"Aruna!" Panggilan kembali terdengar, dan kali ini aku membalikkan badan melihat dari mana sumber suara tersebut. Aku bisa bernapas lega saat ternyata Alina memanggil dari arah dapur. Bukan memergokiku yang tengah mengintip di depan ruang kerja Adi. "Iya, Bu!" Buru-buru aku menjawab agar wanita itu tidak terus berteriak. "Cepat ke sini! Syafiq muntah, nih!" Astaga ...! Anak muntah saja teriaknya sudah seperti kesurupan. Aku mempercepat langkah untuk bisa segera sampai di mana Alina berada. Dari arah ruang tamu, Lasmi datang terpogoh-pogoh dengan wajah paniknya. "Ya Allah, Bu, kenapa bisa muntah?" tanyaku ketika melihat anak balita Alina yang tengah mengeluarkan isi perutnya. Ih, sangat menjijikkan! Untungnya, Lasmi sigap dan langsung mengambil lap untuk membersihkan kotoran di meja makan, juga di lantai. Jadi, aku tak perlu memegang muntahan anak itu. "Ada Apa, Sayang?" Adi datang, dan langsung bertanya pada istrinya. "Tadi Syafiq makan ikan itu, Mas. Sepertinya ada tulang
Read More