Beranda / Pernikahan / KARMA PERSELINGKUHAN AYAH / BAB 163. Curhat dengan Alya.

Share

BAB 163. Curhat dengan Alya.

Penulis: Kencana Ungu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

POV Nindi.

“Nah, kan, sebenarnya kamu datang, tapi enggak mau masuk?” tebak Alya. Aku senyum-senyum saja.

“Ya udah, yuk, makan! Enggak usah bahas bule Turki. Aku belum makan dari pagi enggak berselera karena enggak ada kawannya,” ajak Alya.

“Siapa yang masak, Al?”

“Aku dibantu Tante Eni dan bibi. Lebih tepatnya aku cuma ikutan aja, hehe ....”

“Hem, enak masakannya. Jadi, ingat Oma.” Sepertinya Alya memang sengaja memasak menu kesukaan oma.

“Ini menu kebetulan kesukaan Nenekku juga jadi, sekalian aja buatnya yang banyak,” jawab Alya.

“Benar kata kamu ini menu kesukaan banyak orang enggak cuma Oma aja. Mungkin karena aku rindu Oma.”

“Doakan kalau rindu Nind. Karena doa-doa dari kita adalah sesuatu yang sangat ditunggu oleh mereka yang sudah meninggal dunia.” Aku mengangguk setuju.

Dinding rumah Alya bagian dalam catnya sudah diganti. Wallpapernya juga sudah diganti. Lebih terkesan mewah dan modern. Semua foto-foto keluarga juga diganti. Hanya ada foto ibunya Alya dan keluarga besar dari
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • KARMA PERSELINGKUHAN AYAH    BAB 164. Menghajar calon suami Alya

    POV Nindi. “Baik, Non.”“Eh, siapa tuan ganteng? Apa bule Turki itu? Ah, boleh ikutan ke depan enggak?”Aku penasaran juga dengan calon suami Alya. Seganteng apa sampai dia bisa berpaling pada dari Angga.“Enggak usah, nanti kamu jatuh cinta malah repot,” tolak Alya.“Ah, kamu pelit sekali. Tenang saja aku tidak akan merebutnya darimu,” ledekku.“Ayo, kamu berenin dulu itu jilabmu,” titah Alya.Setelah Alya memperkenalkanku pada calon suaminya aku buru-buru ke ruang tengah rebahan seraya berselancar ke dunia maya mencari lowongan kerja.Dari sini terlihat Alya dan calon suaminya yang sedang mengobrol duduk berjauhan. Tadi Alya, bertemu dengan calon suaminya biasa aja tidak ada sesuatu yang memancarkan rona bahagia di wajahnya.Calon suami Alya memang ganteng. Begitulah orang timur tengah perasaanku memang mereka semua memiliki paras rupawan baik laki-laki maupun perempuan dengan ciri khas hidung mereka yang mancung-mancung.Aku seperti tidak asing dengan calon suami Alya, tapi di m

  • KARMA PERSELINGKUHAN AYAH    BAB 165. Berkunjung.

    POV Alya. Hari ini setelah sarapan dan memberi amplop satu kardus bekas wadah Indomie pada pak satpam untuk diberikan pada yatim-piatu dan kaum duafa yang datang ke rumah, aku putuskan untuk datang ke apartemen keluarga Hasan.Pagi ini mereka baru datang dari Jawa. Aku tahu dari status Rubi yang diunggahnya 30 menit yang lalu. Aku harus minta penjelasan kepada mereka semua terutama ibunya Hasan. Nyonya besar itu sungguh membuat hatiku geram.“Non, mau ke mana sudah rapi begini?” tanya Mbok.“Mau ke rumah Tuan ganteng, Mbok mau ikut?” tawarku.“Memang boleh ikut, Non?”“Boleh, dong, kalau mau ikut buruan salin aku tunggu ya, Mbok?”“Baik, Non, tapi ....”“Sudah enggak usah tapi-tapian ikut aja. Kalau ada yang menghina Mbok lapor aja padaku nanti aku hajar,” ujarku meyakinkan kekhawatiran Mbok Supi.“Enggak usah heran gitu, Mbok, aku ini jago silat loh, sewaktu muda dulu selalu ikut lomba dan menang itu piala dan piagamnya berjejer di lemari. Ketahuan nih, Mbok enggak pernah bersihin

  • KARMA PERSELINGKUHAN AYAH    BAB 166. Kepo calon Angga.

