Ponsel Amanda bordering nyaring. Wanita itu memicingkan mata dan berdecak malas saat melihat siapa penelepon itu.“Siapa?” tanya Denis.Amanda tampak kikuk lalu gegas menolak panggilan itu dan mematikan ponselnya.“Bukan siapa-siapa,” jawabnya gugup.“Fery?” tebak Denis tanpa tendeng aling-aling. Amanda pun tampak salah tingkah.“I-iya. Fery,” jawab Amanda masih terlihat gugup.Denis mengulum senyum lalu kembali menatap pada riak air sungai yang mengalir di depannya. Entah kenapa ada rasa bahagia yang menyelinap ke dalam dadanya.“Kapan kamu akan mengurus perceraianmu?” tanya Denis.“Secepatnya.” Amanda memandang kosong pada batu-batu yang tegar diterjang aliran air yang tak pernah berhenti. Denis manggut-manggut. “Jika ada yang bisa aku bantu, kamu jangan ragu untuk meminta bantuanku. Aku akan dengan senang hati membantumu.”“Terima kasih. Selama ini kamu sudah banyak membantuku,” jawab Amanda.Denis menautkan alisnya dan menoleh pada wanita di sampingnya. “Membantu? Kapan aku memb
Hati Fery begitu panas mendengar pengakuan istrinya yang mengatakan jika dia mencintai lelaki lain. walau hanya memakai kaos dan celana pendek, Fery pergi menembus pekatnya malam. dia tak pedulikan walau angin terasa begitu dingin menusuk tulang.Yuni yang mendengar kepergian suaminya di tengah malam buta merasa heran. Apalagi mendengar deru mesin mobil yang dijalankan seperti orang yang sedang balapan.“Mau ke mana dia malam-malam begini?” gumam Yuni sambil mengintip dari jendela kaca dan hanya bisa melihat kepulan asap dari knalpot mobil suaminya.Sementara itu, Fery yang menjalankan mobilnya seperti orang kesetanan, ingin cepat sampai di rumah yang dulu menjadi tempat tinggalnya dengan Amanda saat mereka masih di Jakarta. Lelaki itu merasa curiga jika sang istri membawa seorang lelaki ke rumah mereka.Hatinya sangat panas hingga menutupi pikiran jernihnya. Yang ada di otaknya saat ini hanyalah bayangan Amanda yang sedang bermesraan dengan lelaki bernama Denis itu. Pergumulan panas
Fery pun membersihkan diri di kamar mandi lain di rumah itu. Dia juga mengguyur tubuhnya di bawah guyuran air shower. Rasa sesal menyelimutinya. Namun, meski begitu ada rasa lega dalam dirinya saat mengetahui jika Amanda belum ada yang menyentuh selain dirinya.Meski seksi percintaannya terasa begitu hebat, tetapi melihat tangisan Amanda dia trenyuh juga. Dia mengakui kesalahannya.“Maaf, tapi aku tak bisa kehilangan kamu Amanda,” gumamnya dengan wajah menengadah hingga terkena guyuran air.Saat keluar dari kamar yang dulu memang menjadi kamarnya saat mereka tinggal bersama, Fery melihat Amanda ada di ruang makan sedang mengambil air panas dari dispenser. Lelaki itu perlahan mendekatinya.“Manda,” sapanya dengan suara pelan. Namun, wanita itu sama sekali tak bergeming. Jangankan menjawab, menoleh pun tidak. Fery pun mengekor ke mana Amanda melangkah.“Manda, please, ngomong sama aku,” pinta Fery dengan memelas. Dia menarik pelan lengan Amanda, tapi langsung ditepis oleh pemiliknya.
