Aku disambut adik dan sepupu Lusi. Mereka kompakan mengenakan abaya Turki ada juga yang berseragam Melayu yang sangat elegan.“Alya, sini Sayang,” panggil bundanya Lusi.“Kenalin ini semua keluarga Tante dan calon besan.” Aku tersenyum ramah pada mereka.“Nah, Ses, ini loh, Alya, sahabat Lusi, calonnya Hasan,” ujar bunda Lusi lagi membuat orang yang sedang bercengkerama seakan tidak percaya.Ya, jelas lah, orang Turki cantik-cantik sedangkan aku darah asli Indonesia.“Masya Allah, ke mari, Nak,” panggil seseibu. Entah siapa.Aku salami mereka satu per satu hanya beberapa yang ramah. Sisanya terkesan cuek.“Tolong ambilkan jus itu,” pinta seorang ibu muda padaku. Padahal jus yang dimaksud letaknya lebih dekat dengannya.“Lambat sekali. Ambil begitu saja lama!” ucapnya ketus setalah kuberikan jus padanya. Dasar tidak tahu terima kasih.“Alya, suguhkan ini pada ibunya Hasan,” pinta orang yang duduk dekat ibunya Lusi.“Ibunya Hasan yang mana, Tante?” tanyaku hati-hati.“Duh, kamu gimana,
Baca selengkapnya