All Chapters of DITALAK SUAMI GARA-GARA MAKE UP PUCAT: Chapter 141 - Chapter 150

263 Chapters

Bab 141

“Kamu kenapa malah muntah-muntah begitu?” tanya Narsih yang melihat Yuni terus saja muntah-munta di wastafel.“Aku jijik, Bu. tadi Mas Fery nyuruh Yuni minum teh manis yang ada kencingnya. Huueek.” Yuni kembali muntah saat membayangkan minuman yang dicampur air kencing.“Lho, kok, bisa?” Narsih malahan bengong.“Ibu, sih, pake nyuruh tambah air kencing segala. Kalau ceritanya kaya gini, bukan Mas Fery yang tunduk padaku, yang ada aku malah jadi sakit. Tadi malahan aku denger kalau Mas fery nggak mau bercerai sama si Tonggos. Bagaimana ini?” Yuni menggerutu. Tangannya menyeka mulutnya dengan tisu.“Wah, wah, kamu harus segera bertindak, Yun. Jangan sampai gagal. Nanti pas Fery pulang, kamu harus bisa merayunya.” Narsih berbisik.“Iya, baiklah. Aku akan menyusun rencana dari sekarang. Kira-kira aku harus bikin minuman apa supaya Mas fery mau meminumnya. Jangan sampai dia menyuruhku meminumnya lagi. Aku jijik.” Yuni bergidik ngeri membayangkan meminum air seni.“Iya, kamu pikirkan baik
Read more

Bab 142

“Ada apa ini? kok ribut segala?” Amanda yang sedang beres-beres di kamar langsung keluar. Teriakan Yuni benar-benar menggelegar seperti suara petir di tengah hujan deras.“I-itu, Bu. Mbak Manda nyimpen air kencing di dalam kulkas,” jelas Suci dengan polosnya. Amanda pun sontak mengerutkan kening, merasa aneh dengan kelakuan adik madunya itu yang semakin aneh saja.“Air kencing? Di kuklas?” tanyanya memastikan. Suci pun mengangguk cepat.“Terus?” Amanda kembali bertanya.“Terus, tadi nggak sengaja sama saya dibikin jadi teh manis. Saya kira itu teh yang sengaja Mbak Yuni bikin buat bikin teh manis,”jelas Suci.“Astagfirullah.” Amanda menggelenngkan kepala. “Lagian ngapain kamu pake nyimpen air kencing di kulkas segala, sih?” tanya Amanda sedikit berteriak pada Yuni yang berada di wastafel dapur.Wanita itu masih mencuci mukanya setelah muntah-muntah.“Suka-suka, aku lah,” jawab Yuni yang kembali berkumur karena masih merasa mual saat kembali ingat dia telah meminum air kencingnya sendi
Read more

Bab 143

Fery duduk dengan lesu di kursi makan. Jiwa raganya terasa lelah. Pekerjaannya yang menuntut ketelitian, lalu istri pertamanya yang memilih pergi, dan kelakuan istri barunya yang selalu membuat kesal.Fery mengembus napas kasar dengan tatapan kosong ke depan.“Pak Dokter mau makan?” tawar Suci dengan sopan dan membuyarkan lamunan Fery.“Eh, i-iya. Saya minta dulu air putih hangat, ya, Ci,” jawabnya.“Baik, Pak Dokter. Saya ambilkan dulu.” Suci berlalu ke dapur untuk mengambil segelas air hangat. Tak lama kembali dan menaruhnya tepat di hadapan lelaki itu.“Terima kasih,” ucap Fery lantas meneguk air itu dengan rakus. Dia memang sudah haus sejak tadi.“Silakan makan malam dulu, Pak Dokter. Saya dikasih tau sama Bu Manda makanan kesukaan Pak Dokter. Katanya ini baik untuk menghilangkan lelah.” Suci menyodorkan semangkuk sup ayam hangat.Fery melongo. Istri pertamanya itu masih saja memikirkan dirinya meski akan pergi. Bahkan membuat hatinya kembali berharap jika Amanda memang masih menc
Read more

