Beranda / Pendekar / Pewaris Pedang Sulur Naga / Bab 153. Kembali ke Penginapan

Share

Bab 153. Kembali ke Penginapan

Penulis: Eka wa
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-28 21:56:48

Sekar Pandan menatap iba pada Mayang. Selama ini pasti dia hidup terlunta-lunta di luar rumah. Dia bisa merasakan kepedihan hidup yang dialami gadis itu. Bedanya, dia hanya kehilangan satu orang yang telah dia anggap saudara. Sedangkan gadis berwajah cantik dan manis itu mungkin lebih dari dirinya.

"Kita tidak boleh terlalu lama di tempat ini. Mereka bisa menemukan kita. Ayo, kita pergi," ajak Raden Prana Kusuma bangkit berdiri. Dia menengok ke segala arah, seperti khawatir ada musuh yang tiba-tiba datang.

"Nini Mayang, ikutlah bersama kami."

Mayang ragu. Sekar Pandan segera menggamit lengan gadis itu dan mengajak pergi. Mereka menyusuri semak belukar yang rapat. Raden Prana Kusuma berjalan paling depan dengan membawa kayu kering sebesar lengan anak kecil. Pemuda itu bertugas menyibak semak untuk membuat jalan.

Sekar Pandan yang berjalan paling akhir pun membawa kayu kering untuk melakukan hal yang sama dengan Raden Prana Kusuma. Sesekali tangan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pewaris Pedang Sulur Naga    Bab 154. Pertemuan Empat Perempuan Cantik.

    "Kau ... " Kata-kata itu tidak dilanjutkan Mayang. Gadis itu tidak percaya sekaligus iba pada nasib Sekar Pandan. Wajah cantik itu menatap tidak percaya pada Sekar Pandan. "Bagaimana bisa kau mengalami ini, Sekar Pandan?"Sekar Pandan menjawab pertanyaan gadis itu dengan tersenyum. Baginya, bisa berbicara atau tidak sekarang tidak penting. Yang paling penting dalam hidupnya saat ini hanya mengembalikan nama baik ayahnya karena ulah Paksi Jingga. Entah kenapa dia merasa malas menemui Elang Gunung. Corah yang telah membubuhi minumannya dengan racun warangan dan mencuri pedang pusakanya.Sekarang sudah jelas. Semua kejadian yang menimpanya disebabkan oleh Paksi Jingga. Bisa jadi dia meminta corah licin, seperti komplotan Elang Gunung untuk mengambil Pedang Sulur Naga dan meracuninya. Orang itu memang culas. Isi kepalanya hanya balas dendam. Dia tidak perduli dengan keselamatan orang lain. Padahal dia tahu, Sekar Pandan banyak berjasa pada perkumpulan Sapu Tangan Merah

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-30
  • Pewaris Pedang Sulur Naga    Bab 155. Kecurigaan Putri Dewi Gayatri

    Putri Dewi Gayatri menatap Mayang dan Sekar Pandan yang baru saja datang. Wajah gadis berwajah manis itu tampak lebih segar dan bersih. Kain pun telah diganti oleh pemilik rumah dengan kain bersih. Dia baru saja mandi di pakiwan yang ada di belakang rumah. Selasih hanya melirik sekilas pada Mayang. Mereka melanjutkan makan dengan tanpa bicara. Malam harinya, Raden Prana Kusuma mengajak semua temannya untuk duduk bersama. Pemilik rumah menyediakan sebuah balai kosong yang ada di samping rumah utama. Sambil duduk bersila beralaskan tikar pandan, mereka mulai mengobrol. Sebenarnya Raden Prana Kusuma hanya ingin mengajak Sekar Pandan membicarakan masalah perguruan Tangan Seribu, tetapi di tempat itu ada Mayang. Gadis itu satu-satunya orang dari perguruan tersebut yang hadir di tempat ini. Rasanya sayang kalau tidak diikut sertakan.Begitu juga dengan Selasih. Dia juga berhubungan dengan komplotan Elang Gunung. Sedangkan untuk Ludro Gempol dan Putri Dewi Gayatri, dia r

