"A-Arin?" ulang Kiara. Dan, gadis cantik itu mengangguk, masih dengan lagak anggunnya."Ini saya gak di persilakan duduk ya? Soalnya capek baru aja dari bandara."Kiara dan Nadia saling pandang."Eh,iya mbak. Sini. Ngopi-ngopi dulu bareng kita. Kayaknya mbak ngantuk deh, makanya ngomongnya ngelantur gitu," ujar Nadia, setengah kesal iya, pengen nabok juga iya. Gak punya malu banget cewek ini. Kiara langsung menyenggol bahu Nadia. Menyuruhnya diam."Maksudnya?" Arin mengernyitkan dahi."Gak kok. Duduk aja dulu. Aku coba hubungi Devan Soalnya dia tadi bilang gak bisa diganggu."Arin mengangguk. Lalu duduk disalah satu kursi. Pandangannya melihat penjuru ruangan kantor. Tangannya menepuk-nepuk pahanya pelan. Nadia sedari tadi mengamati gadis aneh ini. Heran aja, bisa-bisanya ngaku jadi pacar Devan di depan istrinya sendiri."Gak bisa ya? Oh, ya udah .... Padahal ada kejutan buat kamu ... hmm, ya nanti aja deh kalau gitu."Kiara k
Read more