Bab 144

“Gila aja, Bu! Gimana kalau sampai aku ketahuan sama Mas Fery? Bisa-bisa aku diusir dari sini.” Yuni menolak ide dari sang ibu.“Kalau kamu nggak hamil pun, kamu tetap akan ditendang ke jalanan sama si Fery. Ini justru untuk menyelamatkan pernikahan kamu. Biar dia terikat sama kamu kalau sudah ada anak di antara kalian,” cerocos Narsih begitu geram.“Sekarang kamu tinggal pilih, mau diusir sekarang atau nanti kalau ketahuan? Dengar! Ka-lau ke-ta-hu-an. Kalau nggak ketahuan, kamu dan Fery bakalan bertahan lama. Kamu bisa minta aset dulu yang banyak.” Narsih bahkan mengeja agar Yuni kembali mempertimbangkan keputusannya.“Tapi, Bu … kenapa nggak hamil sama Mas Fery aja biar aku nggak takut ketahuan?” Wajah Yuni menyiratkan ketakutan.“Dasar bodoh!” Narsih menoyor kepala putrinya itu. “Kalau gampang kamu sudah hamil dari kemarin-kemarin. Kamu sendiri bilang kalau si Fery udah nggak mau nyentuh kamu, gimana bisa bunting?” Narsih semakin naik darah.“I-iya, Bu. Nggak usah pake noyor segala
Read more

Bab 145

Brian menangkap wajah Amanda yang berubah cerah. Lelaki itu mengerutkan keningnya menebak-nebak siapa. Tak mungkin jika orang yang sedang berkirim pesan itu adalah Fery. Karena dia tahu jika Amanda mulai menjauh dari suaminya.“Siapa, sih?” Brian akhirnya tak kuasa menahan rasa penasaran.“Eh?” Amanda menoleh pada lelaki yang bibirnya kini cemberut menatap jalanan.“Kamu lagi chat sama siapa? kok, kayak yang bahagia banget,” lanjut Brian menunjukan rasa tak sukanya.“Oh, ini. Denis,” jawab Amanda dengan santainya. Tak peduli jika lelaki di sampingnya ini merasa sangat marah dan cemburu.“Denis?” tanya Brian lagi dengan kening yang berkerut.Amanda menjawab dengan gumaman, lalu berucap, “Iya. Dia adalah orang yang begitu mengesankan buatku. Dia tetap ramah dan baik meski penampilanku begitu menjijikan bagi yang lain. Dia memberiku semangat, saat orang lain justru mendorongku dalam keterpurukan.”Amanda menoleh pada lelaki yang masih saja mengerutkan keningnya. Brian baru menyadari sesu
Read more

Bab 146

“Halo,” sapa lelaki yang hanya memakai kaos dan celana jeans itu dengan senyumnya yang ramah.Amanda masih melongo sambil menunjuk. Dia masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya.“Bagaimana bisa kalian … kakak beradik?” tanya Amanda tergagap.“Tentu saja bisa,” jawab Darius. “Kamu saja yang nggak tau.” Lelaki itu tertawa diikuti oleh sang adik.Amanda pun tersipu malu. Entah kenapa bisa seperti itu. Padahal dia dan Denis tak ada hubungan apa-apa. Namun, semenjak pertemuan hari itu dia selalu teringat dengan semua kata-kata Denis yang memberikannya semangat.“Kalian ini,” desis Amanda mengerling dan berpura-pura marah. Kedua lelaki itu pun tertawa bersamaan.Denis menarik kursi tak jauh dari Amanda dan mengempaskan bokongnya di sana, saat ponsel Darius berdering dan lelaki itu pun gegas mengangkatnya. Dia memberi isyarat pada Amanda juga Denis jika dia pamit pergi dari sana sejenak. Amanda pun mengangguk. Walaupun hatinya tiba-tiba ketar-ketir karena ditinggal berdua dengan lelak
Read more

Bab 147

Amanda berulang kali membetulkan make up-nya. Rasanya masih saja terasa belum sempurna. Kenapa hatinya malah semakin berdebar cepat saat mengingat jika hari ini dia akan pergi ke luar dengan Denis.“Ya, Tuhan, tolong aku. Tunjukan apapun yang terbaik bagiku.”Amanda menghela napas panjang dan mengembusnya perlahan. Dia berulang kali menyemangati agar percaya diri. tak berselang lama terdengar bunyi klakson di depan rumah dan itu semakin membuat jantung Amanda berdebar cepat. Rasanya seperti seorang gadis remaja yang sedang jatuh cinta.“Aku tau ini salah, Mas. Tapi aku akan segera mengajukan gugatan cerai agar kita tak lagi punya beban,” gumam Amanda membayangkan Fery yang mungkin akan marah jika melihatnya jalan keluar dengan laki-laki lain. Namun, mengingat sikap Fery selama ini, Amanda terpaksa melakukannya.Amanda memejamkan mata sambil menghela napas sebelum membuka pintu dan menemui Denis yang sudah berdiri di depan pintu. Matanya melebar saat melihat Amanda yang terlihat begitu
Read more

