POV Nindi.“Wah, ternyata aku enggak salah. Aku sering lewat sini tahu, Kak. Di gang depan situ rumah teman kerjaku,” celoteh Rasa seraya melepaskan helmnya.“Ini yang namanya Rara?” tanya mamah dari pintu. Kami mengangguk bersamaan.“Rasnya Tante juga pernah lihat kamu, tapi di mana?” ucap Mamah.“Ya, pernahlah, Mah, ini kan, Rara anaknya Tante Vita adiknya Papah,” jawabku. Mamah beroh ria.“Mas! Sini ada keponakanmu datang ini!” teriak mamah memanggil papah.“Kita masuk dulu, yuk! Silakan duduk. Tunggu ya, aku ambil minum.” Rara mengiyakan.“Pah, kok, diam di sini aja, ayo, keluar itu ada Rara loh!” ajakku. Papah hanya diam. Saat aku kembali papah sudah tidak ada begitu pun dengan Bulek Siska.Ah, biar saja. Mau kabur ke mana pun kedok mereka tetap akan terbongkar.Kami ngobrol cukup serius dengan Rara. Apalagi saat Rara menceritakan tragedi kecelakaan kakek dan juga suami Bulek Siska. Mamah berkali-kali memegangi kepalanya. Aku tahu Mamah sedang pusing mencerna setiap pembicaraan k
Read more