Bara selalu salah tingkah kalau Cintya menatapnya lama. Apalagi di hadapan uminya. "Nanti kita usahakan bulan depan pulang lagi, kalau banyak waktu, Mi," bujuk Cintya. "Iya, Mi. Syukurannya ditunda saja," imbuh Bara agak lega, karena Cintya juga mendukungnya. Umi Khofsoh terlihat kecewa. Namun sejurus kemudian, dia mengelus perut menantunya. "Dijaga baik-baik ya. Jangan sampai kelelahan!" Mah tak mau, dia harus merelakan menantu kesayangannya pergi. "Nggih Umi," jawab Cintya. Dia lantas menyandarkan kepalanya di bahu sang mertua. Bara mengutak-atik ponselnya. Dia mencari jadwal penerbangan tercepat hari ini. "Apa Umi ikut ke Tolitoli saja?" tanya Cintya. Bara yang semula menatap layar ponsel, langsung menoleh. "Umi sudah tua, nanti malah merepotkan. Lagipula, kalau kalian kerja, umi nanti kesepian," ujarnya sambil mengelus rambut hitam legam Cintya. Mereka tidak terlihat layaknya menantu dengan mertua. Cintya yang pandai mengambil hati mertuanya, membuat umi Khofsoh begitu
Read More