Bara tersenyum melihat tingkah istrinya. Aisya, istrinya yang polos dan manja, selalu membuat hatinya nyaman. "Aku tadi hanya kesal, karena dianggap pembantu," ujar Aisya lagi.Bara juga merasa bersalah, karena tidak membela istrinya tadi. Dikecupnya pipi Aisya, agar istrinya tahu kalau dirinya tidak marah. "Mas mau memaafkanku, 'kan?" tanya Aisya manja. Aisya tahu, kalau Bara suka dengan sikapnya yang manja.Bara menggeleng tidak setuju. "Jadi, Mas enggak mau maafin aku?""Ada syaratnya!" "Syarat?" "Iya. Enak saja tiba-tiba minta maaf setelah marah-marah. Pokoknya aku enggak mau maafin, kalau syaratnya belum terpenuhi," ujar Bara sambil tersenyum penuh makna.Bara menunjuk pipinya sebelah kanan. Aisya mengendikkan bahu tak paham. "Aku kasih contoh," ujar Bara. Aisya tersenyum malu, mengerti apa maksud Bara. Pipinya yang putih, bersemu merah layaknya kepiting rebus. "Buruan!" Bara tak sabar melihat reaksi istrinya. Aisya melakukan yang Bara perintah. Tak hanya pipi kanan, dia
Baca selengkapnya