Home / Romansa / Membalas Kesombongan Mantan / Chapter 221 - Chapter 230

All Chapters of Membalas Kesombongan Mantan: Chapter 221 - Chapter 230

408 Chapters

Bab 221 membuat anak

"Al, katanya Naima mengurung diri akibat kejadian kemarin," ujar Dinata Wiratmadja. Aldi mengembuskan napas kasar. Tangannya terulur mengambil satu butir anggur, lalu melahapnya. "Itu bukan urusanku, Pah," jawab Aldi masa bodoh. "Aku tidak menyangka kalau Naima seperti itu. Rasanya masih tidak percaya kalau Naima tidur dengan pria yang bukan suaminya." Alina ikut mengeluarkan pendapat."Bukti sudah di depan mata, Al. Dan kamu masih bilang tidak percaya? Bahkan suamimu pun melihatnya.""Iya, Bang. Mungkin karena aku selalu melihat dia dengan tampilan salihah, jadinya ... sedikit gak percaya. Kalau bukan Abang dan Mas Adi yang bilang dan melihatnya langsung, pasti aku akan menolak berita ini," tutur Alina lagi menjawab ucapan kakaknya. "Sudahlah, jangan membicarakan orang lain di sini. Tidak penting. Lebih baik membahas masa depan keluarga kita, daripada membicarakan orang yang sudah membuat kita kecewa. Dan kamu, Aldi. Sekarang kamu punya istri, bersikaplah baik pada dia, jangan me
Read more

Bab 222 dipalak

"Mudah-mudahan siapa-siapa saja yang ada di sekitar sini tidak membuka kardus yang kubuang." Aku meletakkan kardus yang sedari tadi aku pegang di tong sampah tepat di depan rumah Alina. Biasanya, setiap hari akan ada orang yang mengangkut sampah di sini. Dan semoga saja orang itu secepatnya datang, biar hidupku aman. "Buruan!" ujar Aldi dari dalam mobil.Aku pun meninggalkan tempat sampah, lalu berlari kecil dan masuk ke mobil. Aldi menggerutu, tapi tidak aku indahkan. Sudah mulai terbiasa aku dengan kata-kata dia yang tidak enak di telinga. Jadi istri Aldi Wiratmadja itu harus kuat lahir batin. Bukan hanya tidak akan dinafkahi secara batin, aku pun tidak akan mendapatkan kata-kata pujian yang bernada mesra. Ah, itu mustahil untuk saat ini. "Maaf, Pak," kataku singkat. Mobil mulai melaju meninggalkan rumah Alina. Dan di tengah-tengah jalan, hujan turun dengan deras membuat udara panas berubah dingin. "Tidak berhenti dulu, Pak?" kataku akhirnya. "Tidak usah. Lama." Aku mengeru
Read more

Bab 223 jebakan Aldi

"Kalian akan masuk kerja hari ini?" tanya Nyonya Marta saat kami sedang sarapan pagi ini. "Iya, Mah. Banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan. Apalagi ... di toko yang kemarin di kelola Naima."Hening. Semuanya diam setelah Aldi menyebutkan nama seorang wanita yang pernah menjadi bagian dari perjalanan hidupnya. Mantan calon istri. "Kamu akan mencari ganti Naima?" tanya Dinata kemudian. "Sepertinya begitu. Tapi, aku belum tahu siapa yang akan menggantikan dia.""Kenapa gak Aruna saja?" Aku langsung mengangkat kepala menatap Nyonya Marta yang baru saja memberi usulan pada putranya. "Tidak, Mah. Aruna akan tetap jadi asistenku. Dia tidak akan mampu mengelola toko."Kini aku tersenyum kecut mendengar jawaban dari Aldi. Ya, memang benar apa yang dia katakan. Aku tidak akan mampu, karena aku bukanlah Naima yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata. "Apa pun keputusanmu, Mama dukung, Al. Tapi, kamu harus ingat satu hal. Aruna, sekarang istrimu. Bedakan sikapmu di tempat kerja, dan
Read more

