Cintya masih sibuk menenangkan umi Khofsoh. Dia juga meminta mbah Yah, untuk membawakan segelas air putih. Setelah meminum air, umi Khofsoh tampak lebih tenang dari sebelumnya. Dia terus memandangi wajah ayu Cintya yang tampak natural, tanpa riasan wajah. "Maafkan Bara, Umi," sesal Bara, telah membuat uminya menangis. "Umi ingin, berbicara bertiga dengan kalian, di taman." Cintya dan Bara saling berpandangan. Sepertinya ada yang ingin umi sampaikan. Belum sempat mereka berdiri, seorang tamu datang. Rupanya orang yang Cintya suruh bersih-bersih rumah, membantu mbah Yah. "Permisi, maaf saya terlambat datang," ucapnya sopan. "Enggak apa-apa, Mbak Eni. Nanti biar dikasih tahu mbah Yah, kerjanya apa. Mbah Yah ada di dapur," ujar Cintya."Iya, Bu," jawab mbak Eni. Dari segi usia, mbak Eni hampir sama dengan Cintya. Bedanya, mbak Eni terlibat lebih berumur. "Kalau begitu, saya langsung ke dapur, Bu. Permisi." Mbak Eni langsung menemui mbah Yah, karena merasa tidak enak, di hari perta
Read more