Bab 148

Ponsel Amanda bordering nyaring. Wanita itu memicingkan mata dan berdecak malas saat melihat siapa penelepon itu.“Siapa?” tanya Denis.Amanda tampak kikuk lalu gegas menolak panggilan itu dan mematikan ponselnya.“Bukan siapa-siapa,” jawabnya gugup.“Fery?” tebak Denis tanpa tendeng aling-aling. Amanda pun tampak salah tingkah.“I-iya. Fery,” jawab Amanda masih terlihat gugup.Denis mengulum senyum lalu kembali menatap pada riak air sungai yang mengalir di depannya. Entah kenapa ada rasa bahagia yang menyelinap ke dalam dadanya.“Kapan kamu akan mengurus perceraianmu?” tanya Denis.“Secepatnya.” Amanda memandang kosong pada batu-batu yang tegar diterjang aliran air yang tak pernah berhenti. Denis manggut-manggut. “Jika ada yang bisa aku bantu, kamu jangan ragu untuk meminta bantuanku. Aku akan dengan senang hati membantumu.”“Terima kasih. Selama ini kamu sudah banyak membantuku,” jawab Amanda.Denis menautkan alisnya dan menoleh pada wanita di sampingnya. “Membantu? Kapan aku memb
Read more

Bab 149

Hati Fery begitu panas mendengar pengakuan istrinya yang mengatakan jika dia mencintai lelaki lain. walau hanya memakai kaos dan celana pendek, Fery pergi menembus pekatnya malam. dia tak pedulikan walau angin terasa begitu dingin menusuk tulang.Yuni yang mendengar kepergian suaminya di tengah malam buta merasa heran. Apalagi mendengar deru mesin mobil yang dijalankan seperti orang yang sedang balapan.“Mau ke mana dia malam-malam begini?” gumam Yuni sambil mengintip dari jendela kaca dan hanya bisa melihat kepulan asap dari knalpot mobil suaminya.Sementara itu, Fery yang menjalankan mobilnya seperti orang kesetanan, ingin cepat sampai di rumah yang dulu menjadi tempat tinggalnya dengan Amanda saat mereka masih di Jakarta. Lelaki itu merasa curiga jika sang istri membawa seorang lelaki ke rumah mereka.Hatinya sangat panas hingga menutupi pikiran jernihnya. Yang ada di otaknya saat ini hanyalah bayangan Amanda yang sedang bermesraan dengan lelaki bernama Denis itu. Pergumulan panas
Read more

Bab 150

Fery pun membersihkan diri di kamar mandi lain di rumah itu. Dia juga mengguyur tubuhnya di bawah guyuran air shower. Rasa sesal menyelimutinya. Namun, meski begitu ada rasa lega dalam dirinya saat mengetahui jika Amanda belum ada yang menyentuh selain dirinya.Meski seksi percintaannya terasa begitu hebat, tetapi melihat tangisan Amanda dia trenyuh juga. Dia mengakui kesalahannya.“Maaf, tapi aku tak bisa kehilangan kamu Amanda,” gumamnya dengan wajah menengadah hingga terkena guyuran air.Saat keluar dari kamar yang dulu memang menjadi kamarnya saat mereka tinggal bersama, Fery melihat Amanda ada di ruang makan sedang mengambil air panas dari dispenser. Lelaki itu perlahan mendekatinya.“Manda,” sapanya dengan suara pelan. Namun, wanita itu sama sekali tak bergeming. Jangankan menjawab, menoleh pun tidak. Fery pun mengekor ke mana Amanda melangkah.“Manda, please, ngomong sama aku,” pinta Fery dengan memelas. Dia menarik pelan lengan Amanda, tapi langsung ditepis oleh pemiliknya.
Read more
PREV
1
...
1314151617
...
27
DMCA.com Protection Status