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-02
  • Pewaris Pedang Sulur Naga    Bab 156. Hilangnya Kekhawatiran Putri Dewi Gayatri

    Putri Dewi Gayatri terdidik dengan pembiasaan dan adat seputar istana sejak kecil. Walaupun hatinya masih ingin membahas Sekar Pandan, dia tetap melangkah pergi diikuti Ludro Gempol dengan penuh kepatuhan. Raden Prana Kusuma menghela napas panjang. Pemuda itu duduk bersila dan memejamkan mata. Dalam sepenginangan sirih, pemuda berdada bidang itu telah memusatkan pikiran dan perasaan untuk masuk ke alam hening, semadi.Putri Dewi Gayatri masuk ke dalam kamar Sekar Pandan. Di sana tidak ada gadis yang dicari. Dia hanya menemukan Selasih yang tengah berbincang dengan Mayang. Keduanya segera menghentikan obrolan mereka."Di mana Sekar Pandan?" tanyanya dengan wajah tegang. Gadis itu ingin berbicara langsung dengan Sekar Pandan. Dia ingin tahu sendiri bagaimana perasaan gadis itu pada Raden Prana Kusuma, teman masa kecil sekaligus pemuda yang digadang-gadang akan dijodohkan dengan dirinya."Dia belum masuk kamar, Nini Gayatri," jawab Selasih."Kalian t

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-04
  • Pewaris Pedang Sulur Naga    Bab 157. Kasih Sayang Sang Senopati

    Sekar Pandan menyelimuti tubuh Mayang yang telah minum ramuan obat buatannya. Gadis itu kini tidur nyenyak. Sakit di dadanya telah reda. Sekar Pandan menatap lekat wajah cantik Mayang yang lelap. Wajah itu seperti tertekan. Kehidupan yang tiba-tiba berubah drastis membuat jiwanya goyah dan penyakitnya kambuh.Penyakit bawaan sejak kecil itu yang membuat keluarganya sangat mengkhawatirkan dirinya. Mereka tidak pernah mengizinkan siapapun, untuk membicarakan semua hal tentang perguruan dan pembinasaan orang-orang dari perkumpulan Sapu Tangan Merah. Itu Dewa Jari Maut lakukan karena hati Mayang polos dan lembut. Dia tidak ingin kepolosan anak gadisnya berubah karena berita-berita kejahatannya. Perubahan itu jelas akan memengaruhi keadaan Mayang yang mengidap penyakit.Banyak tabib atau dukun yang dipanggil untuk mengobati, tetapi tidak ada yang bisa menyembuhkan. Mereka hanya bisa mengusahakan penyakit itu agar tidak sering kambuh. Seumur hidup, Mayang akan bersama pe

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-07
  • Pewaris Pedang Sulur Naga    Bab 158. Bertemu Tuan Zhang.

    "Dia memang gadis kabur kanginan, tapi dia gadis baik. Hatinya bersih tanpa dikotori kedudukan, derajat, dan pangkat," bela Raden Prana Kusuma. Dia tidak suka jika ada yang menjelekkan Sekar Pandan, walaupun gadis itu memang memiliki kekurangan.Mendengar itu, gadis berselendang kuning itu menahan tawa. "Bersih tanpa dikotori kedudukan, derajat, dan pangkat. Aku ingin bertanya padamu. Apakah dia tahu siapa diri Kangmas?""Tahu.""Itu artinya dia tahu. Jika dia menikah denganmu akan mendapat kehormatan. Makanya dia selalu menggodamu dengan bau harum tubuhnya itu.""Aku tidak menyangka. Pikiranmu tentang dia seburuk itu, Nimas. Kurasa tidak ada yang perlu kita bicarakan." Raden Prana Kusuma berlalu dari hadapan Putri Dewi Gayatri. Hatinya kecewa dengan gadis itu."Kangmas!" Putri Dewi Gayatri memanggil. Dadanya naik turun menahan gejolak kemarahan. Langkah Raden Prana Kusuma tidak berhenti. Putri Dewi Gayatri merasa bersalah karena telah me

