Home / Pendekar / Pewaris Pedang Sulur Naga / Chapter 161 - Chapter 170

All Chapters of Pewaris Pedang Sulur Naga : Chapter 161 - Chapter 170

239 Chapters

Bab 161. Menghindar dari Kekasih

"Kalian pendekar yang tidak punya malu. Mengeroyok gadis remaja yang tidak punya salah dan dosa pada kalian." Raden Prana Kusuma berhenti tepat di bawah cahaya bulan. Sinar lembut sang Candra memancarkan kewibawaan cucu Guru Agung Anuradha itu. Sepasang matanya yang teduh berubah tajam menusuk. Pemuda itu muak dengan tingkah laku para pendekar yang termakan kabar tidak benar.Balungwesi mencoba mengenali pemuda di depannya. Pemuda itu memiliki wajah sangat tampan. Tubuhnya tegap dan kekar. Balungwesi tidak menemukan senjata apapun di pinggang Raden Prana Kusuma. Hanya dengan menggunakan ranting dia berani menyombongkan diri. Pemuda itu memang telah menyingkirkan satu lawan, bukan berarti dia tangguh. Dia tetapi itu tanpa melalui adu kesaktian.Balungwesi yang tidak mengakui tingginya gunung segera berkata lantang. "Pemuda kemarin sore ingin menantang. Apa yang akan kau gunakan untuk melawan kami? Ranting yang masih berdaun itu? Kau terlalu meremehkan kami, Anak mud
last updateLast Updated : 2023-09-16
Read more

Bab 162. Mencemaskan Sekar Pandan

Tubuh Ki Surabang terhempas di rerumputan kering. Tertatih-tatih dia menyeret tubuhnya mundur seraya memegangi dadanya, saat pemuda yang telah mengalahkan dirinya dengan ranting itu mendekat. Urat-urat lehernya tegang karena menahan sakit luar biasa di dada.Sinar matahari pagi yang menerobos celah dedaunan dan ranting menerpa wajah pucatnya."Aku tidak akan menyakitimu selama kau tidak menyakiti gadis itu, Kisanak. Perlu kau tahu, ayah Sekar Pandan telah lama meninggal. Orang yang meninggal tidak mungkin melakukan kejahatan. Hanya orang-orang yang dibutakan amarah saja yang menuduh Pendekar Pedang Sulur Naga melakukan kejahatan lewat tangan ketua perguruan Tangan Seribu. Ini sudah jelas. Pelaku satu-satunya adalah ketua baru itu."Ki Surabang meludah dengan jijik."Kau jangan asal bicara, Anak muda. Kau tidak tahu apa-apa tentang kejahatan Pendekar Pedang Sulur Naga. Pedang itu sebelumnya telah diwariskan kepada Paksi Jingga. Sebelum meninggal di
last updateLast Updated : 2023-09-18
Read more

Bab 163. Melanjutkan Perjalanan Bersama

Setelah mereka menyantap masakan bersantan dari pemilik rumah, mereka berkemas meninggalkan dusun kecil yang ramai itu. Kuda mereka berlari menyusuri jalan berbatu. Terik matahari di musim kemarau tidak menghalangi mereka melakukan perjalanan. Debu di belakang empat kuda itu membubung tinggi."Jika Nini Sekar Pandan kembali ke rumah itu, dia tidak bisa bertemu kita, Prana Kusuma," ujar Ludro Gempol yang berada di samping kuda Raden Prana Kusuma.Pemuda gagah itu menatap lurus ke depan. Tubuhnya terguncang-guncang di atas punggung kuda hitam. Ada rasa cemburu di hatinya setiap mengingat Sekar Pandan meninggalkan dirinya dan justru pergi bersama laki-laki lain. "Biarkan saja," jawabnya kemudian. Ludro Gempol terperanjat dengan jawaban enteng itu. Ini tidak seperti Raden Prana Kusuma yang dia kenal. Biasanya pemuda itu akan bingung jika mencemaskan keadaan Sekar Pandan di dunia persilatan. Bahkan dia rela meminta tugas ke luar kerajaan demi memasti
last updateLast Updated : 2023-09-20
Read more

Bab 164. Bergabungnya Mahisa Dahana.