    “Em, MasyaAllah ini enak banget loh, kamu pinter bikin skubalnya,” puji bundanya Angga. Aku dan Mbok hanya senyum-senyum saja.“Coba icip, Bund.” Nisa minta di suapin bundanya.“Mantap, Kak Alya. The best!” ujar Nisa mengacungkan dua jempol tangannya padaku.“Terima kasih. Tambah lagi ya,” tawarku.“Beb, mau makan nasi apa skubal?” tanya Nisa pada suaminya.“Skubal aja, tadi kan, udah makan nasi di rumah. Angga makan apa? Kok diem aja? Emang kenyang makan angin?” goda suami Nisa. Angga menghela nafas.“Aku belum diambilin, jadi belum ada yang bisa kumakan,” jawabnya.“Kakak mau apa? Aku ambilin sini piringnya.” Nisa sigap mengambil piring Angga.“Enggak usah! Kamu ambilin suamimu aja. Lagi pula diambilin makan sama kamu udah biasa. Aku mau diambilin sama tuan rumah,” jawab Angga seraya memberikan piringnya padaku.Huh, modus! Kalau tidak ada keluarganya sudah kujitak dia.“Ambilin ....” ucap Angga lagi. Aku melotot padanya. Angga justru mengedipkan matanya.Astaghfirullah ... buru-bur

  • KARMA PERSELINGKUHAN AYAH    BAB 167. Memberi tahu calon ibu mertua.

    [Al, nanti sore aku ke rumah. Kamu jangan ke mana-mana dulu, ya?]Aneh. Biasanya juga tidak begitu. Aku memilih untuk tidak membalasnya. Perasaanku masih kacau dan emosi jika berhadapan dengannya. Awas kau Hasan! Sebelum kamu sampai sini aku akan ke rumahmu terlebih dahulu.“Bund, yuk, cus hari sudah makin siang,” ajak Nisa. Kulihat jam di ponselku ternyata memang sudah siang hampir Zuhur.“Apa enggak sebaiknya salat Zuhur dulu, Tan?” tawarku basa-basi. Sejujurnya aku takut tawaranku diiyakan. Aku sudah ingin segera sampai ke tempat Hasan.“Tidak, Kak, makasih. Takut ke sorean juga. Ngomong-ngomong makasih ya, Kak. Maaf banget nih, kami merepotkan. Apa lagi ini nih, si tukang ngerampok!” Tunjuk Nisa pada Angga.“Tidak repot kok, Alhamdulillah aku malah senang banget bisa menyambut kalian.”“Ah, pokoknya makasih, ya, Kak. Kalau nikah undang aku, ya?” pinta Nisa. Aku mengangguk saja.“Kamu hati-hati di rumah, kalau pulang kampung salam untuk kakek dan nenekmu ya, Nak?”“Iya Tan, insya A

  • KARMA PERSELINGKUHAN AYAH    BAB 168. Mundur.

    Ayah Hasan masuk ke kamar merebut ponselku lalu mengumpat dengan menggunakan bahasa Turki. Beliau benar-benar marah.“Rubi, telepon Hasan suruh pulang sekarang!” titah ayahnya.“Tolong Yah, Bu, jelaskan kepadaku apa yang sebenarnya terjadi? Kalian tahu wanita itu sangat murka padaku. Dia menganggap aku sudah merebut Hasan darinya. Dia menudingku pelakor,” kataku lagi.“Semua ini salah Ibu, Al. Tapi, Ibu tidak menyangka kalau mereka masih berhubungan bahkan sampai menikah dan punya anak. Lalu membawa perempuannya itu ikut ke sini. Ibu tidak tahu. Percayalah perempuan itu hanya berbohong padamu,” jelas ibunya Hasan disela Isak tangisnya.“Kini aku tahu maksud Hasan membelikanku cincin untuk kupakai di jari kiriku. Cincin ini sama persis dengan cincin yang dipakai wanita itu. Jadi di sini siapa yang berbohong? Ibu atau Hasan?, Atau kalian semua telah membohongiku?”“Tidak dijawab, Yah,” ujar Rubi.“Telepon pakai HP Ayah!” Rubi gegas mengambil ponsel ayahnya Hasan dan meneleponnya.Hingga

  • KARMA PERSELINGKUHAN AYAH    BAB 169. Menghajar Hasan.

