidak lain adalah anak Danil."Iya, Gala ada adalah anakku!" Danil merangkul bahu Gala ke dalam pelukannya setelah tiba di beranda rumah.Wisnu tercengang. Jari telunjuknya mengacung ke arah Danil dan Gala yang berdiri saling mensejajari. "Ya Tuhan, semua seperti kebetulan!" Senyuman Danil terukir. Satu tangannya menepuk bahu Danil."Iya, takdir memang membuat kita selalu takjub," balas Danil tersenyum hangat."Kenapa dengan Asma, aku denger ada sesuatu yang terjadi?" tanya Danil.Gurat pada wajah Wisnu mendadak berubah pi
Read more

Bab 205

"Aku, aku tidak bisa mengantarkan Nona," balas Gala dengan tatapan wajah terpaksa. Ia takut jika yang ia lakukan salah.Kekecewaan terlukis jelas pada wajah Natasya seketika. "Ayolah aku mohon!" lirihnya dengan suara lemah. "Kamu harus menolongku!" mohon Natasya terisak. Butiran air mata mengalir deras. Ia menyadari jika dirinya telah berbadan dua, dengan gejala-gejala yang dialaminya. Meksipun dirinya belum melakukan tes kehamilan."Nona sedang sakit, jadi lebih baik Nona di sini saja," ucap Gala. "Tubuh Nona juga demam," imbuhnya.Sentuhan tangan Natasya yang terasa begitu hangat menempel pada tangan Gala. Membuat Gala menduga jika Natasya juga mengalami demam. Meksipun ia belum memastikannya. Tetapi wajahnya yang tidak baik-baik saja, begitu mudah untuk Gala menerkanya."Nona tunggu di sini, aku akan menghubungi ayah!" tutur Gala hendak bangkit dari bangku sofa. Wajahnya panik. Tetapi sayangnya Natasya menarik tangan Gala hingga kembali duduk. "Jangan, jangan lakukan itu!" cegah N
Read more

Bab 206

Waktu seperti melambat. Suara-suara ramai yang memenuhi lorong menuju ruang ICU sama sekali tidak dapat Danil dengar. Indra pendengarannya dipenuhi oleh kekhawatirannya pada keadaan Natasya. Terkaan itu semakin membuatnya takut, tubuhnya semakin bergetar hebat.Suara derit pintu yang terbuka menyadarkan Danil dari lamunan. Bergegas lelaki itu bangkit dari bangku tunggu yang berada di luar ruang ICU, menghampiri seorang lelaki yang muncul dari balik pintu ruangan yang terbuka. Setelah lampu merah yang berada di atas pintu mati."Bagaimana dengan keadaan Pasien, Dok?" tanya Danil memburui. Wajahnya menegang, cemas. "Kalau boleh tahu ada hubungan apa anda dengan pasien?" jawab lelaki berseragam putih itu dengan ramah."Saya, saya ... Ehm, saya adalah suaminya," jawab Danil terbata. Wajahnya nampak berpikir keras. Takut jika salah berucap. Ia terpaksa mengaku sebagai suami Natasya.Tiba-tiba lelaki yang berada di depan Danil mengulurkan tangannya. Danil memasang wajah terkejut."Apa ini,
Read more

Bab 207

Bubur ayam sudah tersaji di atas nampan yang berada di atas meja makan. Aroma khas makanan dengan tekstur lembut itu menyeruak ke udara bersama dengan kepulan asap putih yang menguar bersatu bersama udara.Bibik masih sibuk menyiapkan segelas susu hangat untuk Asma. Sejak kemarin, wanita itu muntah-muntah dan menolak untuk makanan. Katanya, nafsu makannya mendadak bilang. Tapi menurut Bibik jika ia juga membuat segelas susu hangat, setidaknya jika Asma menolak memakan' bubur ayam buatannya, dia masih bisa meminum susu hangat.Lelaki dengan kemeja berwarna putih berjalan ke arah dapur. Netranya menatap ke arah meja makan. Sementara jemarinya menautkan kancing pada pergelangan tangan kemeja yang ia kenakan. "Sudah siap, Bik?" tanya Wisnu mendekati meja makan. Menatap pada bubur ayam yang mengepulkan asap putih dan aroma lezat ke udara."Sudah Tuan!" balas Bibik sekilas menatap ke arah Wisnu, seraya meletakkan segelas susu hangat di atas nampan. Tepat di samping mangkuk bubur ayam yang
Read more