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-10
  • Pewaris Pedang Sulur Naga    Bab 159. Serangan Balungwesi

    Sekar Pandan bangun dari tempat tidur. Wajahnya meringis menahan nyeri di punggung. Luka itu akhir-akhir ini sering mengeluarkan darah kembali setiap dia banyak gerak. Gadis itu mendekati pintu kamar karena samar-samar mendengar orang berbicara di luar. Telinganya ditempelkan di daun pintu.Di balik pintu kamar, dua pelayan rumah yang ditempati Sekar Pandan dan lelaki bernama Zhang menginap, tengah ngobrol. Dua lelaki muda berbadan kurus dan berkulit gelap karena terbakar cahaya matahari itu tengah menatap pintu kamar Sekar Pandan."Besuk kita akan dimarahi Ki Sarpo kalau ketahuan kita menerima tamu berbadan kotor dan bau seperti gadis itu." Pelayan bertubuh paling tinggi berkata dengan khawatir. Temannya yang bergigi besar-besar segera menimpali."Jangan khawatir. Besuk pagi-pagi gadis itu pasti sudah pergi. Jadi kita bisa secepatnya membersihkan tempat tidurnya.""Gadis itu sangat aneh. Wajahnya cantik tapi otaknya miring. Masa melumuri tubuh de

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-11
  • Pewaris Pedang Sulur Naga    Bab 160. Pertolongan yang Tepat

    Dari arah selatan, cahaya-cahaya keperakan melesat menuju Sekar Pandan yang tengah melancarkan serangan pada Balungwesi. Dengan gerakan cepat luar biasa, Tuan muda Zhang meloloskan sesuatu dari balik bajunya. Benda itu terkembang dan mengibaskan benda keperakan yang menyerang Sekar Pandan. Benda-benda itu seketika runtuh ke tanah.Bersama jatuhnya senjata rahasia yang dikirim musuh, dari arah selatan, jungkir balik dua bayangan merah menyerang Tuan muda Zhang. Lelaki muda berusia tiga puluh tahun itu bergerak cepat memapak pukulan dua penyerangnya dengan kipas terkembang. Bertemunya dua kekuatan yang berbeda mengakibatkan dua orang berkain merah terjajar ke belakang. Dada mereka yang memakai kain menyilang berwarna merah turun naik. Mereka menekan dada yang terasa sesak akibat benturan tenaga dalam."Gadis itu memiliki teman yang sakti, Kakang," bisik orang pertama. Orang kedua meludah ke tanah. Saat cahaya bulan mengintip dari celah dedaunan dan mengenainya, tern

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-13
  • Pewaris Pedang Sulur Naga    Bab 161. Menghindar dari Kekasih

    "Kalian pendekar yang tidak punya malu. Mengeroyok gadis remaja yang tidak punya salah dan dosa pada kalian." Raden Prana Kusuma berhenti tepat di bawah cahaya bulan. Sinar lembut sang Candra memancarkan kewibawaan cucu Guru Agung Anuradha itu. Sepasang matanya yang teduh berubah tajam menusuk. Pemuda itu muak dengan tingkah laku para pendekar yang termakan kabar tidak benar.Balungwesi mencoba mengenali pemuda di depannya. Pemuda itu memiliki wajah sangat tampan. Tubuhnya tegap dan kekar. Balungwesi tidak menemukan senjata apapun di pinggang Raden Prana Kusuma. Hanya dengan menggunakan ranting dia berani menyombongkan diri. Pemuda itu memang telah menyingkirkan satu lawan, bukan berarti dia tangguh. Dia tetapi itu tanpa melalui adu kesaktian.Balungwesi yang tidak mengakui tingginya gunung segera berkata lantang. "Pemuda kemarin sore ingin menantang. Apa yang akan kau gunakan untuk melawan kami? Ranting yang masih berdaun itu? Kau terlalu meremehkan kami, Anak mud