    🌸🌸🌸“Maafkan aku, Bu, kita tidak ditakdirkan berjodoh insya Allah kita tetap ditakdirkan untuk menjadi keluarga. Aku tidak menjauhi Ibu dan keluarga ini. Aku tetap akan menjalin silaturahmi ini.” Kupaksakan tersenyum semanis mungkin di hadapan mereka. Jujur hatiku sakit sekali karena sudah dibohongi Hasan, tapi ada perasaan lega.Ibunya Hasan tidak berkata apa pun beliau memandangku dengan linangan air mata. Ayahnya pun demikian.“Dikira jagoan kali dengan bangga balikin cincin pertunangannya awas aja kalau menyesal. Kita belum dengar penjelasan Hasan, bisa jadi perempuan ini sengaja mencari alasan karena sudah ada pria idaman lain di hatinya,” ejek kakak ipar Hasan.“Aku memang bukan jagoan Kak, aku hanya mengembalikan yang semestinya memang bukan milikku. Aku tidak akan pernah menyesal atas semua keputusan yang aku buat dalam hidupku. Hubungan ini sudah beracun Kak, mana mungkin aku bisa menjalaninya jika racun itu lama-lama menggerogoti jiwaku,” sahutku sesantai mungkin.Ini per

  • KARMA PERSELINGKUHAN AYAH    BAB 170. Hasan protes pada ibunya.

    “Panggil bantuan!” pinta Hasan. Dengan gemetaran Rubi menelepon entah siapa. Ah, apa peduliku yang penting sekarang aku istirahat sebentar untuk merilekskan otot-ototku yang baru saja aku paksa kerja berat.“Hasan, hubungan kita sudah selesai. Cincin yang kamu sematkan di jari kiriku sudah aku kembalikan pada ibumu. Jadi, tolong jangan pernah lagi hubungi aku untuk membahas hal-hal yang tidak perlu dibahas. Bagiku semua sudah jelas dan aku menolakmu secara terang-terangan. Satu lagi, jangan ada yang bawa-bawa ataupun menyalahkan Lusi dan calon suaminya mereka tidak ada hubungannya sama sekali. Aku lebih kenal mereka terlebih dahulu sebelum mengenalmu. Terima kasih Hasan untuk semuanya. Aku doakan semoga keluarga kecilmu bahagia selalu. Jangan kamu ulangi kesalahanmu pada perempuan lain. Cukup aku saja yang merasakan ini semua. Well, karena ini masih hari raya. Sekali lagi aku mohon maaf lahir batin. Besok atau lusa waliku akan ke sini mengantar semua barang-barang yang sudah kamu ber

  • KARMA PERSELINGKUHAN AYAH    BAB 171. Murkanya ibu Hasan.

    “An—dai Ibu jujur dari awal, pasti ini tidak akan terjadi. Apa yang harus kulakukan, Bu? Tolong katakan,” ujar Hasan.Ck, begitu saja tidak tahu dasar laki-laki lemah!“Sini kukasih tahu, Hasan! Yang harus kamu lakukan meski kamu tahu yang sebenarnya kamu tetap harus bertanggung jawab pada istrimu itu. Apalagi kalian sudah punya anak. Dasar lemah, begitu saja pakai tanya!” hardikku.“Ta—pi, aku menyakiti Ibuku,” lirihnya.“Menyakiti atau tidak kamu harus tetap bertanggung jawab. Kamu tahu, kan, laki-laki itu yang dipegang omongannya. Apa kamu mau pergi dari perempuan itu setelah tahu yang sebenarnya? Gila kamu!” umpatku kesal. Rasanya inginku layangkan lagi tinjuan mautku padanya.“Kak, tolong jangan kasar lagi pada kakakku, kasihan dia,” pinta Rubi, sepertinya dia punya feeling aku akan memukul Hasan lagi.“Benar yang dikatakan Alya. Seberapa pun sakitnya Ibu, kamu harus tetap bertanggung jawab pada anak dan istrimu, tapi ingat Hasan jangan kau injakan kakimu lagi di rumah Ibu,” sahu

Bab terbaru

  • KARMA PERSELINGKUHAN AYAH    BAB 189. TAMAT. Pelabuhan hati.

