[Al, nanti sore aku ke rumah. Kamu jangan ke mana-mana dulu, ya?]Aneh. Biasanya juga tidak begitu. Aku memilih untuk tidak membalasnya. Perasaanku masih kacau dan emosi jika berhadapan dengannya. Awas kau Hasan! Sebelum kamu sampai sini aku akan ke rumahmu terlebih dahulu.“Bund, yuk, cus hari sudah makin siang,” ajak Nisa. Kulihat jam di ponselku ternyata memang sudah siang hampir Zuhur.“Apa enggak sebaiknya salat Zuhur dulu, Tan?” tawarku basa-basi. Sejujurnya aku takut tawaranku diiyakan. Aku sudah ingin segera sampai ke tempat Hasan.“Tidak, Kak, makasih. Takut ke sorean juga. Ngomong-ngomong makasih ya, Kak. Maaf banget nih, kami merepotkan. Apa lagi ini nih, si tukang ngerampok!” Tunjuk Nisa pada Angga.“Tidak repot kok, Alhamdulillah aku malah senang banget bisa menyambut kalian.”“Ah, pokoknya makasih, ya, Kak. Kalau nikah undang aku, ya?” pinta Nisa. Aku mengangguk saja.“Kamu hati-hati di rumah, kalau pulang kampung salam untuk kakek dan nenekmu ya, Nak?”“Iya Tan, insya A
Baca selengkapnya