Home / Romansa / SUGAR BABY SANG BILLIONAIRE / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of SUGAR BABY SANG BILLIONAIRE: Chapter 61 - Chapter 70

120 Chapters

61. Fakta pahit

Tiga belas tahun lalu di panti asuhan.Devan yang tiba-tiba terbangun di panti asuhan setelah disekap beberapa hari, mau tak mau harus tinggal sementara di tempat asing yang baru pertama kali dikunjunginya."Kak, Ibu bilang Kakak akan tidur di kasurku," Seorang gadis kecil menghampiri Devan yang waktu itu masih berbadan gempal.Siapa lagi gadis kecil manis itu kalau bukan gadis yang telah menjadi kekasihnya kini, yaitu Berlin."Ibu bilang badan Kakak terlalu besar. Tidak ada lagi kasur kosong, jadi kita harus berbagi kasur," oceh Berlin kecil pada Devan yang waktu itu masih berusia remaja.Devan hanya diam saja mendengar Berlin kecil yang terus berbicara tanpa henti."Badan anak lain juga besar. Kasurnya tidak muat kalau dipakai tidur dengan Kakak. Karena hanya aku yang berbadan kecil di sini, jadi Kakak harus tidur bersamaku." Devan masih terdiam tak bereaksi.Mayat yang dilihat oleh Devan di gudang tempatnya disekap, membuat psikis pria kecil itu terguncang seketika.Darah yang berc
last updateLast Updated : 2022-06-22
Read more

62. Kencan mie kuah

Berlin duduk termenung di kamar sembari menatap ke luar jendela yang memperlihatkan rintik hujan di sore hari.Ucapan Devan mengenai sang ibu asuh membuat pikiran Berlin berkecamuk, ingin mencari tahu apa saja yang sudah diperbuat oleh Bu Wanda di masa lalu hingga membuat dirinya terjebak di panti asuhan."Berlin, apa yang kau lakukan di sana?" tanya Devan membuyarkan lamunan Berlin mengenai Bu Wanda."Kenapa?""Kau masih saja memikirkan wanita itu? Aku tidak sedekat apa kau dengan wanita itu. Tapi melihat kau berkorban banyak—""Berkorban apa? Memangnya apa yang kau tau tentangku di panti asuhan? Kau mengawasiku selama ini?" selidik Berlin."Aku ... memang mengawasimu. Kenapa? Kau tidak terima?" cibir Devan."Dari pada kau melamun di sini, bagaimana ... kalau kita menghangatkan badan saja? Saat hujan seperti ini, lebih baik kita—""Membuat makanan hangat saja! Aku akan buatkan sesuatu untukmu!" potong Berlin cepat, sebelum Devan mengajak dirinya menghangatkan diri di ranjang."Makana
last updateLast Updated : 2022-06-23
Read more

63. Curiga

"Ayah, Ibu kemana? Kenapa sepi sekali?" tanya Sheena pada sang ayah yang tengah menyeruput kopi panas."Hm? Ibumu? Ibu pergi ke Jerman dua hari yang lalu. Kau baru sadar?" tanya Tuan Mahesa."Ke Jerman? Untuk apa Ibu ke Jerman?" tanya Sheena.'Apa Ibu ke Jerman untuk mencari anaknya itu? Ibu ke Jerman untuk mencari pemilik foto yang ditemukan oleh Ibu?' batin Sheena menerka-nerka."Ayah juga tidak tahu. Coba kau tanyakan sendiri pada ibumu," cetus Tuan Mahesa merasa tak enak hati pada Sheena jika harus membeberkan alasan sebenarnya Nyonya Firda pergi ke Jerman."Em, kebetulan Devan juga sudah kembali ke Jerman untuk melanjutkan pengobatan. Boleh aku menyusul Devan dan Ibu?" pinta Sheena."Menyusul Devan? Untuk apa?" tanya Tuan Mahesa."Tentu saja untuk menjenguk calon suamiku," tukas Sheena."Calon suami?" cibir Tuan Mahesa."Kenapa? Ayah tidak ada masalah dengan Devan, kan?""Kau tidak curiga dengan penyakit Devan? Apa dia pernah memperlihatkan gelagat aneh padamu?" tanya Tuan Mahesa
last updateLast Updated : 2022-06-25
Read more

