All Chapters of Kain Basahan Basah Di Kamar Mandi: Chapter 41 - Chapter 50

223 Chapters

Part 26C

Pagi telah menyapa belahan bumi. Kali ini aku bangkit dari atas ranjang. Kuayunkan kaki menuju jendela lalu menyibak tirai. Kuregangkan tanganku ke atas sambil menguap. Angin segar masuk ke dalam kamarku."Nesya ...!"Aku terkejut mendengar suara itu. Seingatku tidak ada orang selain aku di rumah ini. Perlahan aku mencermati siapa pemilik suara itu."Nesya ...!" Suara itu terdengar kembali memanggil namaku. Suara itu tidak asing bagiku. 'Apa ibu mertua ada di sini?' tanyaku dalam hati."Mari sarapan, Nesy! Ibu sudah selesai masak.""Iya, Bu. Aku segera keluar dari kamar.Aku merasa bahagia seperti ini. Diriku dibuat bak permaisuri sama mertuaku. Setiap kali Bu Aisyah datang ke rumahku, aku tidak pernah masak pagi.Kubuka gagang pintu kamarku lalu melangkah keluar. Kuayunkan kakiku menuju dapur."Kamu kok langsung santap saja!" ucap Bu Aisyah kepada Rusly.Rusly berhenti mengunyah ikan mas arsik buatan ibu mertua. Aku merasa geli dan tertawa puas. Mantan suamiku diperlakukan ibu kandu
Read more

Part 27

Kain Basahan Basah di Kamar MandiPart 27: Istri Kedua dan Ketiga datang"Yang jahat itu siapa?!"Aku berdiri dan langsung emosi melihat Rusly merah padam. Dia yang memulai memercikkan api. Kok dia pula yang naik pitam."Kamu kira aku tidak tahu. Aku yakin semua ini pasti akal-akalanmu, 'kan?! Kamu sengaja menyuruh ibuku datang agar dia melihat semuanya."Aku melirik ke arah Bu Aisyah. Aku mau melihat bagaimana responnya melihat kobaran api yang sedang menyala membakar kedua insan."Ee-eh ... Kamu jangan asal ceplas-ceplos. Aku sengaja datang kemari tanpa ada suruhan Nesya. Kamu tidak boleh berpikiran kotor!"Bu Aisyah mencoba mengusap dada Rusly. Dia menenangkan hati dan perasaan anaknya. Namun, Rusly mendorong ibunya jatuh tersungkur ke atas lantai."Ibu ...!" teriakku kencang.Aku berlari menolong ibu mertua, tapi usahaku sia-sia."Jangan sempat aku mengutuk kamu, Rusly!"Bu Aisyah menahan emosinya yang sudah mulai membara. Dia memegang dadanya sambil membaca istighfar berkali-kali.
Read more

Part 26A

Kain Basahan Basah di Kamar MandiPart 28: Ketangkap Basah"Nggak apa-apa, Bu."Tidak terasa waktu begitu cepat berlalu. Akhirnya aku dan Ibu Aisyah sampai juga di depan rumahku. Aku heran kenapa pagar rumah tidak terkunci. Kuedarkan pandanganku ke teras rumah. Ada mobil parkir di garasi.'Mobil siapa itu?' tanyaku dalam hati.Aku melepas seat belt lalu buru-buru turun dari dalam mobil. Mobilku parkir sembarang tempat di halaman rumah. Baru beberapa langkah menuju pagar rumah, aku lupa kalau mertuaku belum sehat betul. Kupercepat langkah kakiku menutup pagar."Ibu ... Hati-hati!" ucapku sambil mengekor di belakang."Nesya, itu mobil siapa di garasi? Sepertinya bukan mobilmu," tanya Bu Aisyah.Bu Aisyah mengernyitkan kening seolah ingin tahu siapa pemilik mobil itu."Aku juga kurang tahu, Bu. Nggak usah dipikirkan. Kita masuk dulu ke dalam."Aku dan Bu Aisyah melangkah masuk ke dalam rumah. Pintu utama juga tidak dikunci. Aku semakin penasaran siapa yang berani masuk ke rumahku tanpa ad
Read more

