Sesuai dugaannya, Yuni memang sudah menunggu di depan kontrakan kecil dan kumuh itu dengan muka masam.“Udah lama, Yun?” Yadi berpura-pura tidak tahu.“Lumayan. Kamu dari mana dulu?” Yuni balik bertanya.“Ini, aku beli nasi goreng dulu.” Yadi menunjukan bungkusan kantong keresek yang dia bawa. “Kita makan dulu, yuk,” ajaknya, lalu membuka pintu kontrakan.Yuni pun ikut masuk dan duduk di karpet plastik, menunggu Yadi membawakan piring. Mereka lalu makan bersama. Entah kenapa, rasanya jauh lebih nikmat ketimbang makan di rumah dengan melihat wajah Fery yang tak bersahabat.Yadi sesekali mencuri pandang, memperhatikan Yuni yang makan dengan lahap. Padahal Yadi yakin jika di rumah suaminya, Yuni bisa makan yang jauh lebih baik.Tak perlu waktu lama, mereka menghabiskan sebungkus nasi goreng itu hingga tandas tak bersisa. Sayang, Yadi memang hanya membeli satu bungkus saja. Memang itu yang mampu dia beli saat ini.“Kamu masih laper, ya, Yun?” tanya Yadi. Walaupun benar, tetapi Yuni tak me
Baca selengkapnya