Bara menyesap kopi buatan mbah Yah. Aroma kopi yang khas, membuat matanya lebih segar. "Mas, aku pengen liburan di sini dulu." Aisya keluar dengan menggunakan mukena. "Jangan memakai mukena Cintya, nanti dia marah," ujar Bara saat melihat Aisya memakai mukena istri pertamanya. Dia tahu Cintya tidak ada di sini, tapi bisa dipastikan dia akan sangat marah kalau barangnya dipakai Aisya. "Cuma mukena juga," rajuk Aisya. "Dia tidak suka barangnya dipakai orang lain, Aisya." Aisya langsung ke dalam dan melepas mukena berwarna biru laut milik Cintya. Dia melempar asal di atas kasur. Bara menghela nafas pelan. Kesabarannya sekarang benar-benar diuji. "Jangan merajuk, Sayang. Nanti aku belikan kamu mukena yang sama," bujuk Bara. "Kenapa sih, enggak ada yang peduli sama aku? Cintya terus yang dipikirkan," kesal Aisya. Dia merasa dunia ini tak adil baginya. Dia yang disakiti, tapi malah Cintya yang di pikirkan. "Bukan begitu, Sayang," bujuk Bara. "Mas tahu, aku sedang sakit dan dia de
Read more