Share

Bab 184 keinginan Kamila dan nekadnya Luna

"Siapa yang meneleponmu, Aruna?" Aldi kembali bertanya.

Aku berdehem untuk menghilangkan kegugupan. Kemudian sebelah tangan mematikan telepon yang tadi sempat berdering.

"Emh ... ini, Pak. Adik saya yang telepon. Sepertinya saya harus segera pulang sekarang," jawabku beralasan.

"Yasudah, pulang sana."

"Sekarang, Pak?" tanyaku menatapnya lekat.

"Iya. Aku masih mau di sini," jawab Aldi.

Aku tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Tanpa menunggu nanti yang mungkin akan merubah pikiran Aldi, aku pun bangkit dari dudukku dan keluar dari kafe tersebut setelah pamit pada pria dingin itu.

Seperti ada angin segar saat bisa terbebas dari pria menyebalkan yang selalu mengekangku itu. Hidup dalam lingkungannya, membuatku tertekan dan terpenjara.

Karena tadi aku datang bersama Aldi, alhasil sekarang harus mencari taksi untuk bisa sampai ke rumah.

Ponsel terus berdering dengan nomor Damar yang menghubungi. Aku tidak mengangkatnya. Lebih fokus ke jalanan yang tidak akan lama lagi sampai di depa
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status