"Maira?" Sontak aku terlonjak ketika seseorang memanggil nama 'Maira'. Nama yang tak asing bagiku. Astaga! siapa laki-laki ini? Kenapa ia tahu nama kecilku? "Shinta! Apa yang pecah?" Tiba-tiba ibu datang menghampiriku. Wajah mertuaku itu merah padam. Tatapannya nyalang padaku. Beliau pasti sangat marah. "G-gelas, Bu," sahutku bergetar. Aku masih shock dengan kejadian di ruang tamu tadi. Tubuhku masih gemetar. Bulir bening pun telah luruh di kedua pipiku. Berkali-kali aku mencoba menghapusnya dengan punggung tanganku. Sementara laki-laki yang menabrakku tadi masih terus menatapku. Entah kenapa aku merasa tak asing dengan tatapan teduh itu. Sungguh hati ini terasa damai melihat tatapan pria itu. "Hai, Kak Raka. Mau ke toilet? Yuk, aku antar!" Tiba-tiba imah datang menghampiri laki-laki yang ternyata bernama Raka itu. Imah sepertinya memang berusaha untuk mencari perhatian Raka. "Oh, ya. Makasih, Dek Imah," sahutnya ramah. Bibirnya melengkung menciptakan sebuah senyuman. Imah nampa
Baca selengkapnya