Home / Pendekar / Pewaris Pedang Sulur Naga / Chapter 151 - Chapter 160

All Chapters of Pewaris Pedang Sulur Naga : Chapter 151 - Chapter 160

239 Chapters

Bab 151. Membela Nama Baik.

"Kalian tidak akan bisa lari dari kami!" Ki Pring Ireng berjumpalitan di atas kepala Raden Prana Kusuma dan Sekar Pandan yang terluka. Lelaki berkulit gelap karena panas matahari itu berdiri tegak di hadapan mereka. Tidak lama kemudian Pendekar Tongkat Genta Emas juga telah sampai.Dua pendekar tangguh ini memiliki ilmu berlari cepat di atas para pendekar yang lain. Ki Pring Ireng menatap Sekar Pandan yang terhuyung karena luka di punggungnya."Kau Dewi Bunga Malam?" tanyanya. Sekar Pandan meringis menahan sakit. Gadis itu merasakan bahwa pisau yang masih menancap di punggungnya mengandung racun. Dia mencari sesuatu dari balik ikat pinggangnya. Gadis berkalung kerang itu menelan sebutir obat pulung yang bisa menawarkan racun."Kau pemilik Pedang Sulur Naga. Jangan-jangan kau dan Mahisa Aji telah bekerja sama untuk membantu Paksi Jingga merebut perguruan Tangan Seribu." Pendekar Tongkat Genta Emas menuduh Sekar Pandan dengan suara lantang.Nyimas
last updateLast Updated : 2023-08-23
Read more

Bab 152. Bertemu Mayang.

Sekar Pandan merapikan rambut panjangnya setelah itu digelung jadi satu ke atas. Sebuah ranting kering yang ia temukan di dekat kakinya, disematkan ke gelungan ala kadarnya. Melihat itu, Raden Prana Kusuma teringat cara Putri Dewi Gayatri menggelung rambutnya hingga terlihat rapi.Tanpa meminta persetujuan si gadis, tangannya melepas gelung rambut Sekar Pandan. Sekar Pandan melotot tak suka."Diamlah. Aku hanya ingin merapikan gelung rambutmu." Pemuda berkulit bersih itu mulai memainkan tangannya untuk membuat rambut panjang dan tebal itu rapi. Menggelung rambut wanita ternyata tidak semudah perkiraan. Pikirannya terus mengingat gerakan tangan teman kecilnya saat menggelung rambut. Berkali-kali rambut itu digelung, berkali-kali juga rambut Sekar Pandan terlepas kembali.Sekar Pandan segera meraih tangan Raden Prana Kusuma untuk berhenti. Gadis itu menggeleng. "Tenang saja. Aku pasti bisa merapikan rambutmu. Hanya saja ... kau harus diam dan bersabar."
last updateLast Updated : 2023-08-27
Read more

Bab 153. Kembali ke Penginapan

Sekar Pandan menatap iba pada Mayang. Selama ini pasti dia hidup terlunta-lunta di luar rumah. Dia bisa merasakan kepedihan hidup yang dialami gadis itu. Bedanya, dia hanya kehilangan satu orang yang telah dia anggap saudara. Sedangkan gadis berwajah cantik dan manis itu mungkin lebih dari dirinya."Kita tidak boleh terlalu lama di tempat ini. Mereka bisa menemukan kita. Ayo, kita pergi," ajak Raden Prana Kusuma bangkit berdiri. Dia menengok ke segala arah, seperti khawatir ada musuh yang tiba-tiba datang."Nini Mayang, ikutlah bersama kami." Mayang ragu. Sekar Pandan segera menggamit lengan gadis itu dan mengajak pergi. Mereka menyusuri semak belukar yang rapat. Raden Prana Kusuma berjalan paling depan dengan membawa kayu kering sebesar lengan anak kecil. Pemuda itu bertugas menyibak semak untuk membuat jalan. Sekar Pandan yang berjalan paling akhir pun membawa kayu kering untuk melakukan hal yang sama dengan Raden Prana Kusuma. Sesekali tangan
last updateLast Updated : 2023-08-28
Read more

Bab 154. Pertemuan Empat Perempuan Cantik.

