"Andai Mbak tahu, indahnya poligami, pasti akan menerima dengan indah syariat Nabi ini. Saya juga tidak akan masuk ke rumah tangga Mbak dengan Mas Bara, kalau bukan karena takdir Allah," ucap Aisya dengan tenang. Cintya memutar bola mata malas. Memang susah memberi tahu orang yang hatinya belum terbuka. "Aisya, coba kamu pelajari lagi. Nabi itu tidak poligami dengan gadis perawan, tapi sama janda yang suaminya sahid di medan perang. Beliau tidak berlandaskan nafsu, melainkan ingin menolong. Jadi kamu jangan merasa sok benar!" sindir Cintya lalu berdiri dan meninggalkan mereka berdua. "Semoga Allah membukakan pintu hatimu, Mbak," ucap Aisya sebelum Cintya berlalu. "Semoga Allah juga menyadarkan kalian kalau jalan yang kalian ambil salah," balas Cintya. "Kenapa kalian malah debat. Kamu juga Cintya, Mas belum selesai bicara."Bara kehabisan akal menghadapi istrinya. Entah sampai kapan mereka akan akur. Bara meremas rambutnya kuat. Dia pusing, sudah dihadapkan dengan masalah sepagi i
Read more