"Satu, dua, tiga, empat, lima. Lima kali tiga, lima belas. Wah, lumayan banyak, nih utang Abang sama aku.""Hah, apa? Utang?" Aku menganggukkan kepala dengan mata tetap fokus pada buku di pangkuan. "Utang apa?" tanya Aldi lagi. "Sini lihat!" Aldi merebut buku di pangkuanku, kemudian keningnya mengkerut membaca deretan catatan yang tertulis di sana. "Kamu mencatat setiap sentuhan dariku?" Aldi bertanya dengan tatapan tajamnya. Aku mengangguk lagi. "Yups, dan karena utang Abang sudah banyak, sekarang waktunya aku menagih. Sini, berikan hakku.""Kamu, tuh beneran setres, ya Run? Dan ini, ini kapan aku nyentuh kamu sampai berderet berkali-kali begini?" tanya Aldi lagi seraya menunjuk tulisan yang aku buat. Aku menggeser tubuh agar posisi dudukku semakin dekat dengan dirinya. Dan itu membuat Aldi menghindar. Semakin aku mendekat, semakin dia menjauhiku dengan melakukan hal yang sama. Menggeser tubuhnya hingga kini berada di ujung sofa. "Gak usah dekat-dekat!" ucapnya tegas. "Kan ja
Read more