64. Bromance

"Untuk apa kau menanyakan hal aneh-aneh pada Berlin? Kau tahu sesuatu tentang Berlin?" tanya Devan pada Vernon."Kenapa? Kau penasaran apa yang temukan tentang gadismu?" cibir Vernon."Apa yang kau temukan tentang Berlin?""Cari tahu saja sendiri!" ketus Vernon."Hei, kau berani—""Aku akan profesional menyangkut pekerjaan. Tapi soal Berlin, itu adalah masalah pribadimu! Aku juga punya kehidupan pribadi yang harus kuurus! Aku juga punya rasa lelah! Aku sudah lelah menjadi kacungmu selama belasan tahun ini!" ungkap Vernon.Untuk pertama kalinya, pria yang pernah menjadi kakak angkat dari Devan itu mengutarakan isi hatinya dan rasa lelahnya menjadi babu di keluarga Devan selama bertahun-tahun."Kau sedang protes? Apa Ayah memberimu banyak pekerjaan?" tanya Devan.Setelah mengingat kembali masa lalunya yang menyakitkan bersama keluarga Devan, Vernon mendadak berubah dan ingin mengakhiri sakit hati yang dipendamnya selama ini.Melihat Berlin dan Sheena membuat dirinya teringat kembali pad
last updateLast Updated : 2022-06-28
Read more

65. Sembuh untukmu

Vernon dan Devan terdiam dan diselimuti suasana canggung. Kedua pria itu saling membuang muka dengan perasaan malu bercampur jijik setelah apa yang diucapkan oleh Devan."Kau bisa mengambil liburan. Aku harus pergi!" ujar Devan bergegas melarikan diri dari suasana kikuk itu.Devan segera melajukan kendaraannya menuju menjauh dari Vernon dan menuju ke rumah sakit tempatnya akan menerima terapi."Aku masih normal. Aku masih normal. Aku masih normal! Kenapa aku mengatakan hal menjijikkan seperti itu pada Vernon?" gerutu Devan kesal pada dirinya sendiri.Pria itu memberhentikan kendaraannya sejenak, kemudian menghubungi sang kekasih yang kini tengah menunggunya di rumah."Halo, Sayang? Aku mencintaimu, Berlin. Aku mencintaimu. Aku masih sangat sangat menyukai wanita!" ujar Devan begitu Berlin mengangkat panggilan telepon darinya."Devan? Kau ini kenapa? Kau sekarat?" tanya Berlin."Aku baru saja mengatakan hal yang tidak pernah kubayangkan pada seorang pria. Sepertinya otakku mulai rusak,
last updateLast Updated : 2022-06-29
Read more

66. Ulah Devan

Tok, tok!Berlin bergegas membuka pintu kamarnya begitu terdengar suara ketukan menggema ke telinganya.Gadis itu agak terkejut melihat Vernon yang sudah berdiri tepat di hadapannya."Devan tidak ada," ujar Berlin mengira Vernon datang mencari Devan."Aku tidak mencari Devan. Aku datang untuk mencarimu," ungkap Vernon."Bisa kita bicara sebentar?" pinta Vernon."Tentu!" sambut Berlin.Gadis itu mengaduk-aduk dua cangkir teh manis hangat, kemudian menyodorkannya pada Vernon yang sudah duduk manis di meja makan."Kak Vernon tidak mengantar Devan ke rumah sakit?" tanya Berlin berbasa-basi."Tidak!" jawab Vernon singkat."Aku ke sini bukan untuk membahas Devan. Aku ingin mengembalikan barang milikmu," ujar Vernon sembari mengulurkan wadah kecil berisi barang milik Berlin."Barang apa?" tanya Berlin dengan dahi berkerut.Gadis itu melirik ke dalam kantong yang diberikan oleh Vernon dan melihat syal serta tas kecil miliknya yang dibawakan oleh Vernon."Kau meninggalkan barang itu di rumah s
last updateLast Updated : 2022-06-30
Read more

67. Mencari penjelasan

"Dokter yakin terapi ini bisa efektif, kan?" tanya Devan usai rangkaian terapi yang ia lakukan selesai."Semoga saja Tuan Muda bisa cepat pulih. Hal terpenting adalah menjaga kesehatan fisik dan suasana hati Tuan. Selama suasana hati Tuan bagus, pengobatan juga akan berjalan lancar karena didukung oleh aura positif yang terpancar dari mood yang baik," terang dokter.Devan meninggalkan gedung rumah sakit dan bergegas pulang untuk segera menjumpai sang kekasih hati yang menunggunya di rumah.Pria itu menyempatkan diri membelikan buket bunga cantik untuk Berlin, sebelum dirinya kembali pulang."Apa sebaiknya aku membawa Berlin berkencan sekarang?" gumam Devan.Di rumah Devan, Berlin tengah berdiri mematung di ambang pintu, menanti kepulangan sang kekasih.Gadis itu menatap nanar ke arah pintu gerbang kediaman milik Devan yang tak kunjung terbuka, menyambut kepulangan sang tuan rumah.Perkataan Vernon membuat gadis itu benar-benar kacau dan diliputi rasa penasaran."Tidak mungkin Devan te
last updateLast Updated : 2022-07-01
Read more

