Home / Pendekar / Pewaris Pedang Sulur Naga / Chapter 141 - Chapter 150

All Chapters of Pewaris Pedang Sulur Naga : Chapter 141 - Chapter 150

239 Chapters

Bab 141. Nyimas Tunjung

Dengan menggunakan ilmu meringankan tubuh, gadis berselendang jingga itu melesat ringan bagai kain yang tertiup angin. Sekar Pandan menapakkan kakinya yang tanpa alas ke batang pohon yang lebih dekat dengan bangunan Pesanggrahan Nyimas. Cekatan tubuhnya memanjat lebih tinggi.Dari tempatnya ini dia lebih leluasa mengamati keadaan bangunan yang indah, terang, dan ramai. Makin dekat, tawa dan canda para laki-laki hidung belang dan wanita penjaja cinta makin terdengar jelas. Jantung gadis berjuluk Dewi Bunga Malam berdegup kencang. Dia membayangkan Raden Prana Kusuma dan para perempuan lah yang tengah tertawa di dalam."Bagaimana caraku agar bisa masuk ke sana?" Dia mulai gelisah. Api cemburu mulai merayapinya. Perlahan kakinya turun. Dia ingin masuk ke sana layaknya para tamu."Hei, siapa itu!" Dari bawah pohon terdengar bentakan nyaring yang ditujukan kepadanya. Sekar Pandan mengintip dari celah ranting dan pohon. Ada dua laki-laki berotot tengah mendongak
last updateLast Updated : 2023-07-31
Read more

Bab 142. Wanita Pemikat

"Kudengar Nyai seorang wanita yang memiliki kotak samudera. Aku hanya ingin mengambil seekor ikan di sana." Raden Prana Kusuma berkata pelan saat mengucapkan kata-kata sandi yang dia dapat dari pemilik kedai.Nyimas Tunjung menutupi mulutnya dengan punggung tangan saat tertawa geli. Kerlingan matanya tajam pada Raden Prana Kusuma."Jadi Tuan tidak ingin dilayani perempuan di sini karena itu?" godanya tak peduli dengan keinginan pemuda di depannya itu."Kau menertawakan aku."Dengan tanpa basa-basi, tangan berkulit putih itu menggenggam tangan Raden Prana Kusuma. Pemuda itu tersentak. Hampir saja dia mengibaskan tangan itu dengan kasar. Namun, dia segera menahan diri dan menarik tangannya dengan halus. Darah mudanya berdesir aneh saat kulit hangat itu menyentuh kulitnya . Wanita di depannya ini penuh daya pikat yang luar biasa. Raden Prana Kusuma segera menghadirkan bayangan Sekar Pandan untuk benteng pertahanan hatinya di depan Nyimas Tu
last updateLast Updated : 2023-08-02
Read more

Bab 143. Menghadapi Rayuan Maut.

Tangan Raden Prana Kusuma mendorong kepala berambut harum milik Nyimas Tunjung dengan halus. Wanita itu merajuk. Dia benar-benar gemas pada pemuda yang usianya masih jauh di bawahnya itu. Dia sudah sedekat ini, tetapi pemuda tampan di sampingnya masih kokoh bertahan."Katakan di mana dia? Waktuku tidak lama, Nyai." Sepasang mata yang biasanya teduh itu kini tajam."Hmm, aku masih belum ingin mengatakannya. Jika aku katakan sekarang, kakang pasti akan pergi. Aih, aku belum tahu nama bagusmu, Kakang." Wanita cantik itu menggenggam jemari Raden Prana Kusuma dengan tersenyum genit.Tangan hangat itu berusaha melepaskan diri, tetapi cengkeraman Nyimas Tunjung terlalu kuat. "Katakan, siapa nama Kakang?" bisiknya menggoda.Wajah cantik berbedak dan berbibir merah menyala itu mendekati wajah Raden Prana Kusuma. Tatapan matanya penuh daya pikat. Raden Prana Kusuma bisa merasakan hembusan napasnya. Tahu dirinya dalam perangkap wanita ular, Raden Prana Kusum
last updateLast Updated : 2023-08-05
Read more

Bab 144. Bertemu Bimala dan Elakshi.

