Akhirnya aku terpaksa membawa anak-anak ke café yang dijanjikan oleh Firman. Dalam hati berharap, anak-anak anteng dan tidak rewel karena tentu saja ini pertama kalinya aku tanpa Namira membawa anak-anak di tempat umum. Seepanjang jalan aku menasehati mereka agar nanti tidak rewel, menurut dan tidak minta macem-macem. Entah mereka paham atau tidak, yang jelas saat aku bicara, Dafi selalu tertawa-tawa. Mungkin, bagi bayi berumur setahun ini, dia pikir mau diajak jalan-jalan.Mau bagaimana lagi, tidak mungkin aku meninggalkan anak-anak di rumah tanpa mengawasan siapapun. Mau nitip ke mertua, malah nggak ada di tempat. Mau bikin janji lagi lain waktu, Firman susahnya minta ampun diajak ketemuan.Seperti saat di rumah mertua, aku menggendong Dafi dan menggandeng Dafa, tak lupa tas selempang ada di pundak, berjalan memasuki area mall setelah memarkir mobil. Benar juga kata kurir tadi, tak heran kalau dia menganggapku mengirimkan istri ke LN, sementara di jam kerja begini aku sibuk dengan
Baca selengkapnya