Bab 224 kedatangan Tante Ratna

"Selamat pagi, Pak!" ucap karyawan toko serempak menyambut kedatangan kami. Menyapa Aldi, lebih tepatnya. Aku tersenyum manis kepada tiga wanita dan dua pria yang berdiri berjejer di depan pintu. Mereka membubarkan diri seiring dengan tubuh Aldi yang sudah masuk ke dalam toko. Dan aku masih mengikuti langkah kakinya yang berjalan lebar pergi ke sebuah ruangan. Harum parfum seorang wanita tercium saat Aldi membuka pintu. Barang-barang milik wanita itu pun masih tersimpan rapi tidak ada yang menyentuh. "Panggil semua karyawan," suruh Aldi padaku. "Untuk?" "Membereskan barang Naima."Aku tertegun. Benarkah apa yang aku dengar saat ini? Secepat itukah Aldi ingin melupakan Naima? "Kenapa diam? Tidak mendengar apa yang aku katakan tadi?" "Eh, iya, Pak. Saya mendengarnya." Buru-buru aku keluar dari ruangan Naima, lalu memanggil semua karyawan toko. Seperti yang tadi dia katakan padaku, Aldi benar-benar menyuruh karyawannya untuk mengemasi barang-barang milik mantan calon istrinya itu
Read more

Bab 225 kasih sayang seorang Ibu

"Tante, lepaskan Aruna!" Aldi buru-buru menghampiriku yang dijambak Tante Ratna. Suamiku itu langsung menarik tanganku, menjauhkanku dari jangkauan ibunya Naima. Namun, Tante Ratna tidak tinggal diam. Dia terus berusaha menyerangku meskipun tubuh ini sudah dalam kuasa Aldi. Iya, demi untuk menghindari Tante Ratna yang kesetanan, Aldi sampai memeluk tubuhku dengan sebelah tangannya. Sedangkan tangan satunya terus menghalau serangan Tante Ratna yang membabi buta. "Tante, sudah hentikan! Sudah aku bilang, pernikahanku dengan Aruna bukan karena keinginan kami, ini murni perintah Papa demi menutupi rasa malu keluarga kami!" ujar Aldi berkata tegas. "Omong kosong! Kalian pasti memiliki hubungan di belakang Naima, bukan? Dan demi perempuan murahan ini, kamu tega menjebak Naima di hari pernikahannya! Kalian yang sudah menjebak putriku, membuat dia menjadi tersangka, padahal dia korban! Korban kebiadaban kalian!!" Tante Ratna berteriak kencang hingga urat-urat lehernya menegang. Tanganku
Read more

Bab 226 makan siang

"Tadi kamu bilang sama Tante Ratna, terpaksa putus dari pacarmu karena menjalani pernikahan denganku. Jadi, setelah kamu dikhianati pria itu, kamu dan dia masih bersama?"Aku membulatkan mata seraya mengangguk pelan menyadari ke mana arah bicara Aldi. Rupanya dia mempercayai ucapan bohongku pada Tante Ratna tadi? "Tidak, tadi saya bohong demi untuk mendiamkan dia agar tidak menyalahkan saya terus, Pak," kataku akhirnya. "Oh, kirain kamu beneran masih sama pria itu."Aku menggelengkan kepala. Setelah drama Tante Ratna berakhir, Aldi membawaku pergi dari toko sepatu, lalu melanjutkan perjalanan ke pabrik tempatku pertama kali bertemu dengan Aldi Wiratmadja. Kupandangi bangunan di depan sana yang sudah menjadi jalan menuju posisiku saat ini. Senyumku mengembang ketika banyak sekali karangan bunga di depan pabrik yang bertuliskan doa serta ucapan selamat atas pernikahan aku dan Aldi. "Bunganya bagus," kataku menghampiri salah satu karangan bunga, lalu memotretnya. "Bagus katamu? Ap
Read more

Bab 227 lebih nikmat dari makan siang bersama

"Ya ampun, Pak! Bapak tidak apa-apa?" kataku seraya sibuk mengambil tisu dan mengelap kemejanya yang basah. "Tidak apa-apa matamu buta? Sudah tahu aku hampir kehabisan napas karena batuk, masih nanya tidak apa-apa!" ujar Aldi berdiri. "Maaf, Pak." Aku berkata dengan lesu merasa bersalah. Dengan tidak bicara, Aldi pergi ke toilet yang ada di ruangan ini. Masih kudengar batuk kecil dari Aldi yang diiringi suara air mengalir dari kran. Aku membersihkan meja kerja Aldi yang basah menggunakan tisu, lalu membuang botol air mineral yang sudah kosong. Airnya tumpah saat tadi Aldi batuk begitu hebat. Sungguh kasihan pria itu. Senyum kecil tersungging dari bibirku ketika mengingat saat-saat Aldi yang kesulitan bernapas akibat batuk yang tidak berhenti. Wajahnya memerah, matanya pun mengeluarkan air dengan mulut yang terbuka. "Dia kayak anak kecil kalau sedang seperti tadi," ujarku terkekeh. Sekarang, kekehan itu berubah menjadi tawa. Aku tertawa dan sangat puas menertawakan suamiku itu
Read more