Sekar Pandan berkelit ke kiri dan kanan dari mata tajam golok lawannya. Secepat kilat kaki kirinya menghantam perut orang pertama. Orang itu berusaha menangkis tendangan Sekar Pandan. Mulutnya mendesis saat tangannya bersentuhan dengan kaki si gadis. Tangannya terasa patah karena kekuatan kaki Sekar Pandan demikian kuat."Gadis ini tidak bisa dianggap enteng," gumamnya. Temannya terlihat tengah mencecar Sekar Pandan dengan goloknya. Dia segera melompat untuk bergabung. Hati Sekar Pandan yang tengah dilanda marah pada Raden Prana Kusuma segera dilampiaskan pada dua anak buah Nyimas Tunjung.Selendang sutera jingga bergulung-gulung mengacaukan serangan dua lawannya. Di saat mereka kebingungan seperti itu, ujung selendang Sekar Pandan menghantam wajah mereka. Dua Algojo Pesanggrahan Nyimas terjengkang. Saat sinar bulan menerangi wajah mereka, wajah itu bewarna merah bekas sabetan selendang.Sekar Pandan terus mengejar dua lelaki berotot itu dengan serangan ka
last updateLast Updated : 2023-08-07
Read more

Bab 145. Ramuan dari Ayam

"Dia tidak akan bisa melakukannya. Sebentar lagi kejahatannya akan berakhir." Raden Prana Kusuma berusaha memastikan Nyimas Tunjung yang masih tergantung dengan kepala di bawah."Siapa sebenarnya kau, Kakang Prana Kusuma?" Nyimas Tunjung yang sudah tidak tahan dengan keadaannya kemudian bertanya."Kau tidak perlu tahu." Raden Prana Kusuma menjawab dengan dingin. Pemuda itu menatap langit-langit kamar. Di atas sana, tadi Sekar Pandan mengintipnya. Entah bagaimana perasaan gadis itu sekarang."Kau utusan kerajaan Majapahit?" tebak wanita itu."Kau terlalu mengada-ada. Aku hanya pendekar pengembara biasa dan Elang Gunung telah menyulut api permusuhan denganku." Ekor matanya melirik Nyimas Tunjung yang masih tergantung."Kalau begitu ajak serta aku, Kakang. Aku yakin jika berada di sampingmu akan aman dari Elang Gunung," rengek wanita itu. "Kau bukan pemuda sembarangan. Siapa julukanmu di dunia persilatan?""Julukan? Aku tidak punya
last updateLast Updated : 2023-08-10
Read more

Bab 146. Cemburu

Pagi-pagi sekali Sekar Pandan mencari sungai untuk membersihkan diri. Seluruh tubuhnya dia gosok dengan rumput dan dedaunan hingga bau busuk itu hilang. "Bergantilah dengan kain kering ini. Jangan lupa lumuri tubuhmu dengan minyak ini juga." Raden Prana Kusuma meletakkan setumpuk kain jarik kering dan cupu kecil di atas batu. Tanpa melihat ke arah Sekar Pandan yang tengah mandi, pemuda itu melompati bebatuan lalu duduk bersila di atas batu besar membelakangi sungai.Saat Sekar Pandan telah menemukan sungai, Raden Prana Kusuma kembali menemui Nyimas Tunjung di Pesanggrahan Nyimas. Dia meminta dua lembar kain jarik untuk pakaian Sekar Pandan. Dia juga meminta minyak wangi pada perempuan itu. "Apakah gadis itu cantik?" Nyimas Tunjung bertanya dengan penuh kecemburuan. Itu karena dia telah jatuh cinta pada Raden Prana Kusuma pada pandangan pertama.Raden Prana Kusuma membungkus semua barang pesanannya pada selembar kain berwarna hitam. "Cantik. Sang
last updateLast Updated : 2023-08-13
Read more

Bab 147. Bertamu ke Pesanggrahan Nyimas.

"Kau menggantungnya?" Tangan berkulit kuning buah langsat itu bergerak membentuk isyarat. Raden Prana Kusuma terdiam. Cuping telinganya bergerak-gerak. Di antara gemericik air sungai dia mendengar langkah kaki menginjak daun-daun kering. Saat kepalanya menoleh, tiga lelaki yang bertugas menjaga keamanan Pesanggrahan Nyimas berlompatan di atas batu-batu sungai.Sekar Pandan mengenali dua lelaki di antara mereka. Semalam dia telah menghajar mereka hingga masuk semak belukar. Tangan gadis itu mengepal dengan gemas. Sorot matanya tajam."Mereka Algojo Pesanggrahan Nyimas. Mau apa mereka ke sini?" gumam Raden Prana Kusuma. Pemuda itu mencium ada sesuatu yang ganjil atas kedatangan mereka.Tiga orang itu berdiri tepat di atas batu berjarak tiga tombak di depan Raden Prana Kusuma dan Sekar Pandan. Salah satu lelaki memelintir kumis tebalnya. Dua temannya memindai tubuh Sekar Pandan dari atas kepala hingga bawah."Rupanya kau di sini, gadis penyusup!" ben
last updateLast Updated : 2023-08-14
Read more