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-16

Bab terbaru

  • Pewaris Pedang Sulur Naga    Bab 239. Ketetapan Hati

    Istri kepala dusun dan Nyai Kriwil merawat Sekar Pandan dengan baik sehingga kesehatan gadis itu pulih dengan cepat. Pagi-pagi sekali, keduanya berpamitan kepada orang-orang baik itu untuk melanjutkan perjalanan ke kota raja Majapahit. Sebelum meninggalkan rumah kepala dusun, Raden Prana Kusuma memberikan seikat gobog kepada Ki Kriwil.Lelaki tua itu hanya menatap gobog di tangan pemuda gagah itu dengan tatapan heran. " Untuk apa uang itu, Raden?""Pondok Ki Kriwil telah rusak karena kami. Ini ada sedikit ....""Tidak perlu. Pondok yang rusak bisa diperbaiki secara gotong royong. Di dusun ini banyak ditumbuhi bambu, dengan kerjasama beberapa warga pondok itu akan cepat selesai. Raden lebih membutuhkan gobog itu daripada kami karena harus menempuh perjalanan jauh." Dengan tersenyum penuh pengertian Ki Kriwil mendorong tangan Raden Prana Kusuma yang menyodorkan gobog."Kami terbiasa mengembara, Ki. Seorang pengembara tidak akan kelaparan di tengah

  • Pewaris Pedang Sulur Naga    Bab 238. Pendekar Tampan Berambut Putih.

    Jantung Raden Prana Kusuma berdesir. Tatapannya nanar pada lelaki yang memiliki tinggi yang sama dengannya itu.Dengan wajah kebingungan pemuda itu bertanya, "Kau tahu namaku?""Bagaimana aku tidak tahu diriku sendiri." Jawaban lelaki berambut putih panjang itu makin membuat Raden Prana Kusuma diliputi pertanyaan. Selama ini mereka tidak pernah bertemu. Orang itu tadi mengatakan apa? Dia adalah dirinya? Alis pemuda Majapahit itu berkerut. Pikirannya masih sulit mencerna.Dalam kebingungannya, dia hanya diam saat lelaki tampan berambut putih itu menggeser tempatnya. Tanpa menunggu persetujuan Raden Prana Kusuma, lelaki itu menyingkirkan kain penutup tubuh Sekar Pandan pelan. Tubuh itu seperti tidak terluka apapun karena istri kepala dusun telah membelitkan selembar ken atau jarit ke tubuh Sekar Pandan."Hm, bagaimana mungkin kau akan meninggalkan dunia ini, jika anak kita belum lahir." Raden Prana Kusuma kurang jelas dengan gumaman lelaki

  • Pewaris Pedang Sulur Naga    Bab 237. Lelaki Tampan Berambut Putih

    Kepala dusun segera menyahut dan mempersilakan mereka beristirahat di rumahnya. Pagi itu, Raden Prana Kusuma membawa Sekar Pandan ke rumah kepala dusun untuk mengobati lukanya. Pedang Sulur Naga yang menjadi penyebab semua itu diambil Ki Kriwil dengan rasa takut.Di rumah kepala dusun, Sekar Pandan dirawat Raden Prana Kusuma siang dan malam tanpa henti. Hasilnya belum ada tanda kalau gadis itu akan sadar. Dengan wajah penuh kegelisahan, Raden Prana Kusuma duduk di tepi balai-balai yang beralaskan selembar tikar pandan. Matanya tidak ingin beralih dari wajah pucat di depannya.Keadaannya sendiri cukup berbahaya karena setiap saat harus menyalurkan hawa murni ke tubuh Sekar Pandan. Jika diteruskan, tidak mustahil pemuda itu akan cidera bahkan bisa tewas. Akan tetapi, tidak ada yang sanggup mencegah seandainya ada yang tahu hal itu. Kepala dusun memang pernah sedikit belajar tentang ilmu kanuragan. Mengenai hal detail itu dia belum banyak mengerti. Yang dia ketahui ha

