Share

Bab 231 pria yang hatinya mati

Kicauan burung terdengar menyebalkan. Dia seperti mentertawakanku yang tengah dilanda kegalauan.

Bagaimana tidak, di sini aku duduk menyaksikan suamiku yang tengah bicara mengutarakan kerinduannya di pusara sang mantan istri.

Seperti wanita bodoh yang tidak memiliki perasaan, aku duduk di samping Aldi yang terus merangkai kata meluapkan cinta pada batu nisan.

Miris.

Aku istrinya, tapi dia mengungkapkan kerinduan dengan menyebut nama wanita lain.

"Pak, ini sudah sangat sore. Sebentar lagi perang datang," ujarku mengalihkan pandangan Aldi.

Pria di sampingku ini menatap langit yang mulai menghitam. Sudut matanya mengkerut seiring dengan mata yang menyipit.

"Ah ... rasanya baru sebentar di sini," ucapnya kemudian.

Napas kuembuskan kasar, lalu tangan ini mengusap bunga-bunga segar yang belum lama ditaburkan Aldi di atas pusara Rindu.

Sebelum menikah dengan Aldi, datang ke sini menjadi kesenanganku. Sering aku menceritakan tentang Aldi pada Rindu, meskipun dia tidak akan mendengar
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status