“Aku berangkat dulu, ya. kamu baik-baik di rumah,” ujar Fery sebelum berangkat kerja. Dia peluk dan cium kening Suci penuh sayang. Neneh kembali menyenggol tangan Yati sambil menahan tawa.“Suaminya Suci romantis sekali ya, Yat. Dia kelihatannya sayang banget. Duh, beruntungnya anakmu,” bisik Neneh.Yati hanya tersenyum.“Bu, aku berangkat dulu,” pamit Fery pada Yati dan mencium tangan keriput itu, meski Yati belum begitu tua, tetapi kesusahan hidup membuatnya terlihat jauh lebih tua dari usia sebenarnya.Yati tampak masih tak biasa dicium tangannya oleh Fery yang notabene memiliki status sosial yang jauh di atasnya. Dia merasa malu memberikan tangan kasarnya untuk dicium seorang dokter meski itu menantunya sendiri.Fery pun mengangguk sopan pada Neneh. “Tolong bantu istri saya di rumahya, Bi. Saya ingin Suci tidak kecapean, biar bisa segera hamil,” ujar Fery dengan senyuman ramah.“Ah, iya, tentu saja, Cep Dokter. Bibi pasti akan bantuin semua pekerjaan rumah,” jawab Neneh.Fery pun
Baca selengkapnya