  • Pewaris Pedang Sulur Naga    Bab 236. Terluka

    "Prana ... Prana Kusuma, kau ... Pemuda hebat! Aku mengaku ... ka-kalah!" Dari mulut Hang Dineshcarayaksa menyembur cairan merah yang sama. Dia menoleh sekilas. Sosok di atasnya tampak buram dan berubah bayang-bayang. Raden Prana Kusuma menahan tangannya di udara."Tapi aku puas. Setelah aku ... tiada, dia juga pasti tiada, kau tidak akan bisa bersama ... gadis itu," ujarnya terbata. Senyum licik tersungging di bibir. Kemarahan pemuda Majapahit itu sudah sampai ubun-ubun. Ditatapnya lawan lemah tidak berdaya di bawah kakinya. Lawan itu ingin segera dihabisi karena telah mencelakai Sekar Pandan."Kau memang telah kalah. Kalah oleh keserakahanmu sendiri, Kisanak. Bersiaplah menjemput maut. Maut yang kau kejar sampai ke tempat ini. Sekar Pandan akan selamat karena aku tidak akan membiarkan sesuatu terjadi padanya," lirihnya menahan geram.Wajah tampan Raden Prana Kusuma mengeras dengan gigi geraham menggertak kuat. Sepasang mata yang biasanya teduh menenangka

  • Pewaris Pedang Sulur Naga    Bab 235. Tumbangnya Sang Penguasa Jurang.

    Terbukti, pundaknya telah mengeluarkan darah. Berkali-kali dia menggeram dan meraung layaknya hewan buas.Dua anak muda itu saling pandang, seolah telah menyepakati sebuah rencana bagus untuk mengalahkan lawan. Ikatan batin yang telah terjalin selama hampir dua tahun membuat mereka mampu mengartikan jalan pikiran masing-masing. Tubuh Sekar Pandan melesat dari satu pohon ke pohon lainnya membentuk lingkaran sambil terus menghujani Hang Dineshcarayaksa dengan pukulan Ajian Ombak Memecah Karang.Sinar kekuningan yang melesat dari tangan Sekar Pandan bagai hujan bintang dari langit. Setiap sinar tidak mengenai sasaran, maka akan menghantam apa saja yang ada di depannya. Suara keras disusul robohnya pohon mengubah malam yang awalnya tenang menjadi neraka.Sementara itu, Keris Naga Kemala juga masih terus menyerang tanpa henti. Kali ini keris itu berhasil melukai pinggang Hang Dineshcarayaksa."Aaaaarrgg!"Raungan sang penguasa dasar jurang Hun

  • Pewaris Pedang Sulur Naga    Bab 234. Berebut Pedang.

    Sekar Pandan membawa pedang di tangannya demikian lincah. Menyelinap di bagian tubuh Hang Dineshcarayaksa yang terbuka tanpa perlindungan. Senyum yang semula lebar pada Hang Dineshcarayaksa kini berubah cemas.Pasalnya, pedang itu seperti bernyawa di tangan pemiliknya. Berkali-kali, mata pedang hampir melukai kulit gelap sang penguasa dasar jurang Hung Leliwungan."Sontoloyo! Gadis ini sekarang lebih hebat dari sebelumnya," gumam laki-laki tinggi besar itu.Hang Dineshcarayaksa melompat ke belakang dan terus melayang menggunakan ilmu meringankan tubuh, sementara Pedang Sulur Naga yang ujungnya mengarah ke dadanya terus mengejar tanpa ampun.Dia memutar tubuhnya kemudian mengayunkan ujung tulang di tangannya ke punggung Sekar Pandan. Gadis itu terkesiap. Cekatan tubuhnya membungkuk lalu melemparkan ujung selendang dari jarak dekat ke lawan.Tangan kiri Hang Dineshcarayaksa menangkap ujung selendang dengan cepat, memutar, dan menarik kuat k