"Siapa dia, Mayang?" Raden Prana Kusuma bertanya karena karena hanya gadis itu yang ada di tempat ini. Mayang menggeleng."Dia bertanya tentang temannya," jawab Mayang ketus. Gadis itu segera merebahkan tubuhnya ke tanah kering yang sudah retak. Melihat itu, Raden Prana Kusuma tidak ingin bertanya lagi. Dia tahu Mayang butuh istirahat cukup setelah terguncang di atas panggung kuda."Apakah tidak lebih baik kita ajak dia ke sini, Prana Kusuma?" usul Ludro Gempol. Raden Prana Kusuma setuju dengan usul pengawalnya. Maka Ludro Gempol menghampiri Mahisa Dahana yang menghangatkan diri di pancaran hangatnya api unggun."Maaf, Kisanak. Siapa namamu dan dari mana asalmu?" tanya Ludro Gempol berdiri di depan api unggun. Mahisa Dahana mendongak. Pemuda yang terlihat masa bodoh itu memindai tubuh Ludro Gempol yang gagah. Tubuh orang itu berkulit bersih tidak seperti para pendekar. Pasti berasal dari kota. Bisa jadi dia penggawa kerajaan yang menyamar."Mahi
last updateLast Updated : 2023-09-23
Read more

Bab 165. Dikalahkan Raden Prana Kusuma

"Jika aku harus mati karena pukulanmu, paling tidak aku mati untuk membela Kakangku.""Bagus. Kuhargai bakti dan kesetiaanmu."Raden Prana Kusuma berdiri tegak. Dia memusatkan tenaga dalam pada tangan kanannya. Tujuannya memukul hanya untuk memberi pelajaran pada pemuda lugu itu agar tidak membela saudaranya yang telah melenceng dari kebenaran. Sekali melompat ke depan, kepalan tangan senopati muda itu menghantam telak dada bidang Mahisa Dahana.Des!Tubuh Mahisa Dahana hanya goyah sedikit. Raden Prana Kusuma merasakan tubuh Mahisa Dahana bagai karet. Mahisa Dahana menyombongkan diri ingin menjadi tameng bagi saudaranya karena dia memiliki sebuah ilmu bernama Ajian Raga Pitu. Dia tidak akan tumbang hanya sekali pukul. Ajian itu akan melindungi dirinya, seperti orang yang memiliki banyak nyawa.Raden Prana Kusuma memasang kuda-kuda lagi. Jika tadi dia hanya menggunakan separuh tenaga dalamnya, saat ini dia akan menambah tenaganya. Pemuda
last updateLast Updated : 2023-09-25
Read more

Bab 166. Serangan Iblis Pembantai.

Raden Prana Kusuma merasa khawatir jika harus mengajak Putri Dewi Gayatri ke perguruan Tangan Seribu. Di sana akan berkumpul banyak pendekar yang memiliki watak aneh-aneh. Dia tidak ingin gadis itu mendapat masalah.Merasa diperhatikan Raden Prana Kusuma dari samping, gadis berkulit putih itu mengulum senyum. Hatinya berdegup indah. Semangatnya untuk mengikuti pemuda itu makin besar. Bagai bara api yang diberi kayu jerami.Di setengah perjalanan, mereka mendengar denting senjata beradu. Mereka dapat mengira bahwa tengah terjadi pertarungan di depan sana."Selasih, jangan kau lepaskan Mayang. Ludro Gempol, jaga Nimas Gayatri dengan baik.""Kau akan pergi, Kangmas? Aku ikut denganmu." Putri Dewi Gayatri berkata dengan semangat. Pemuda itu hanya menatapnya sekilas setelah itu mempercepat lari kudanya. Mahisa Dahana tidak ingin ketinggalan, pemuda itu pun segera menepuk kudanya agar berlari kencang menyusul kuda Raden Prana Kusuma.Putri Dewi
last updateLast Updated : 2023-09-27
Read more

Bab 167. Petunjuk Keberadaan Sekar Pandan.

Mahisa Dahana pun tidak tinggal diam. Adik Paksi Jingga itu berkelit ke kiri dan kanan dari serangan Kolongpati."Kau boleh juga, Anak muda. Tapi sebentar lagi kau tidak akan bisa berkutik menghadapi permainan pedangku," kata Kolongpati sombong.Ucapan orang itu tidak omong kosong. Setelah itu dia mengubah jurus-jurus yang digunakan. Gerakannya selalu berputar dan cepat, membuat lawan setangguh apapun akan bingung dan akhirnya lengah. Itu juga dialami Mahisa Dahana. Kepalanya mulai pusing melihat pedang Kolongpati yang berputar-putar di sekitar tubuhnya. Saat dia lengah, mata pedang Kolongpati berhasil menebas ujung kain yang melindungi pinggang ke bawah. Mahisa Dahana terkesiap karena senjata lawan berhasil menyentuh pakaiannya.Kolongpati terkekeh senang melihat raut Mahisa Dahana yang terkejut saat dia bisa menebas pakaiannya. "Tidak hanya kain itu yang tertebas. Sebentar lagi lehermu yang akan menyusul, Anak muda!"Mahisa Dahana jen
last updateLast Updated : 2023-09-30
Read more