    Sejujurnya aku sudah berjanji pada diriku sendiri untuk tidak menerima Angga karena aku tidak ingin menyakiti hati Lusi. Ya, walaupun sekarang Lusi sudah bahagia bersama suami dan anak-anaknya, tapi aku yakin jika dia tahu aku menikah dengan Angga pasti di dalam dasar lubuk hatinya ada rasa kecewa padaku dan aku tidak mau itu terjadi. Aku tidak ingin menyakiti hati orang lain apalagi itu Lusi, sahabatku sendiri walaupun itu setitik nila.“Aku tahu Al, kalau kamu pun sebenarnya mencintai aku. Semua kutahu itu dari Lusi dan aku tahu kamu menolakku pasti karena Lusi. Al, Lusi, sudah bahagia dengan suaminya dan anak-anaknya bahkan Lusi merasa sangat bersalah karena telah menuliskan perasaannya di dalam buku diary-nya yang akhirnya kamu baca. Kalau kamu tidak percaya dengan apa yang aku ucapkan ini kamu bisa tanyakan sendiri pada Lusi. Tolong jangan tinggalkan aku lagi, Al. Aku sangat mencintaimu dari dulu hingga kini.”“Angga, tapi aku, aku ....”“Tidak perlu kamu jawab Alya karena aku ta

  • KARMA PERSELINGKUHAN AYAH    BAB 188. Meyakinkanku.

    “Alya, tunggu! Kamu mau ke mana?” Angga menarik ujung jilbabku. Seketika aku menghentikan langkahku.“Kamu pikir aku mau ke mana Ngga? Pulanglah, ngapain aku di sini? Jagain Cafe kamu?” jawabku ketus.“Ya, kali aja mau juga kamu jagain cafeku. Jangan jagain kafekulah, jagain hatiku aja,” jawab Angga lagi. Dia ini benar-benar membuat aku salah tingkah.“Apaan, sih, Ngga ... sudahlah aku mau pulang. Lain kalu aku main ke sini lagi, oke ... aku ada banyak kerjaan yang harus aku selesaikan,” pamitku pada Angga. Sejujurnya aku sangat malu padanya karena bukan hanya sekali ini saja Angga memergokiku gagal bertemu dengan seseorang. Dulu bahkan saat pernikahanku gagal dan Anggalah yang tahu pertama kali setelah keluargaku.Kenapa harus dia aku kan, jadi malu seolah aku ini adalah gadis terkutuk yang tidak bisa mendapatkan jodoh. Apalagi umurku sekarang menjelang kepala tiga bulan depan. Kalau perempuan di luaran sana mungkin sudah punya anak dua ataupun tiga, sedangkan aku boro-boro punya

  • KARMA PERSELINGKUHAN AYAH    BAB 187. Bukan laki-laki baik.

    “Hilda!” Suara bariton seseorang memanggil perempuan di depanku.Ternyata perempuan di depanku ini namanya Hilda. Lantas dia tahu namaku dari mana?“Oh, jadi ini, Put, yang kamu lakukan di belakangku? Diam-diam kamu cari perempuan lain untuk jadi pendamping hidupmu, lalu aku ini kamu anggap apa, Put! 8 tahun aku nemenin kamu dari nol, giliran kamu sudah sukses kamu cari perempuan lain yang kata kamu lebih soliha dan lebih cantik dari aku! Picik kamu, Put! Dan kamu Alya, asal kamu tahu bahwa 2 hari ini yang menghubungimu bukan Putra, tapi aku. Hilda Widyani, calon istri Putra yang entah kenapa laki-laki brengsek itu tergoda oleh kamu. Aku yakin kamu tidak menggoda Putra, tapi aku minta sama kamu sebagai sesama perempuan jauhi dia kalau tidak aku akan hancurkan nama baikmu,” ucap perempuan itu berapi-api.“Hilda, kamu ngomong apa, sih! kita sudah putus dan kita sudah sepakat untuk mengakhiri hubungan kita. Lalu kenapa sekarang kamu mau merusak hubunganku dengan perempuan lain? Ingat ya

  • KARMA PERSELINGKUHAN AYAH    BAB 186. Ekstra Part. Pertemuan tak terduga.

