Tetapi sia-sia, sesaat kemudian wajah Jejaka hadir kembali mengusir wajah lelaki tadi. Tak sampai sepenanakan nasi, saat malam sudah mulai gelap, Jejaka muncul. "Aku agak sulit menemukan rumput yang dua jenis, tetapi untunglah masih bisa kutemukan. Ini kamu kunyah, airnya kautelan, ampasnya kamu balur di luka. Sekarang aku akan mengisap luka di pahamu"Tanpa disengaja dua pasang mata saling menatap. Hutan sudah mulai gelap namun keduanya merasa rikuh, jantung berdegup kencang. Ada perasaan tersembunyi yang dirasakan keduanya. Jejaka mengalihkan bicara, "Aku akan mengobati luka di pahamu"Berkata demikian, ia merobek celana di batas paha, mengisap lukanya. Seperti cara mengobati luka di dada, setelah menyedot darah beracun, ia melabur dengan obat dedaunan. "Jejaka, kau mahir dalam ilmu pengobatan, tentu gurumu bukan sembarang orang. Dia pasti pendekar bernama besar."Jejaka merasa gugup. Ia masih terpesona setelah memegang paha mulus yang kenyal berotot. Ia berupaya mengendalikan birah
Read more