Share

Bab 7

"A-paa? Akad nikah? Siapa yang akan menikah?

Ya Tuhan apakah dugaanku ini benar? Mas Alif akan menikahi Mela? Berarti apa yang dikatakan Pak RT semalam benar-benar terbukti. Padahal sejak semalam aku masih berharap, tuduhan terhadap Mas Alif itu adalah salah.

Seketika tubuh ini terasa sangat lemas dan tak bertenaga. Sanggupkah aku menerima kenyataan ini?

"Shinta! Ada tamu bukannya disuruh masuk, malah melamun. Dasar menantu nggak guna!" Tiba-tiba  Kak May sudah berada di belakangku. Kakak Iparku itu membentakku di depan para tamu. Matanya nyalang menatapku.

"Ayo silakan masuk bapak dan Ibu!" ajak Kak May dengan sangat ramah. Siapa sebenarnya tamu-tamu ini? Apakah mereka keluarga dari Mela?

Sepasang suami istri dan laki-laki paruh baya itu masuk dan duduk dikursi yang sudah ditata oleh kak May dan Imah. Beberapa makanan dan minuman sudah tersedia di meja tamu. Tak lama kemudian beberapa warga pun berdatangan. Termasuk pak RT dan istrinya..

Sementara aku masih berdiri mematung karena bingung. Aku harus cari tau apa yang sebenarnya terjadi. Aku berhak tau. Bukankah aku adalah istri Alif?

Segera aku melangkah menghampiri Ibu di kamarnya. Aku harus minta penjelasan pada beliau.

Aku mengetuk pintu kamar ibu yang tertutup rapat, dengan tubuh gemetar.

Dada ini terasa semakin sesak. Menyiapkan hati untuk menerima kemungkinan-kemungkinan terburuk yang akan aku dengar nanti.

Terdengar sahutan dari dalam setelah beberapa kali pintu kuketuk.

"Ada apa?" tanya ibu ketus ketika membuka pintu. Tatapan matanya begitu tajam menusuk manik mataku.

"Bu ..., tolong jelaskan padaku. Apa yang di katakan warga semalam tentang Mas Alif  benar-benar terbukti?"

Ibu tak menjawab.

Aku memandang ibu dengan tatapan memohon. Sementara jantung ini terus berdetak dengan cepat.

Ibu membuang napas kasar. Lalu kembali ke meja rias melanjutkan merias diri tanpa menjawab pertanyaanku.

"Tolong jawab, Bu! Aku berhak tahu. Aku ini istrinya," teriakku tak tahan.

"Hei, pelankan suaramu!" bentak ibu dengan mata melotot.

"Jadi benar semua itu, Bu? Jadi benar Mas Alif terpaksa harus menikahi perempuan itu? Iya kan, Bu?" cecarku mendekati ibu dengan air mata mulai mengalir.

Ibu tetap bergeming.

"Siapa bilang Aku terpaksa menikahi Mela? Asal kamu tahu, kami sudah saling mencintai." Aku terlonjak mendengar suara yang sangat kukenali itu.

Perlahan aku membalikkan badan, menatap laki-laki yang masih menjadi suamiku. Hatiku seakan diremas melihat Mas Alif memakai kemeja putih lengan panjang, dengan dasi panjang berwarna navi. Ia menatap seakan meremehkanku. Tak peduli betapa sakitnya hati dan perasaan ini.

Aku menekan dada yang kian terasa nyeri. Bagai tertusuk ribuan jarum yang sangat tajam.

"Astaghfirullahalladzim ... kamu tega sekali, Mas," lirihku seraya kembali mengurut dada yang terasa makin penuh.

Air mata semakin deras mengalir di pipiku Apa yang aku takutkan ternyata menjadi kenyataan.

"Sudahlah, Shinta. Sebaiknya kamu diam dulu. Tidak enak di dengar orang. Sudah banyak tamu di depan. Kalau kamu tidak sanggup menyaksikan ini. Kamu di dalam saja!" Kali ini Ibu berbicara agak lembut padaku. Mungkin ibu mulai merasa iba padaku.

"Awas kalau sampai kamu membuat malu, Aku akan ..." Mas Alif tidak meneruskan kata-katanya. Sementara dia semakin geram menatapku.

Comments (13)
goodnovel comment avatar
Eko Budi
aneh aja terlalu..gak masuk akan critanya g mungkin istri mau di 2
goodnovel comment avatar
kezia desta
tunggu karma kalian apa yg uda kalian lakuin ama shinta
goodnovel comment avatar
Sucianti Omalin
šŸ«°šŸ«°šŸ«°šŸ«°šŸ«°šŸ«°šŸ«°šŸ«°šŸ«°šŸ«°
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status