Bab 208

Di dalam ruangan berdinding serba putih. Dengan aroma obat-obatan yang menusuk pangkal hidung. Wisnu menunggu dengan perasaan gusar. Sejak beberapa menit yang lalu, Dokter Riana yang tidak lain adalah sahabatnya sendiri semasa sekolah membawa Asma masuk ke ruangan lain. Ruangan yang di pisahkan oleh tirai berwarna hijau yang masih berada di dalam satu ruangan. Sementara Wisnu menunggu pada bangku meja kerja Dokter Riana.Sayup-sayup Wisnu mendengar apa yang Dokter cantik yang memiliki dua anak itu tertawa kecil. Entah apa yang sedang Dokter Riana lakukan di dalam ruangan bertirai hijau dengan Asma. Hingga Wisnu tidak boleh melihatnya.Cepat Wisnu mengalihkan tatapannya, saat Dokter Riana menarik tirai yang menjadi penyekat antara ruang pemeriksaan dan ruang konsultasi."Silahkan ibu Asma!" tutur Dokter Riana terdengar begitu ramah. Sekilas ia menatap pada seseorang yang berada di dalam ruang pemeriksaan.Tinggal tirai penyekat yang hanya sebatas mata kaki. Membuat Wisnu dapat melihat
Read more

Bab 209

Cepat, Wisnu menarik pergelangan tangan Natasya menjauh dari pintu rumah. Segera ia menutup daun pintu rumah kembali. Sebelum Asma melihat kehadiran gadis itu di rumahnya. Memorinya kembali teringat saat Asma marah kepadanya di kantin kantor hanya karena keberadaan Natasya."Apa yang kamu lakukan di sini, Nat?" decih Wisnu menjatuhkan tatapan kesal. Sesekali matanya melirik ke arah pintu rumah. Takut jika tiba-tiba Asma muncul dari sana.Butiran bening berjatuhan membahasi pipi Natasya. Bahunya bergerak naik turun. Wisnu yang berdiri di hadapannya semakin dibuat bingung dengan sikap Natasya.Satu tangan Wisnu menyugar rambutnya hingga berantakan. Kepalanya serasa berdeyut seketika. Firasat buruk diam-diam menyelinap."Cepat katakan Natasya, jangan buat aku bingung seperti ini!" desak Wisnu kesal. Ia ingin buru-buru kembali ke kamar Asma dan segera menyelesaikan urusannya dengan istrinya.Natasya mengangkat wajahnya, menatap pada Wisnu. Hidungnya merah, suara isakannya terdengar sumban
Read more

Bab 210

Degupan jantung Wisnu masih berdebar tidak beraturan. Tubuhnya lemas, bersandar pada pintu kamar Asma yang tertutup. Perlahan butiran bening jatuh membasahi pipinya. Cepat Wisnu menghapus air mata dari pipinya. Meskipun dia tidak bisa menghapus luka di dalam dadanya.Sekali lagi Wisnu terus berusaha untuk menguatkan diri. Ia telah bersumpah tidak akan pernah melepaskan Asma. Sekalipun wanita yang berada di dalam kamar itu bersikukuh untuk berpisah."Oke, jika Abang tidak mau melepaskan aku sekarang karena kehamilanku ini. Setelah anak ini lahir, aku ingin kita berpisah. Jadi tidak ada alasan lagi untuk Abang menahan aku!" pekik Asma dengan mata merah dan wajah meradang.Tatapan Asma begitu serius. Saat mengucapkan kalimat-kalimat yang mengiris hati Wisnu. Seketika itu juga porak poranda semua harapan di hati Wisnu."Tidak, As, aku tidak akan pernah melepaskan kamu. Sekalipun aku harus mati!" lirih Wisnu pada dirinya sendiri. Saat ucapan Asma terputar kembali di dalam kepalanya.Hari t
Read more
PREV
1
...
1920212223
...
29
DMCA.com Protection Status