    Ekstra part.“Hai! Ngalamun aja serius banget kayaknya. Lagi mikirin aku, ya?” Aku dikagetkan dengan kedatangan Angga yang tiba-tiba saja sudah duduk di sampingku.Aku merasa entah kenapa dunia ini begitu sempit. Aku melalang buana ke mana pun pasti ujung-ujungnya bertemu dengan Angga. Padahal jujur bertahun-tahun aku berusaha untuk melupakan dia.“Enggak .... kok, kamu bisa di sini, ngikutin aku, ya?” tebakku asal. Habisnya aku bingung mau bilang apa.“Ye, ge-er banget, deh! Ngapain juga ngikutin kamu enggak penting kayaknya. Eh, tapi sepertinya waktu dan keadaanlah yang mempertemukan kita. mungkin kita berjodoh,” jawab Angga. Senyum khasnya membuatku ingat tentang masa lalu.“Angga, ihh, ngaco, deh! Ngomong-ngomong apa kabar? Terus kamu di sini ada kegiatan apa?” tanyaku. Sebenarnya aku sedikit salah tingkah, tapi ya, Angga tidak boleh tahu. Kalau sampai dia tahu yang ada nanti aku akan dibully dia habis-habisan.Sejujurnya aku sangat bahagia bertemu dengan Angga karena selama 2 t

  • KARMA PERSELINGKUHAN AYAH    BAB 185. Tamat.

    POV Alya. “Otewe mulu, kapan dong, sampainya?”“Nanti, Ngga ... jika Allah sudah berkehendak.” Angga hanya mengangguk saja.Entah kenapa kami merasa canggung sebenarnya ingin bersikap seperti biasanya saja, tapi tidak bisa. Seperti ada jarak yang memisahkan antara kami berdua.Angga memang terlihat semakin berwibawa mungkin itu yang membuatku merasa canggung dan juga dia suami orang maka dari itu aku harus jaga image jangan sampai nantinya ada kesalahpahaman di antara kami.“Non, ada Mas Akmal di luar.” Mbok memberi tahuku.“Em, kalau begitu aku permisi ya, Al. Takut ganggu. Kalau ada waktu main ke rumah ya, Gulsen pasti senang sepertinya memang dia sudah menyukaimu buktinya tadi langsung akrab,” pamit Angga. Aku mengiyakan.“Gulsen, pulang, yuk! Sudah siang nanti Kakek nyariin kita, loh,” ajak Angga. Gulsen menggeleng lucu sekali.“Gulseeenn ....” Lagi-lagi anak itu hanya menggeleng.“Biar nanti aku yang mengantar Gulsen,” sahutku.“Beneran?”“Iya, Ngga ... bolehkan?”“Oke, boleh-bo

  • KARMA PERSELINGKUHAN AYAH    BAB 184. Mustahil Angga tidak tahu.

    POV ALYA.Hati yang bimbang.“Tante boleh minta tolong ambilkan bola itu. Bolanya kotor aku jijik mau ambilnya,” pinta anak kecil di depanku seraya menarik-narik ujung jilbabku. Aku yang sedang fokus menatap layar HP terpaksa memandangnya. Ekspresinya menggemaskan sekali.“Please ....” pintanya lagi. Senyumnya menampilkan deretan gigi kecil-kecil yang rapi.“Boleh, tunggu sebentar.”Aku mengambil bola yang tercebur pada kubangan lumpur bekas hujan semalam.“Tante cuci dulu ya, di kran sebelah situ. Kamu bisa menunggu Tante di sini?” Anak kecil itu mengangguk.Oke, fine Alya. Ini sungguh menggelikan karena untuk pertama kalinya aku dipanggil tante oleh orang lain. Anak kecil pula. Biasanya mereka akan memanggilku kakak dan yang memanggilku tante hanya Alika anak tante Eni dan adik-adiknya saja. Ke mana orang tua anak itu kenapa dibiarkan main sendirian di taman. Meski taman kompleks perumahan tetap saja bahaya.Akan tetapi lucu juga anak kecil itu. Keberaniannya membuatku berhasil meni

  • KARMA PERSELINGKUHAN AYAH    BAB 183. Kembali.

