“Kamu nyusul ke sini, Ci?” jawab Fery yang berusaha mencari topik obrolan lain.“Iya, Pak. Abisnya Bapak lama. Saya udah laper.” Suci tertawa kecil.“Ya sudah, ayo sini,” ajak Fery melambaikan tangannya. “Lho, kok ada Kang Fahri di sini?” tanya Suci yang merasa heran.“Eh, i-iya … aku … abis dari rumah sodara, terus mampir dulu ke sini,” jawab Fahri terlihat kikuk. Tangannya menggaruk tengkuknya.“Ooh, kebetulan sekali,” sahut gadis itu dengan senyuman manis. Namun, berbeda dengan Fery yang memasang wajah masam.“Ayo, Kang ikut makan sama kita,” ajak Suci dengan ramah.“Eh, nggak, Ci, terima kasih. Aku harus segera pulang. Lain kali aja ya. Aku permisi, assalamualaikum.” Fahri mundur lantas pergi dari sana menembus guyuran hujan.Suci menatapnya dengan heran.“Sudah, ayo, kita makan dulu. Tangan kamu dingin gini. Mending nggak usah pop mie, kita makan soto aja ya?” tawar Fery dan Suci pun mengangguk setuju.Suci dan Fery duduk berhadapan di meja kecil dengan semangkuk soto yang mas
Read more