"Kau ... " Kata-kata itu tidak dilanjutkan Mayang. Gadis itu tidak percaya sekaligus iba pada nasib Sekar Pandan. Wajah cantik itu menatap tidak percaya pada Sekar Pandan. "Bagaimana bisa kau mengalami ini, Sekar Pandan?"Sekar Pandan menjawab pertanyaan gadis itu dengan tersenyum. Baginya, bisa berbicara atau tidak sekarang tidak penting. Yang paling penting dalam hidupnya saat ini hanya mengembalikan nama baik ayahnya karena ulah Paksi Jingga. Entah kenapa dia merasa malas menemui Elang Gunung. Corah yang telah membubuhi minumannya dengan racun warangan dan mencuri pedang pusakanya.Sekarang sudah jelas. Semua kejadian yang menimpanya disebabkan oleh Paksi Jingga. Bisa jadi dia meminta corah licin, seperti komplotan Elang Gunung untuk mengambil Pedang Sulur Naga dan meracuninya. Orang itu memang culas. Isi kepalanya hanya balas dendam. Dia tidak perduli dengan keselamatan orang lain. Padahal dia tahu, Sekar Pandan banyak berjasa pada perkumpulan Sapu Tangan Merah
last updateLast Updated : 2023-08-30
Read more

Bab 155. Kecurigaan Putri Dewi Gayatri

Putri Dewi Gayatri menatap Mayang dan Sekar Pandan yang baru saja datang. Wajah gadis berwajah manis itu tampak lebih segar dan bersih. Kain pun telah diganti oleh pemilik rumah dengan kain bersih. Dia baru saja mandi di pakiwan yang ada di belakang rumah. Selasih hanya melirik sekilas pada Mayang. Mereka melanjutkan makan dengan tanpa bicara. Malam harinya, Raden Prana Kusuma mengajak semua temannya untuk duduk bersama. Pemilik rumah menyediakan sebuah balai kosong yang ada di samping rumah utama. Sambil duduk bersila beralaskan tikar pandan, mereka mulai mengobrol. Sebenarnya Raden Prana Kusuma hanya ingin mengajak Sekar Pandan membicarakan masalah perguruan Tangan Seribu, tetapi di tempat itu ada Mayang. Gadis itu satu-satunya orang dari perguruan tersebut yang hadir di tempat ini. Rasanya sayang kalau tidak diikut sertakan.Begitu juga dengan Selasih. Dia juga berhubungan dengan komplotan Elang Gunung. Sedangkan untuk Ludro Gempol dan Putri Dewi Gayatri, dia r
last updateLast Updated : 2023-09-02
Read more

Bab 156. Hilangnya Kekhawatiran Putri Dewi Gayatri

Putri Dewi Gayatri terdidik dengan pembiasaan dan adat seputar istana sejak kecil. Walaupun hatinya masih ingin membahas Sekar Pandan, dia tetap melangkah pergi diikuti Ludro Gempol dengan penuh kepatuhan. Raden Prana Kusuma menghela napas panjang. Pemuda itu duduk bersila dan memejamkan mata. Dalam sepenginangan sirih, pemuda berdada bidang itu telah memusatkan pikiran dan perasaan untuk masuk ke alam hening, semadi.Putri Dewi Gayatri masuk ke dalam kamar Sekar Pandan. Di sana tidak ada gadis yang dicari. Dia hanya menemukan Selasih yang tengah berbincang dengan Mayang. Keduanya segera menghentikan obrolan mereka."Di mana Sekar Pandan?" tanyanya dengan wajah tegang. Gadis itu ingin berbicara langsung dengan Sekar Pandan. Dia ingin tahu sendiri bagaimana perasaan gadis itu pada Raden Prana Kusuma, teman masa kecil sekaligus pemuda yang digadang-gadang akan dijodohkan dengan dirinya."Dia belum masuk kamar, Nini Gayatri," jawab Selasih."Kalian t
last updateLast Updated : 2023-09-04
Read more

Bab 157. Kasih Sayang Sang Senopati

Sekar Pandan menyelimuti tubuh Mayang yang telah minum ramuan obat buatannya. Gadis itu kini tidur nyenyak. Sakit di dadanya telah reda. Sekar Pandan menatap lekat wajah cantik Mayang yang lelap. Wajah itu seperti tertekan. Kehidupan yang tiba-tiba berubah drastis membuat jiwanya goyah dan penyakitnya kambuh.Penyakit bawaan sejak kecil itu yang membuat keluarganya sangat mengkhawatirkan dirinya. Mereka tidak pernah mengizinkan siapapun, untuk membicarakan semua hal tentang perguruan dan pembinasaan orang-orang dari perkumpulan Sapu Tangan Merah. Itu Dewa Jari Maut lakukan karena hati Mayang polos dan lembut. Dia tidak ingin kepolosan anak gadisnya berubah karena berita-berita kejahatannya. Perubahan itu jelas akan memengaruhi keadaan Mayang yang mengidap penyakit.Banyak tabib atau dukun yang dipanggil untuk mengobati, tetapi tidak ada yang bisa menyembuhkan. Mereka hanya bisa mengusahakan penyakit itu agar tidak sering kambuh. Seumur hidup, Mayang akan bersama pe
last updateLast Updated : 2023-09-07
Read more

Bab 158. Bertemu Tuan Zhang.

