All Chapters of Sibunian Tongga - Kitab 2: Teratai Abadi: Chapter 171 - Chapter 180

341 Chapters

Terlalu Indah

Ketika Kadik Aruma dan Pandan Arum kembali melancarkan serangan mereka, Puti Bungo Satangkai telah bersiap-siap dengan ajian Kabut Kahyangan-nya.Begitu keduanya semakin mendekat, sang gadis tiba-tiba menghilang dari pandangan keduanya.Tapi tidak bagi Datuak Sani, dia masih dapat melihat pergerakan cepat si gadis bisu yang berpindah ke belakang Pandan Arum.Bugh!Pandan Arum melenguh pendek, langkahnya menjadi kacau hingga huyung, dan menubruk Kadik Aruma.Tentu saja, Kadik Aruma dengan cepat menangkap dan menolong putri tirinya terlebih dahulu dibandingkan dengan keharusan meneruskan serangannya yang bisa-bisa justru melukai putrinya itu sendiri.Datuak Sani menyeringai, merasa cukup kagum dengan kepintaran si gadis bisu untuk dapat keluar dari serangan Kadik Aruma dan Pandan Arum.Ya, gadis bisu itu tidak berhenti sama sekali. Setelah dia berhasil mendorong Pandan Arum hingga kehilangan keseimbangannya, lalu dia melesat lagi, dan berpindah ke belakang Kadik Aruma.Teph!Kadik Aruma
last updateLast Updated : 2022-11-30
Read more

Karma Buruk

Melihat benda besar dan berdesing kencang ke arahnya itu, Datuak Sani melecutkan Rantai Narako hingga beradu kuat dengan benda tersebut, menimbulkan suara berdenting kencang, dan dia memanfaatkan tenaga dorongan benda tersebut untuk melontarkan tubuhnya ke belakang.Crash!Benda itu ternyata sebuah pedang lebar dan tertancap ke tanah, dua langkah di hadapan Puti Bungo Satangkai.“Siapa?” teriak Datuak Sani ketika kakinya menjejak tanah. “Keluarlah, jangan menjadi pengecut dengan menyerang secara sembunyi-sembunyi!”“Aku tidak berniat sama sekali sembunyi darimu!”Seseorang melesat, berjumpalitan, dan mendarat di samping kanan Bungo. Datuak Sani menyipitkan matanya untuk dapat mengenali pria tinggi besar yang baru saja muncul itu.“Hei,” bisik pria yang baru muncul itu kepada Bungo. “Kau baik-baik saja?”Sang gadis terkejut sebab dia merasa mengenali suara itu.“Antaguna…!” teriak Pandan Arum. “Jangan bilang padaku bahwa kau bersekongkol dengan gadis sialan itu!”“Antaguna?” Datuak San
last updateLast Updated : 2022-11-30
Read more

Hanya Main-Main

Tapi Antaguna hanya tersenyum saja menanggapi pertanyaan berbalut kemarahan dari Pandan Arum tersebut. Baginya, terlalu banyak alasan mengapa dia harus membela Puti Bungo Satangkai, dan salah satunya adalah dengan alasan perasaannya yang tidak bisa lepas dari gadis tersebut.“Hei!” seru Datuak Sani. “Apakah kau murid seorang tua di Ujung Kulon?”Antaguna tersenyum dan sedikit menjura kepada Datuak Sani sembari tetap menggenggam pedang besarnya.“Mata Anda sangat tajam, Datuak Sani,” ujarnya. “Guruku, Sami Agung Laut Selatan.”Datuak Sani menyeringai. “Tidak kusangka,” gumamnya seolah kepada dirinya sendiri. “Sekian puluh tahun menghilang, ternyata dia mengangkat seorang murid sepertimu.”“Apakah itu satu kesalahan?” Antaguna menanggapi dengan santai saja sebab tujuan utamanya adalah memberikan waktu lebih bagi Bungo untuk menghilangkan pengaruh racun di dalam tubuhnya.Datuak Sani tertawa-tawa. “Kurasa, seandainya si Sami Agung itu mengetahui bahwa muridnya ternyata adalah seorang kep
last updateLast Updated : 2022-11-30
Read more