Bab 148. Mendapat Titik Terang

Setelah puas menyampaikan isi hatinya, gadis berjuluk Dewi Bunga Malam itu pergi. Nyimas Tunjung tak mampu menahan karena dia masih kaget dengan pemandangan di depannya. Tanpa sengaja, matanya menangkap sebuah benda pusaka terselip di pinggang Sekar Pandan. Keris Naga Kemala menarik perhatiannya selain keanehan diri si gadis."Dia gadis bisu? Oh, Kakang Prana Kusuma. Kenapa kau memilih gadis seperti dia?" gumamnya tidak percaya. "Dan keris pusaka itu. Aku ingat dengan tokoh persilatan yang memiliki senjata keris bergagang kemala. Aih, kenapa aku lupa pendekar itu?"Nyimas Tunjung terus mengingat pemilik keris seperti yang dibawa Sekar Pandan. Tempatnya ini selalu dikunjungi orang-orang penting. Baik dari dunia persilatan maupun kerajaan. Tak heran jika telinganya selalu mendapat kabar apa saja dari mereka. Bahkan kabar yang disimpan Telik sandi kerajaan pun bisa dia korek. Dalam pelukan wanita itu, mereka akan mengatakan semuanya. Sekar Pandan berjalan te
last updateLast Updated : 2023-08-16
Read more

Bab 149. Pelajaran Bagi Iblis Penyedot Nyawa.

Diam-diam gadis berambut hitam dan panjang bergelombang itu melirik semua tamu. Jantungnya berdegup kencang. Mereka semua terlihat menyimak ucapan orang itu."Aku tidak peduli dia mendapat dukungan Pendekar Pedang Sulur Naga atau tidak," sahut Ki Pring Ireng tenang sambil tetap menikmati minumannya. Lelaki itu memang seperti telah mabuk, tetapi pikiran dan tubuhnya masih segar bugar."Aku juga tidak peduli dengan pendekar plin plan itu. Dulu dia pura-pura menjadi pendekar budiman yang selalu menolong yang lemah. Toh akhirnya sekarang dia menunjukkan jati diri yang sebenarnya. Dia memang pengecut!" Orang itu makin ketus memaparkan masa lalu Pendekar Pedang Sulur Naga di hadapan para pengunjung Pesanggrahan Nyimas. Darah Sekar Pandan mendidih. Gadis itu memang kurang begitu tahu tentang sepak terjang ayahnya di Jawa Dwipa ini. Namun, jika ada yang menjelekkan nama ayahnya, dia akan memberi pelajaran pada orang itu.Sekar Pandan mengepalkan tangan d
last updateLast Updated : 2023-08-19
Read more

Bab 150. Tewasnya Iblis Penyedot Nyawa

Sekar Pandan terus mendekati Iblis Penyedot Nyawa. Lelaki yang telah kehilangan gigi-giginya itu mendengkus marah. Dia memang tokoh dari golongan dunia persilatan yang membingungkan. Dilihat dari tingkah polahnya pada wanita, sudah dipastikan dia dari golongan hitam. Namun, semua temannya dari golongan putih. Bahkan bicaranya seolah membela tokoh-tokoh persilatan yang menjunjung tinggi nilai-nilai budi luhur dan kehormatan seorang pendekar.Tangan kanannya yang terhalang meja kayu berputar pelan. Saat tangan itu berputar, sebuah asap hitam tipis keluar dari sela jarinya. Bola mata hitamnya terus mengawasi gerak gerik gadis remaja yang makin mendekat dengan senyum mengejek. Itu bukan senyum kawan yang ingin bergabung untuk menghukum Pendekar Pedang Sulur Naga. "Siapa kau, Gadis kecil?" desisnya dengan mulut berdarah.Sekar Pandan tetap tersenyum manis padanya. Langkahnya ringan. Semua mata memperhatikan gadis itu. Nyimas Tunjung yang penasaran dengan Sekar
last updateLast Updated : 2023-08-21
Read more
PREV
1
...
1314151617
...
24
DMCA.com Protection Status