Bab 168. Bertemu Sekar Pandan

Gadis itupun segera menyingkirkan perasaan alaminya sebagai seorang gadis pada pemuda."Seseorang? Dia juga anggota mereka?" tanya Raden Prana Kusuma penasaran. Sejak tadi dia tidak melihat orang lain."Pemuda aneh. Tentu saja dia bukan anggota mereka. Dia seorang gadis berusia sama dengan diriku, tapi dia bisu," omel gadis itu kesal. Setelah ngomel dia menunduk, tidak sanggup menatap wajah pemuda di depannya.Raden Prana Kusuma terkesiap. Jika gadis itu adalah Sekar Pandan, berarti dia baru saja dari sini. "Bisu? Ke mana dia pergi, Nini?""Ke sana." Gadis itu menunjuk arah perginya gadis yang tidak lain adalah Sekar Pandan."Terima kasih petunjukmu, Nini." Raden Prana Kusuma berlari menghampiri kudanya yang saat itu aman di tangan Mahisa Dahana. Tanpa berkata apapun, pemuda itu menggebah kudanya bagai kesetanan menyusul Sekar Pandan.Dari belakang, rombongan Putri Dewi Gayatri mulai mendekat. Mereka memacu kuda melewati deretan
last updateLast Updated : 2023-10-02
Read more

Bab 169. Berkumpul

Wajah Sekar Pandan tampak gelisah."Kau kenapa?" Sekar Pandan menatap Putri Dewi Gayatri yang melompat turun dari kudanya. Begitu juga sebaliknya. Gadis itu menggeram saat melihat Sekar Pandan bersama Raden Prana Kusuma."Rupanya gara-gara gadis bau busuk itu," gerutu gadis berselendang kuning itu jengkel."Kenapa kau menyusulku, Nimas?"Putri Dewi Gayatri memberengut. "Kangmas. Kenapa kau bertanya seperti itu? Aku calon istrimu, tentu khawatir padamu. Kau melarikan kudamu seperti orang kesetanan. Tentu saja aku khawatir." Wajahnya sinis saat melihat Sekar Pandan."Aku begitu senang saat mendengar Sekar Pandan masih ada di sekitar sini. Karena itulah aku memacu kudaku bagai kesetanan. Kuharap kau tahu maksudku, Sekar." Sekar Pandan makin tertunduk. Perlahan dia mengangguk. Dia tidak meragukan ketulusan hati Senopati Prana Kusuma terhadap dirinya. "Jangan dekat-dekat dengan gadis bau busuk itu, Kangmas." Putri Dewi Gaya
last updateLast Updated : 2023-10-04
Read more

Bab 170. Terbangun dari Semadi.

Sebelum hari benar-benar gelap, para lelaki telah kembali sambil membawa makanan. Raden Prana Kusuma dan Tuan muda Zhang berhasil membawa buah-buahan hutan yang telah matang. Mahisa Dahana dan Ludro Gempol sangat beruntung karena dapat banyak tangkapan ikan.Mereka makan dengan lahap. Kecubung dan satu orang kawan membawakan makanan itu pada empat temannya dari perkumpulan Kencana Emas yang terluka. Keadaan mereka sudah lebih baik, tetapi butuh istirahat. Sekar Pandan mengikuti Kecubung. Gadis yang kini menebarkan bau harum itu memeriksa pergelangan tangan mereka secara bergantian. "Bagaimana keadaan mereka?" Kecubung bertanya dengan khawatir. Jika terjadi masalah dengan saudara-saudaranya, mereka akan terlambat datang ke perguruan Tangan Seribu. Sekar Pandan tersenyum lebar memamerkan gigi gingsulnya. Kecubung menghela napas lega."Terima kasih, Adik Sekar." Kecubung menatap wajah jelita yang memancarkan pesona lembut itu seraya tersenyum. Dalam hati gad
last updateLast Updated : 2023-10-08
Read more
PREV
1
...
1516171819
...
24
DMCA.com Protection Status