Fery kembali ke Suniagara keesokan harinya. Meski lelah dia paksakan juga karena Amanda tak mau kehadirannya di sana. lelaki itu memilih untuk beristirahat di rest area sembari menuju perjalanan pulang. Meski sakit, dia harus menerima keputusan Amanda yang bersikukuh ingin bercerai.Awalnya memang susah untuk Fery memejamkan matanya. Namun, karena saking lelahnya akhirnya dia terlelap juga saat istirahat di rest area. Jika dia memaksakan untuk melanjutkan perjalanan, Fery takut justru akan membahayakan keselamatannya.Amanda hadir dalam mimpinya. Wanita itu pergi dengan lelaki bernama Denis saat putusan pengadilan diputuskan. Amanda tertawa renyah, begitupun dengan Denis yang menertawakannya seolah mengejek.“Mandaaa!” Fery meneriakan nama sang istri dalam tidurnya hingga dia terbangun dengan peluh yang membasahi wajah. Napasnya tersengal. Rasanya begitu sakit saat mengingat mimpi tadi. Mimpi yang serasa nyata.“Oh my God. Amanda, kenapa harus semenyakitkan ini saat aku kehilanganmu,”
Yuni pergi ke kota diam-diam dengan sepeda motornya. Dia janjian dengan lelaki itu di sebuah kafe.Saat tiba di tempat yang dijanjikan, Yuni melihat motor yang dulu sering mengatar jemputnya. Motor yang sejujurnya sudah jelek dan karena kemiskinan lelaki itu Yuni meninggalkannya.Yuni celingak celinguk mencari keberadaan Yadi. Lalu, di pojokan sana dia melihat lelaki tinggi kurus dengan hoodie hitam sedang duduk sambil memainkan ponselnya.“Ah, itu dia,” gumam Yuni lantas menghampiri sang mantan kekasih.“Hai,” sapa Yuni saat sudah berada dekat dengan meja di mana Yadi berada. Lelaki itu sontak mengangkat wajahnya dan tersenyum semringah.“Hai, Yuni,” katanya sambil berdiri dan mengulurkan tangan. Yuni pun mmebalasnya. Mereka kemudian duduk kembali dan Yadi menawarkan sesuatu untuk dipesan.“Hmmm ….” Yuni membolak balik buku menu untuk melihat makanan apa yang kira-kira cocok di lidahnya. Sementara itu sang lelaki memperhatikan dengan rasa khawatir jika Yuni memesan sesuatu yang mahal
Saking lelahnya, akhirnya Fery terlelap juga di kamarnya. Meski tadi pikirannya tetap tertuju pada Amanda yang menasihatinya secara gamblang tentang pilihannya menikahi Yuni. Namun, tubuhnya tetap saja butuh istirahat.Cukup lama dia tertidur, karena semalam dia sama sekali tidak tidur. Hingga hampir magrib dia baru bangun. Itu pun karena mendengar keributan dari luar. Yuni pulang sambil marah-marah karena di jalan tadi ada yang menyerempetnya.“Memangnya kamu dari mana?” tanya Fery dengan wajah yang masih terlihat ngantuk. Yuni masih menggerutu sambil merengek karena tangannya terluka.“Aku habis jalan-jalan nyari baju buat kuliah nanti. Eh, di jalan ada ibu-ibu yang nyalip. Dasar emak-emak!” umpat Yuni dengan bibir mencucu.Fery menggelengkan kepalanya. Dia akhirnya meminta Suci untuk mengambilkan air hangat juga obat merah untuk mengobati istrinya.Saat membersihkan luka itu, Fery kembali teringat dengan kata-kata Amanda, jika dia sendiri yang memilih Yuni untuk menjadi istrinya. K
Yuni berulang kali bertemu dengan Yadi hanya untuk melakukan hal tak senonoh itu. Dia sengaja agar bisa segera hamil dan membuat Fery menerima dirinya dan melepaskan Amanda. Mereka bahkan bisa bertemu dan berhubungan badan seminggu dua kali.Yadi mulai mencari tahu alamat baru Yuni yang sekarang. Dia sengaja mengikuti Yuni saat wanita itu pulang dari kontrakannya. Yadi sangat penasaran tentang pekerjaan Yuni sekarang, karena wanita yang kini kembali menjadi pacarnya itu punya banyak uang.Dia kaget saat melihat dari kejauhan, jika Yuni masuk ke sebuah rumah bagus dan besar. Dia memicingkan matanya berusaha mencari tahu apa yang dilakukan Yuni di sana. Yadi mengira jika pacarnya itu mungkin saja bertamu ke rumah seseorang, tetapi saat melihat Yuni masuk tanpa mengetuk pintu, Yadi merasa yakin jika itu adalah rumah Yuni.“Lihat-lihat apa, Kang?” tanya seseorang yang kebetulan lewat dan melihat Yadi memperhatikan rumah Fery dari kejauhan.“Eh, i-itu, Pak, saya lagi ngeliatin pacar saya,”
Yadi menyungging senyum bahagia karena dia djanjikan diterima kerja di rumah sakit, tinggal mengumpulkan persyaratan. Surat lamaran juga CV dan yang lainnya. Rumah sakit itu memang sedang membutuhkan bagian cleaning serivice, karena beberapa orang mengundurkan diri. Yadi bahkan diminta untuk memulai bekerja di esok hari sebagai percobaan selama satu minggu.“Aku akan mencari tahu kenapa kamu melakukan ini, Yun. Aku tidak mau sampai dua kali kehilanganmu,” gumam Yadi lalu kembali pulang ke kontrakannya. Dia harus segera menyiapkan persyaratan untuk dibawa esok hari sambil masuk kerja.Sementara itu Yuni yang melihat suaminya pulang untuk makan siang, dia begitu bahagia. Setelah Suci kembali bekerja, rumah memang menjadi bersih, rapih dan selalu ada makanan enak. Walaupun Suci diperintahkan Amanda untuk mengurusi Fery saja, tetapi gadis itu tak bisa membiarkan Yuni dan Narsih kelaparan.“Kamu mau makan sekarang, Mas? Atau … mau sesuatu yang lain dulu?” tanya Yuni dengan delikan manja. D