68. Kemarahan yang memuncak

Berlin melepas pelukan Devan darinya dengan kasar. Gadis itu masih menampakkan wajah masam pada Devan yang tak juga memberikan penjelasan padanya."Kau belum menjawab pertanyaanku!" cetus Berlin dengan wajah dingin.Devan menghela nafas sejenak, mencoba merangkai kata yang pas untuk dikatakan pada Berlin."Apa yang akan kau lakukan jika itu benar?" tanya Devan dengan penuh hati-hati.Berlin menepis tangan Devan yang bertengger di pinggangnya, kemudian berbalik badan untuk menuju kamar Devan dengan niat ingin mengemas barangnya."Kau sudah tahu jawabannya! Mana mungkin aku mau hidup bersama orang yang telah menghancurkan hidupku!" tukas Berlin sembari berjalan cepat menuju kamar, tanpa menoleh sedikitpun ke arah Devan."Berlin, dengarkan penjelasanku dulu!" "Penjelasan apa? Cepat katakan! Penjelasan apa yang ingin kau katakan padaku?" sentak Berlin seraya melempar tatapan tajam pada Devan."Itu hanya masa lalu, kan? Aku ... minta maaf," ucap Devan lirih.Berlin menatap sinis ke arah D
last updateLast Updated : 2022-07-01
Read more

69. Runtuhnya duniaku

"Duniaku sudah runtuh, Devan!" ungkap Berlin menatap Devan dengan sorot mata penuh amarah."Kaulah yang meruntuhkannya!" sambung Berlin sarkas.Gadis itu memilih untuk menutup mata agar wajah Devan tak terus-terusan nampak di depan penglihatannya. Tubuh Berlin yang sudah lemas karena serangan dari Devan, membuat gadis itu tak bisa banyak bergerak dan terpaksa harus tetap berada di rumah Devan sampai rasa lelahnya menghilang."Kalau kau pergi dariku ... duniaku yang akan runtuh, Berlin. Aku minta maaf," ucap Devan penuh sesal."Aku menyesal ... tapi aku juga bersyukur. Rasa benci dan kesalku padamu di masa lalu telah mempertemukan kita kembali," ujar Devan."Aku tidak ingin mendengarnya!""Mungkin kau tidak ingat, tapi ini bukan pertama kalinya aku jatuh hati padamu, Berlin. Dulu kau bilang aku hanyalah laki-laki gendut yang hanya bisa membuat ranjangmu menjadi sempit," ungkap Devan."Aku sangat kesal dan bertekad untuk menguruskan tubuh, kemudian mencarimu kembali," terang Devan mulai
last updateLast Updated : 2022-07-01
Read more

70. Amukan Devan

Devan terus menatap Berlin yang tengah bersiap untuk pergi ke bandara. Pria itu dapat memaklumi jika Berlin merasa marah dan kesal padanya.Namun, tetap saja Devan tak rela jika Berlin ingin benar-benar pergi darinya. Baru saja pria itu membulatkan tekad untuk sembuh demi Berlin dan menjalani pengobatan di Jerman dengan sungguh-sungguh, tapi niatnya kembali terganjal karena keributan yang terjadi di antara mereka."Aku tidak boleh mencarimu?" tanya Devan lirih."Lebih baik kita tidak berhubungan lagi untuk sementara waktu. Mungkin jika kita saling merindukan, aku bisa lebih mudah memaafkanmu," tukas Berlin."Bagaimana kalau setelah ini ... kita tidak lagi memiliki kesempatan untuk berjumpa kembali?" Berlin menoleh ke arah Devan dan menatap wajah kusut sang kekasih yang memandangnya dengan sorot mata penuh kepiluan."Kau ingin membujukku dengan wajah memelasmu?" cibir Berlin."Aku telah berusaha menghormati keputusanmu.
last updateLast Updated : 2022-07-02
Read more
PREV
1
...
56789
...
12
DMCA.com Protection Status