“Ci, besok saya harus ke Jakarta untuk menghadiri siding pertama perceraianku dengan Amanda. Apa kamu mau ikut?” tanya Fery pada gadis yang sedang menyiapkan makan malam untuknya.Gadis itu malah nyengir. “Saya di sini aja, ya, Pak? Boleh, kan?” Suci menawar.“Mesti ikut, sih. Kalau nggak ikut, nanti orangtua saya pasti curiga.” Fery bicara dengan santainya sambil menyuap.Suci langsung cemberut saat mendengarnya. “Kok, nikahnya jadi beneran gini, Pak? Bukannya cuman pura-pura?”Fery langsung mengangkat wajahnya dan menatap pada istri kecilnya itu.“Ya namanya nikah itu ya beneran, dong, Ci. Cuman bedanya, ini buat nenangin hati orang tua,” jawab Fery kemudian kembali menyuap makan malamnya.“Wah, sup ayam bikinan kamu memang selalu enak, Ci. Saya mau lagi, dong,” pinta Fery yang malas membahas soal pernikahan mereka.Walaupun kesal dan dengan muka cemberutnya, tetapi Suci tetap mengambilkan lagi sup yang diminta suaminya.“Terima kasih,” ucap Fery dengan senyuman manis. “Kamu duduk,
Read more