"Dia memang gadis kabur kanginan, tapi dia gadis baik. Hatinya bersih tanpa dikotori kedudukan, derajat, dan pangkat," bela Raden Prana Kusuma. Dia tidak suka jika ada yang menjelekkan Sekar Pandan, walaupun gadis itu memang memiliki kekurangan.Mendengar itu, gadis berselendang kuning itu menahan tawa. "Bersih tanpa dikotori kedudukan, derajat, dan pangkat. Aku ingin bertanya padamu. Apakah dia tahu siapa diri Kangmas?""Tahu.""Itu artinya dia tahu. Jika dia menikah denganmu akan mendapat kehormatan. Makanya dia selalu menggodamu dengan bau harum tubuhnya itu.""Aku tidak menyangka. Pikiranmu tentang dia seburuk itu, Nimas. Kurasa tidak ada yang perlu kita bicarakan." Raden Prana Kusuma berlalu dari hadapan Putri Dewi Gayatri. Hatinya kecewa dengan gadis itu."Kangmas!" Putri Dewi Gayatri memanggil. Dadanya naik turun menahan gejolak kemarahan. Langkah Raden Prana Kusuma tidak berhenti. Putri Dewi Gayatri merasa bersalah karena telah me
last updateLast Updated : 2023-09-10
Read more

Bab 159. Serangan Balungwesi

Sekar Pandan bangun dari tempat tidur. Wajahnya meringis menahan nyeri di punggung. Luka itu akhir-akhir ini sering mengeluarkan darah kembali setiap dia banyak gerak. Gadis itu mendekati pintu kamar karena samar-samar mendengar orang berbicara di luar. Telinganya ditempelkan di daun pintu.Di balik pintu kamar, dua pelayan rumah yang ditempati Sekar Pandan dan lelaki bernama Zhang menginap, tengah ngobrol. Dua lelaki muda berbadan kurus dan berkulit gelap karena terbakar cahaya matahari itu tengah menatap pintu kamar Sekar Pandan."Besuk kita akan dimarahi Ki Sarpo kalau ketahuan kita menerima tamu berbadan kotor dan bau seperti gadis itu." Pelayan bertubuh paling tinggi berkata dengan khawatir. Temannya yang bergigi besar-besar segera menimpali."Jangan khawatir. Besuk pagi-pagi gadis itu pasti sudah pergi. Jadi kita bisa secepatnya membersihkan tempat tidurnya.""Gadis itu sangat aneh. Wajahnya cantik tapi otaknya miring. Masa melumuri tubuh de
last updateLast Updated : 2023-09-11
Read more

Bab 160. Pertolongan yang Tepat

Dari arah selatan, cahaya-cahaya keperakan melesat menuju Sekar Pandan yang tengah melancarkan serangan pada Balungwesi. Dengan gerakan cepat luar biasa, Tuan muda Zhang meloloskan sesuatu dari balik bajunya. Benda itu terkembang dan mengibaskan benda keperakan yang menyerang Sekar Pandan. Benda-benda itu seketika runtuh ke tanah.Bersama jatuhnya senjata rahasia yang dikirim musuh, dari arah selatan, jungkir balik dua bayangan merah menyerang Tuan muda Zhang. Lelaki muda berusia tiga puluh tahun itu bergerak cepat memapak pukulan dua penyerangnya dengan kipas terkembang. Bertemunya dua kekuatan yang berbeda mengakibatkan dua orang berkain merah terjajar ke belakang. Dada mereka yang memakai kain menyilang berwarna merah turun naik. Mereka menekan dada yang terasa sesak akibat benturan tenaga dalam."Gadis itu memiliki teman yang sakti, Kakang," bisik orang pertama. Orang kedua meludah ke tanah. Saat cahaya bulan mengintip dari celah dedaunan dan mengenainya, tern
last updateLast Updated : 2023-09-13
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
24
DMCA.com Protection Status