228

Aku dan Aldi terperanjat ketika pintu terbuka tiba-tiba dan sosok wanita berdiri di sana dengan wajah kagetnya. Buru-buru aku menjauhkan diri dari Aldi, lalu merapikannya penampilan yang sedikit berantakan. "Hai, Al. Masuk," ujar Aldi kikuk. "Ah ... maaf, aku tidak tahu jika kalian—""Tidak ada apa-apa dengan Abang dan Aruna, Al. Percayalah, tidak ada yang terjadi," ujar Aldi langsung memotong ucapan Alina. "Yakin?" Alina berjalan menghampiri kami dengan tatapan menyelidik. "Ya, yakin sekali. Tadi, Aruna jatuh karena tersandung.""Seperti dalam drama-drama Korea?" Aldi mengangguk pasti demi untuk menutupi kebohongannya. "Terjadi sesuatu juga tidak apa-apa, Bang. Kalian, kan sah secara agama dan negara. Betul?" ujar Alina lagi. Entahlah apa maksud Alina bicara demikian. Namun, senyum itu tak lepas dari bibirnya, meskipun gerak tubuh wanita itu terlihat berbeda dari ucapannya. Dia seperti tidak suka jika aku mesra dengan kakaknya. Apa mungkin hanya perasaanku? "Emh, tumben dat
Read more

Bab 229 perasaan Aldi pada Naima

"Aw!" jeritku saat tangan ini ditarik paksa oleh seseorang. Aku membuka mata, mencari tahu siapa yang saat ini tengah mendekapku hingga pipi ini berada di dada bidang seorang pria. Senyumku mengembang saat menyadari ternyata aku berada dalam pelukan Aldi. Rasanya nyaman dan hangat hingga enggan bagiku untuk mengakhiri momen ini. Sedangkan pria itu, dia terus memarahi seseorang yang tadi hampir saja membuatku celaka. Aldi menegur supir pengangkut barang yang ceroboh dalam berkendara. "Saya minta maaf, Pak. Tadi, saya tidak melihat kalau ada yang lewat.""Makanya melek! Kalau istri saya ketabrak bagaimana?" Istri? Aldi mengakuiku sebagai istri di depan karyawannya? Aku langsung meraba dada yang kembali berdetak dengan irama bahagia. Saking senangnya, aku nyaris jatuh pingsan kalau saja tidak sadar jika ini berada di luar gedung. "Aruna kamu tidak apa-apa?" Alina menghampiri dan memegang lenganku khawatir. Aldi pun melepaskan dekapannya. Dia memindai tubuhku dari atas hingga baw
Read more

Bab 230 cemburu

"Aku tidak benar-benar menyukai Naima, Pah," ungkap Aldi. "Jadi, kamu menerima perjodohan itu dengan terpaksa?" "Demi baktiku kepada kalian," ujar Aldi lagi menjawab pertanyaan ayahnya. Dinata Wiratmadja mengembuskan napas kasar. Begitu pun denganku. Ada kelegaan yang kurasakan mendengar pengakuan Aldi. Aku jadi tahu perasaan dia pada Naima, yang memang hanya menganggap wanita itu sebagai adik saja. Dengan ini, ada kesempatan bagiku untuk mendapatkan hati Aldi tanpa ada saingan. "Kenapa kamu tidak jujur pada kami kalau tidak memiliki perasaan pada Naima? Kenapa kamu bersandiwara seolah-olah memang mencintainya, Al?" Kini Nyonya Marta yang bertanya."Aku tidak ingin mengecewakan kalian," jawab Aldi. "Melihat Mama, Papa, dan Alina begitu gembira dengan perjodohan itu. Apalagi Tante Ratna dan Naima. Aku tidak mau kalian sedih dengan menolak keinginan semua orang."Hening. Tidak ada yang bicara lagi setelah Aldi menjawab pertanyaan orang tuanya. Sebagai orang baru yang suaranya dia
Read more
PREV
1
...
2122232425
...
41
DMCA.com Protection Status