  • Pewaris Pedang Sulur Naga    Bab 233. Dua Kekuatan Berlawanan

    Raden Prana Kusuma memerhatikan tulang itu. Dia tahu, itu bukan tulang biasa. Tokoh sakti seperti Hang Dineshcarayaksa tidak mungkin membawa tulang biasa. Tulang panjang di tangan Hang Dineshcarayaksa adalah tulang yang menjadi senjata pusaka kelompok mereka. Kekuatan dan kekerasan tulang itu tidak jauh beda dengan tembaga yang menjadi bahan senjata pada umumnya. Walaupun tidak seperti senjata sakti. Tulang manusia yang mereka gunakan sebagai senjata adalah tulang manusia pilihan. Manusia yang memiliki tulang kuat layaknya tulang para pendekar, yang mereka korbankan. Mereka melakukan upacara khusus agar tulang-tulang itu dapat digunakan sebagai senjata pusaka. Tidak hanya dengan upacara, tulang-tulang itupun masih menyimpan kekuatan ruh pemiliknya. Ruh yang telah berubah jahat karena dipengaruhi iblis."Tulang di tanganmu itu kurasa adalah senjata yang sangat hebat. Untuk apa kau menginginkan keris ini dan juga pedang milik Sekar Pandan?" Kedu

  • Pewaris Pedang Sulur Naga    Bab 232. Berhadapan dengan Hang Dineshcarayaksa.

    Sekar Pandan melompat ke arah tubuh Ki Kriwil yang masih pingsan di tengah halaman. Tubuh renta itu tergeletak tak sadarkan diri di dekat tubuh Bimala dan Elakshi. Serangkum angin serangan dari belakang tiba-tiba menerjang tubuh ramping Sekar Pandan. Rupanya Hang Dineshcarayaksa tidak ingin gadis itu menyelematkan orang yang dia lempar ke halaman. Dia juga ingin Sekar Pandan tewas karena telah melumpuhkan Bimala dan Elakshi.Merasakan serangan, gadis itu membuang tubuhnya ke samping. Dia bergulingan sejenak sebelum melompat tinggi sambil mengirimkan pukulan tangan kosong ke Hang Dineshcarayaksa. Ajian Ombak Memecah Karang melabrak tubuh besar penguasa dasar jurang Hung Leliwungan.Hang Dineshcarayaksa yang mendapat pukulan balasan dengan kekuatan besar berteriak nyaring sambil melompat tinggi. Demikian pula dengan Raden Prana Kusuma. Pemuda itu juga menghindar dari serangan Sekar Pandan. Cahaya kuning kemerahan bablas dan menghantam sebatang pohon pisang.

  • Pewaris Pedang Sulur Naga    Bab 231. Melawan Hang Dineshcarayaksa.

    Mendengar suara keras dari atap pondok, anak dan istri Ki Kriwil terbangun. Dengan muka pucat karena ketakutan, mereka menuju asal suara keras tersebut. Wajah tiga wanita itu terkesiap saat melihat ke atas.Atap pondok mereka jebol dan rusak. Kayu-kayu jatuh berserakan di bawahnya.Anak bungsu Ki Kriwil bergegas menuju pintu yang sebagian daunnya telah rusak. Gadis berbadan kurus dengan rambut tergerai sebahu itu menjerit sekuatnya. Di halaman pondok, dia melihat ayahnya tengah tergeletak dan dihampiri sosok tinggi besar berambut kriting gimbal."Ada apa, Nduk?" Ibunya bertanya.Gadis itu langsung memeluk ibunya dengan ketakutan. Air matanya telah jatuh dari tadi. "Ayah," lirihnya.Anak sulung Ki Kriwil segera berlari ke luar menghampiri tubuh ayahnya yang pingsan."Ayah." Dia menghambur dan memeluk tubuh kurus Ki Kriwil.Sosok laki-laki tinggi besar itu mendengkus. Tubuhnya membungkuk. Jari-jarinya yang berukuran b

DMCA.com Protection Status