Part 27A

Kain Basahan Basah di Kamar MandiPart 29: Terbongkar"Ibu kandung goblok!" sindir Lala.Lala semakin kurang ajar kepada ibunya, Rusly. Dia merasa kesal karena sedikitpun tidak ada sama sekali dianggap Bu Aisyah kedatangannya."Aku menyesal telah merawat kamu sampai besar. Ternyata ini pembalasanmu kepada diriku.""Maksudnya apa, Bu?!" tanya Rusly heran.Bu Aisyah menangis tersedu. Aku memeluk tubuh ibu mertuaku. Aku juga heran kenapa Bu Aisyah bisa berkata seperti itu."Kamu itu bukan anak kandungku.""Nggak mungkin! Itu nggak mungkin! Pasti ibu bercanda 'kan?!" tanya Rusly panik."Kalau kamu memang anak kandungku, tidak mungkin kamu hampir memperkosaku."Bu Aisyah semakin tersedu. Isaknya pecah seolah sakit hatinya tidak terobati lagi."Ba-bagaimana ini bisa terjadi?! Aku tidak yakin! Ibu jangan mengada-ada!"****Flash Back on"Astagfirullah! Pah ... Papa!" teriak Bu Aisyah kencang.Bu Aisyah hendak membuang sampah di depan pagar rumah. Tiba-tiba, ada suara bayi menangis.Kebetulan
Read more

Part 27B

"Ada bayi yang dibuang ibunya.","Se-serius?!" tanya pria itu. Sebut saja namanya Wandi."Coba cek kotak itu!" perintah Bu Aisyah.Pak Wandi tidak ada sama sekali takut. Dia jongkok lalu mencoba melihat kardus yang ditunjuk Bu Aisyah."Astagfirullah! Be-benar ini bayi. Astagfirullah siapa yang membuang bayi ini?" tanya Pak Wandi terbata.Suasana hening seketika. Bu Aisyah dan Pak Hermanto saling adu pandang. Sementara Pak Bakhrie masih saja tergeletak di atas aspal."Cepat angkat bayi ini, Bu!" seru Pak Wandi.Bu Aisyah menggendong bayi itu. Dari raut wajahnya bayi itu sangat mungil dan imut.'Apakah ini petunjuk bagiku ya Allah,' ucap Bu Aisyah dalam hati.Bu Aisyah dan Pak Hermanto sudah dua belas tahun menikah. Namun, belum ada dikarunia anak. Mungkin, ini jawaban Bu Aisyah selama ini untuk mengasuh atau menggendong anak.'Jika ini adalah jawaban dari doaku di sepertiga malam. Aku akan terima dan merawat baik-baik bayi ini. Aku bakalan berjanji menganggap bayi ini anak kandungku.'
Read more

Part 28A

Kain Basahan Basah di Kamar MandiPart 30: Secarik Kertas"Kalau begitu ibu dan bapak saja yang merawat. Kita tunggu sampai tiga hari ini apakah ada yang merasa kehilangan. Kalau tidak ada, baru kita urus semuanya."Pak Bakhrie dan Pak Wandi meneguk es teh yang disajikan Bu Aisyah. Sudah cukup lama bercengkerama. Akhirnya satu sama lain pamit permisi.****Sudah seminggu bahkan satu bulan tidak ada yang merasa kehilangan bayi. Bu Aisyah juga sudah merasa nyaman merawat bayi itu."Bu! Kapan kita mengurus bayi ini?" tanya Pak Hermanto. Dia membuka pembicaraan serius di saat Bu Aisyah sibuk memberi makan."Kalau aku ikut bapak saja. Secepatnya juga boleh."Pak Hermanto menyeruput kopi yang masih saja asapnya mengepul.Alhamdulillah, bayi ini tidak pernah rewel dan buat susah semenjak Bu Aisyah merawatnya."Bagaimana kalau besok saja?""Boleh, Pak."Tiba-tiba, suasana hening. Hanya suara jangkrik lah yang terdengar menghibur keheningan malam.Pak Hermanto melanjutkan membaca berita online
Read more

Part 28B

"Boleh saja iya, boleh saja tidak. Itu kembali kepada bapak.""Kita ikuti saja lah, Bu."Akhirnya bubur makanan Rusly habis juga. Bu Aisyah mengukir senyum simpul. Dia berhasil merawat bayi yang bukan darah dagingnya sendiri.Bu Aisyah memang sudah lama.menhinhkan anak. Namun, Allah belum mengabulkan apa yang dia inginkan. Segala macam cara, usaha dan kerja keras sudah dilakukan. Mulai dari berobat ke dokter spesialis kandungan, berobat kampung bahkan berobat ke luar negeri sudah dilakukan. Mungkin saja Allah menguji Bu Aisyah dan Pak Hermanto.Flash Back off****"Ja-jadi Rusly bukan anak kandung ibu?" tanyaku kaget dan terkejut."Iya, Nesya."Bu Aisyah terus menangis dan sesenggukan. Air matanya jatuh tiada henti. Pantas saja Rusly bisa nafsunya membara melihat Bu Aisyah. Ternyata ini jawaban dari semua itu."Nggak mungkin! Itu pasti karangan bebas ibu saja."Rusly tidak tahu apakah sedih atau senang? Jelas, hati kecilnya merasa tersayat mendengar penjelasan Bu Aisyah baru saja."Ka
Read more