    POV Nindi. Ternyata omongannya hanya bualan semata untuk memperdayaku. Pernikahan yang baru seumur jagung menjadi taruhannya.Kurasakan pergerakan dipan. Mas Aris memelukku dalam tidurnya setelah menciumku berkali-kali.Aku biarkan saja dia menciumku mungkin ini untuk yang terakhir kalinya. Barang kali esok aku sudah pergi dari sini dan kembali ke rumahku seorang diri. Jujur aku tidak siap dimadu. Aku tidak siap berbagi suami. Tidak! Aku tidak siap.Membayangkannya saja hatiku begitu ngilu dan sakit apa lagi menjalaninya. Pastilah aku kurus kering karena setiap hari makan hati. Perempuan itu salah satu anak dari guru ngajinya Mas Aris. Aku pun mengenalnya. Usianya 5 tahun lebih muda dariku. Namanya Yesi, meski tidak secantik dan semenarik diriku, tapi dia perempuan subur yang siap melahirkan banyak anak demi baktinya pada seorang suami. Itu yang dia katakan padaku juga pada Mas Aris.Aku akui keberanian dan juga misi hidupnya patut diacungi jempol, tapi kenapa harus rumah tanggaku y

  • KARMA PERSELINGKUHAN AYAH    BAB 182. Berpisah.

    POV Nindi.POV Nindi.“Apa tidak ada cara lain, Mas? Apa kamu setega itu padaku?” tanyaku pada Mas Aris, suamiku.Lelaki yang terkenal bijak dan baik hati itu perlahan membelai rambutku.“Maafkan aku, Dik. Aku tak kuasa menolak permintaan Ibu,” jawab Mas Aris.“Kamu benar, Mas, mungkin ini jalan yang terbaik untuk rumah tangga kita. Aku bisa apa? Rahimku bermasalah dan kita tidak bisa punya keturunan, tapi please lepaskan aku dulu sebelum kamu menikahi perempuan pilihan ibumu,” tegasku.Mata Mas Aris berkaca-kaca. Manik hitam itu dalam hitungan detik dipenuhi air mata. Lalu lolos. Kembali aku direngkuh dalam pelukannya.“Tidak, Dik. Aku tidak mau berpisah denganmu. Aku tidak sanggup. Aku sudah berjanji pada mamahmu untuk menjagamu seumur hidupku. Aku mencintaimu Dik, ada atau tidaknya anak bagiku hanya pelengkap saja. Cintaku padamu tulus, Dik. Tolong jangan pernah katakan perkataan yang sangat aku benci. Aku tidak bisa hidup tanpamu, Dik,” ucap Mas Aris seraya mempererat pelukannya.

  • KARMA PERSELINGKUHAN AYAH    BAB 181.

    POV Angga.Alyaku, aku tahu dia masih sendiri di usianya yang ke 29 tahun. Aku tahu semuanya dari Lusi dan juga Nindi.Entah seberapa berat hidup yang dijalaninya, tapi Alya masih tetap seperti dulu. Ayu dan masih muda. Mungkin karena dia tidak pernah menyikapi permasalahan dengan berlebihan. Dia tetap bersikap manis pada siapa pun meski aku tahu luka di hatinya sangatlah dalam.Alya, tetap baik pada bundaku, adikku, dan orang-orang di sekelilingnya termasuk pada keluarga mantan calon suaminya. Aku salut padanya. Aku tahu semua itu tentu saja dari cerita orang-orang terdekatku.Hari ini pertama kali aku menginjakkan kakiku ke lapak pecel buk Siti sejak 4 tahun yang lalu pergi ke Kalimantan. Pecel legendaris kenanganku bersama Alya. Ya, aku kembali pulang untuk tujuan hidup agar lebih baik lagi.Sedang Dita tetap di Kalimantan mengembangkan bisnis orang tuanya. Tak ada drama tangis perpisahan antara Gulsen dan ibunya. Biasa saja seperti hari-hari biasa. Gulsen pun tidak pernah menanyak

DMCA.com Protection Status