“Ya Alloh, Mas. Masak aku doain kamu dipecat. Ya, ngga lah. Aku cuma doain agar kamu cepet sadar. Mungkin sama Alloh, jalannya kamu sadar itu ya mesti dipecat dulu. Ngga punya kerjaan. Baru kamu sadar,” sahut Namira datar. Mataku melotot mendengar penjelasan Namira. Jadi, benar ini semua kontribusi dari doa istriku? Jadi mereka benar-benar menganggapku selingkuh dan aku harus merasakan akibat perbuatanku? Aku mengacak rambutku kasar. Aku semakin tak mengerti jalan pikiran ibu dan anak di depanku ini. Keduanya seolah kompromi memojokkanku. Harusnya mereka memberiku semangat agar aku tak patah semangat dan terus mencari kerja. Bukan menguliti kesalahanku seperti ini. Dasar perempuan-perempuan aneh! Hari menjelang malam, ibu mertuaku dijemput oleh kakak iparku, Mas Bram. Lagi-lagi, kakak iparku juga memasang wajah jutek padaku, seolah aku ini seorang pecundang yang harus dimusnahkan dari muka bumi. Padahal kesalahanku hanya satu. Salah posting status. Namanya manusia, tempatnya sal
Terakhir Diperbarui : 2022-07-30 Baca selengkapnya