Share

Marah yang Tertahan

Kiara sedari tadi memandang malas pada Devan. Huh, memang dasar gak peka. Masih juga gak sadar dengan kelakuannya tadi di kantor.

Masih dengan kemeja kantornya, dengan jas tersampir di sofa dan dasi yang masih terikat rapi, Devan mengobrol dengan ke dua orang tuanya.

Sesekali pria yang berstatus sebagai suami sahnya itu senyam senyum melirik dirinya kala sang ibu menanyakan kehamilan Kiara.

"Bagaimana, Nduk, apa sudah ngisi?"

"Ma-maksud ibu?"

"Oalah nduk, jangan pura-pura gak faham to. Maksudnya udah hamil belum?"

Bukannya lekas menjawab Kiara malah menunduk, wajahnya memerah.

"Jangan nanyain itu lah, Bu, malu."

"Lo kenapa malu. Kalian kan sudah menikah. Sudah seharusnya punya anak. Apalagi ibu lihat Rara juga sudah besar. Pasti dia juga suka kalau punya adik lagi."

Kiara tak menjawab. Benar kata ibunya. Tapi kalau memang belum di anugerahi dia harus bagaimana.

"Jadi belum ya?"

Kiara menggeleng.

"Mu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status