Suasana romantis seketika lenyap, hanya gara-gara kelebatan bayangan seseorang.“Dik, aku tidak bohong. Itu hanya Vania sama Firman,” ujarku lirih.Namira menatap lagi ke arah tadi. Dia memastikan aku tidak membohonginya.Aku menarik nafas dalam-dalam. Betapa sulitnya mengembalikan kepercayaan yang pernah hilang!Namira menatapku sekilas, lalu mengangguk. Bibirnya sedikit ditarik ke belakang.Aku yakin, Namira kini sudah percaya. Dia sudah pernah bertemu dengan Vania. Tentu saja, dia masih ingat. Apalagi kalau dia juga sempat melihat foto-foto yang tak sengaja aku posting.“Tak percaya, kamu pernah menyukainya,” guman istriku dengan nada mengejek.Pelan, tapi aku dapat jelas mendengarnya. Untungnya, Dafa sibuk dengan makannya. Dan Dafi belum mengerti apa yang dikatakan bundanya.Aku hanya menunduk.Aku pun tak mengerti, kenapa bisa terjerat oleh Vania. Yang jelas, awalnya dia hanya stafku, sering lembur bareng, sering ke luar kota dinas bareng, kerjanya cepat, otaknya cerdas, idenya b
Read more