Kengerian Rantai Narako

Antaguna yang baru saja bangkit dan merasa pusing melihat gerakan Pandan Arum yang mendekati Puti Bungo Satangkai. Dia menyadari bahwa dia telah berbuat ceroboh, ternyata semenjak tadi Datuak Sani sengaja memancingnya untuk menjauh dari Bungo.Hal ini juga sekaligus membuktikan kepada Antaguna bahwa Datuak Sani yang telah kaya akan asam garam dunia persilatan jauh lebih cerdik daripada dirinya.Menyesal, mungkin tidak berguna lagi, sudah terlambat sementara dia masih limbung, bahkan berdiri saja belum mampu.Tapi Antaguna tidak berputus asa. Dia memaksakan tubuhnya sendiri, berdiri dengan cepat, lalu kembali mengayunkan pedang lebarnya dengan disertai teriakan menggelegar.“Aku mengadu nyawa denganmu, Datuak Sani…!”Swing!Whoosh!Dan ternyata Antaguna justru melemparkan pedang besarnya itu ke arah Datuak Sani, sekuat yang ia mampu. Pedang besar berdesing dan berputar kencang.Sebab jarak mereka yang cukup dekat, serangan Datuak Sani dengan Rantai Narako-nya menghantam keras pedang be
last updateLast Updated : 2022-11-30
Read more

Neraka Terkuat

Semakin lama, Antaguna semakin tidak kuat lagi menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya. Terlebih lagi, dia dapat mendengar sendiri bunyi tulang-tulangnya yang berderak oleh lilitan rantai sakti tersebut.Dan pada akhirnya, Antaguna berteriak sejadi-jadinya sementara Datuak Sani tertawa-tawa menyaksikan penderitaan pria tinggi dan berbadan besar tersebut.Pandan Arum pun tertawa-tawa meski sulit baginya untuk melihat apa yang terjadi kepada Antaguna. Tapi setidaknya, dengan suara tawa sang ayah dan jeritan panjang dari mulut Antaguna itu memberi tahu kepadanya bahwa sekejap lagi, Antaguna akan tewas mengenaskan.“Mampus kau, Antaguna! Siapa suruh kau mencari masalah dengan ayahku!”“Kau punya kata-kata terakhir?” Datuak Sani tersenyum seolah mengejek Antaguna. “Mungkin saja setelah aku puas menyetubuhi gadismu itu aku akan berbaik hati untuk menguburmu, lalu menulis pesan-pesanmu di batu nisanmu.”Meskipun dia sangat marah mendengar kata-kata Datuak Sani, namun dia tidak bisa berbuat ba
last updateLast Updated : 2022-11-30
Read more

Bukan Lawan yang Mudah

Puti Bungo Satangkai meompat dari satu titik ke titik lainnya, sengaja membawa pertarungannya dengan Datuak Sani menjauh dari keberadaan Antaguna yang terluka. Dan setiap dia menjejak tanah, maka sang gadis menarik cakarnya sedemikian rupa hingga Karih Narako juga tertarik. Lalu ketika dia melompat, sang gadis mengentakkan cakarnya ke arah Datuak Sani hingga membuat Karih Narako menyerang sang datuak.Tapi tentu saja, tidak mudah untuk menjatuhkan pria sepuh yang pernah menggetarkan Tanah Andalas tersebut begitu saja. Terlebih lagi, dengan senjata saktinya berupa rantai unik yang selalu memerah seolah terbakar.Setiap kali Datuak Sani memutar Rantai Narako maka gelombang angin panas selalu tercipta, dan begitu dia menyabetkan rantainya itu, maka angin panas dan mematikan menerjang ke arah lawannya.Tring! Trang! Tring!Untuk ke sekian kalinya dua senjata sakti beradu dengan memercikkan bunga api di beberapa titik.Semakin lama, gerakan Rantai Narako seperti membentuk sangkar api raksa
last updateLast Updated : 2022-12-05
Read more

Adu Cerdik

Puti Bungo Satangkai menjejak tanah beberapa langkah di samping kiri Datuak Sani, lalu melesat dengan sangat cepat, dua tangan menekuk ke belakang, tatapannya berkilat seiring tenaga dalam yang dikerahkan sepenuhnya.Datuak Sani menggeram, menyentak Rantai Narako sedemikian rupa hingga rantai sakti itu bergerak cepat melilit tangan kanannya. Lalu dua tangannya dihantamkan ke depan dalam jurus tinju yang dahsyat yang dikobari api.Pria sepuh melakukan itu sebab dia dapat melihat bahwa sang gadis akan menyerangnya secara langsung. Lagi pula, sudah terlambat untuk memutar Rantai Narako dan menyerangnya.Dan sebelum Rantai Narako seutuhnya melilit tangan sang datuak, kedua pesilat itu sama-sama beradu tinju.Teph! Teph!Empat tinju beradu dengan dua kekuatan tenaga dalam berbeda. Datuak Sani menggunakan inti panas sedangkan sang gadis menggunakan inti dingin dalam Tinju Penghancur Sukma.Untuk sesat keduanya tertahan dalam kondisi saling beradu tinju. Tidak satu pun dari mereka yang mau m
last updateLast Updated : 2022-12-05
Read more