Part 28C

"Iya."Bu Aisyah masih belum percaya kalau Rusly seperti itu jahatnya kepada dia. Air susu dibalas dengan air tuba. Padahal, dia tidak ada sama sekali mengharapkan secuil imbalan."Pergi dari sini sekarang juga!" usirku kepada Rusly, Lala dan Ririn.Kehadiran mereka sangat melukai hatiku juga Bu Aisyah. Walaupun semuanya sudah terbongkar. Aku tetap sayang dan tulus merawat Bu Aisyah. Walaupun dia bukan ibu mertuaku kandung.Mereka semua memunguti pakaian yang sudah terletak di atas lantai. Aku merasa jijik melihat kelakuan mereka.****Hari berlalu begitu saja. Aku dan Bu Aisyah mulai menata hidup tanpa kehadiran toxic dalam rumahku."Bu, nggak usah meratapi semua yang telah terjadi!" Aku mencoba menguatkan Bu Aisyah. Padahal, aku juga masih belum percaya atas semua pengakuan Bu Aisyah.Bu Aisyah hanya mengangguk dan tidak ada sama sekali berkata."Bu, ayo makan!" ajakku agar Bu Aisyah tidak jatuh sakit.Kalau Bu Aisyah jatuh sakit, pasti aku juga yang repot merawatnya.Bu Aisyah san
Read more

Part 29A

Kain Basahan Basah di Kamar MandiPart 31: Telepon dari Pak BambangAku menghela napas lalu membereskan alat makan yang sudah selesai."Biar aku saja, Nesya," ucap Bu Aisyah."Ibu istirahat saja."Bu Aisyah terus mengangkat piring kotor lalu meletakkannya ke atas westafel. Walau bagaimana pun, aku tidak tega Bu Aisyah yang membereskan piring kotor. Apalagi sampai mencucinya sebanyak ini.Tidak berapa lama, cucian piring kotor selesai kucuci. Kini saatnya istirahat.Baru saja selesai mencuci piring, ponselku berdering kembali.Kuambil ponsel lalu melihat layar yang sudah menyala. Kuperharikan dengan seksama nomor yang tertera di layar ponsel.'Nomor ini lagi, siapa sih dia sebenarnya?' tanyaku dalam hati."Lah, kenapa nggak dijawab, Nesy? Kali aja penting," ucap Bu Aisyah.Bu Aisyah melihat wajahku murung."Aa-anu, Bu."Aku menjawab asal saja."Sudah langsung jawab saja!"Aku berdiri lalu melangkah pelan berputar-putar sekitar dapur. "Halo," jawabku pelan setelah panggilan telepon t
Read more

Part 29B

'Ya Allah, kenapa cobaan datang bertubi-tubi? Belum kelar satu sudah datang yang lain.'Aku berpikir sejenak, dosa apa yang aku perbuat akhir-akhir ini? Aku mencoba pasrah walaupun itu tidak ikhlas hadir di dalam diriku."Nesya, kenapa kamu diam?" tanya Bu Aisyah mulai panik.Aku hanya menggeleng. Bibirku kelu seolah beku. Tidak tahu lagi harus berkata apa."Nggak usah kamu takut atau sungkan, Nesya!"Bu Aisyah terus memaksaku. Padahal, aku sudah mencoba untuk merahasiakan masalah ini dari Bu Aisyah.Tiba-tiba, sambungan telepon terputus.Aku mencari kontak sekretarisku. Aku mulai mencari tahu tentang kebenaran yang baru saja kudapat."Maaf nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi. Mohon periksa kembali nomor tujuan anda."Suara operator sangat jelas membuat tensiku naik. Aku ingin bercakap kotor semua isi kebun binatang. Namun, aku teringat kalau ibu mertuaku ada di sampingku.Perlahan, kutarik napas berat lalu membuangnya secara kasar. Kepalaku terasa pening membuatku tidak sanggu
Read more
PREV
1
...
34567
...
23
DMCA.com Protection Status