Lebih Dahsyat Daripada Harimau

“Kau menggali kuburanmu sendiri, gadis sialan…!”‘Oh, benarkah?’ sang gadis menyeringai.Setidaknya, Datuak Sani berpikir bahwa Puti Bungo Satangkai mungkin sdikit putus asa untuk dapat menyentuhnya sehingga dengan nekat berada dalam jarak yang bergitu dekat dengannya.Dia menggerakkan Rantai Narako sedemikian rupa yang tidak saja akan melibas sang gadis, tapi juga akan melilitnya seandainya dia mencoba untuk mengelak. Kemenangan sudah di depan mata, pikir sang datuak.Tapi sang gadis melakukan itu bukan tanpa perhitungan. Dia sadar bahwa keadaannya akan semakin buruk bila bertarung jarak jauh—mengingat jangkauan Rantai Narako yang lebih panjang—dan juga akan semakin membuatnya kelelahan, ditambah dengan dia sendiri yang sudah terluka, maka Bungo berpikir untuk mengakhiri pertarungan itu dalam sekali gerakan saja, apa pun risikonya.Datuak Sani menukik kencang dengan putaran Rantai Narako yang semakin ganas, sesaat lagi akan mengenai sang gadis.Sebelum itu terjadi, sang gadis menguba
last updateLast Updated : 2022-12-05
Read more

Kepingan Ketiga

‘Tapi Tetua Simpai Gilo memberi nama jurusku dengan nama Tarian Sang Naga.’“Be-Begitu, ya?” Datuak Sani terbatuk lagi dan lelehan darah kembali memuntahkan darah. “Ta-Tarian Sang Naga… Yah, se-sepertinya—uhuk, uhuk… itu nama yang pan-pantas.”Puti Bungo Satangkai tahu bahwa jurusnya terlalu ganas sehingga Datuak Sani mungkin tidak akan selamat setelah ini. Dia menghela napas dalam-dalam.Seandainya bisa memilih, Bungo tak hendak mengeluarkan jurus mengerikannya itu sebab tidak saja akan membunuh lawannya, tapi juga akan berakibat tidak baik kepada dirinya sendiri. untuk sekarang, dia menahan semua itu agar tidak ada lagi orang yang akan memanfaatkannya.“A-Aku senang,” Datuak Sani tersenyum lebar dengan tatapan tertuju ke langit tinggi. “Bisa mati di tangan ga-gadis hebat sepertimu. Aku tidak—uhuk, menyesal. Kerajaan Minanga pasti akan bisa bertahan untuk waktu yang lama.”Meskipun dia tidak begitu memahami apa yang dimaksudkan oleh Datuak Sani sepenuhnya, namun sang gadis tetap menu
last updateLast Updated : 2022-12-05
Read more

Adik dan Kakak

“Kalian keparat!” teriak Pandan Arum dan tidak peduli lagi dengan keadaannya sehingga dia meronta-ronta. “Aku pasti akan membunuh kalian dengan lebih kejam!”“Dasar bodoh!” tukas Antaguna. “Kau tahu bahwa dengan meronta, maka jaringku itu akan melilitmu semakin kuat. Berhentilah meronta-ronta!”“Kau bajingan, Antaguna…!” teriak Pandan Arum yang semakin merasakan sesak akibat lilitan Jaring Jerat Naga.Antaguna membuka matanya, melirik pada Puti Bungo Satangkai yang berdiri di kiri depannya sembari memandangi mayat-mayat di tanah, di hadapan mereka.“Apa yang akan kau lakukan kepada mayat-mayat ini?”Bungo mengalihkan pandangannya kepada Antaguna, lalu menggerakkan tangannya, ‘Kupikir lebih baik mereka dikubur saja.’“Yah,” Antaguna mendesah panjang. “Kupikir juga begitu. Tapi maaf, aku masih tidak bertenaga untuk sekarang. Jadi, kau saja yang menggali kuburan untuk mereka.”Sang gadis tersenyum tipis dengan menggeleng-gelengkan kepalanya.“Hei,” sahut Antaguna. “Kasihanlah sedikit kep
last updateLast Updated : 2022-12-05
Read more
PREV
1
...
1617181920
...
35
DMCA.com Protection Status