Home / Pendekar / KSATRIA TIGA JAMAN / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of KSATRIA TIGA JAMAN: Chapter 101 - Chapter 110

158 Chapters

Bola Kristal

Macan Garung menunjuk dinding kaki kuil yang berlubang di belakang Wirota.“Lihat, dinding itu berongga!”Wirota menoleh ke arah yang ditunjuk Macan Garung, di dalam dinding itu ternyata ada sebuah ruang kosong.“Kita singkirkan batu-batu ini,” perintah Wirota. Macan Garung, Blandhong dan Glempo menyingkirkan bebatuan yang berserakan dan dengan hati-hati melepas susunan batu andesit agar bisa dimasuki.“Hati-hati jangan sampai temboknya runtuh,” kata Wirota.Setelah lubang cukup untuk dimasuki, Wirota mencoba memeriksanya tetapi di dalam sangat gelap. Dia menyuruh Blandhong membuat suluh.“Blandhong, tolong buat obor untuk masuk ke dalam dinding ini!”Setelah membuat obor Wirota dan Macan Garung memutuskan untuk masuk ke dalam.“Kangmas Wirota, sebaiknya kita sirih Blandhong dan Glempo berjaga di luar. Aku kuatir selagi kita berada di dalam, orang-orang sekte Gunung itu datang dan menutup dinding ini sehingga kita tidak bisa keluar dari sini,” Macan Garung menyarankan.“Blandhong, Gl
last updateLast Updated : 2023-06-16
Read more

Vilmana di Gunung Padang

Macan Garung memeriksa dinding itu, ternyata dinding itu posisinya sedikit melesak ke dalam. Dia mengetuk-ngetuk dindingnya, ada bunyi bergema di dalamnya.“Dinding ini sedikit melesak ke dalam,jika diketuk bunyinya lebih nyaring daripada yang lain. Pasti di belakang dinding ini ada sebuah ruang kosong, bagaimana jika batu ini kita dorong? Siapa tahu di dalamnya memang ada ruangan kosong.”“Kita coba mendorongnya!”Wirota mencoba mendorong dinding tadi namun dinding itu tak bergerak. Garung mencoba membantu“Sini aku bantu mendorong.”Bersama-sama mereka mendorong dinding batu itu, tak lama kemudian terdengar suara bergerudug“Gludug…gludug…gludug!”Dinding itu bergeser, di dalamnya ada sebuah ruangan.“Nah, benar kan ada ruangan di dalamnya!” kata Macan Garung.Ruangan itu tidak ada obor namun suasana di dalamnya cukup terang, Wirota menengadah di setiap pojok dinding ada sebuah bola kristal yang memendarkan cahaya. Dinding batu di ruangan itu juga tampak licin tanpa sambungan nat.
last updateLast Updated : 2023-06-17
Read more

Lorong Waktu

Wirota, Macan Garung dan Blandhong saling berpandangan, mereka masih belum mengerti apa yang dimaksud Resi Ajiraga.“Maksud resi bagaimana?” Tanya Wirota.“Aku merasakan ada sebuah energi yang sangat kuat dari benda yang kalian bawa. Benda apa itu? Berhati-hatilah terhadap barang pusaka karena tidak semua orang cocok dan selaras dengan energi yang dipancarkannya. Jika kalian tidak kuat, kalian akan sakit dan bahkan dapat menyebabkan kematian secara perlahan-lahan karena sakit kalian,” kata Resi Ajiraga.Wirota mengambil buntalan berisi batu pusaka dari gunung Padang lalu membukanya. Resi itu terkejut ketika mendapati batu itu“Batu Pusaka Gunung Padang, energi itu dari batu ini,” desisnya sambil mendekatkan telapak tangannya ke arah batu itu.Ajiraga merasakan adanya pancaran energi yang sangat kuat memancar dari batu itu melawan energi yang dipancarkan dari tangannya. Resi itu kemudian menghela nafas“Bagaimana kalian bisa menemukan batu ini? Selama ribuan tahun batu itu tersimpan d
last updateLast Updated : 2023-06-19
Read more

Pemberontak

“Ya, kuil itu masih berdiri utuh, waah megah sekali, lebih besar daripada kuil Bumi Sambhara!” Seru Garung dengan perasaan kagum.Saat itu mereka berada di puncak kuil, di sekitar mereka orang-orang berlalu lalang memakai baju putih-putih. Saat berpapasan mereka melihat wajah orang-orang itu sangat berbeda dengan wajah orang Jawa pada umumnya. Kulit mereka lebih terang,tubuh mereka rata-rata tinggi semampai, hidungnya mancung matanya berwarna coklat, ada pula yang biru dengan rambut berwarna coklat gelap.“Duh, Gusti, cantik-cantik sekali gadis-gadis itu,” gumam Macan Garung yang terbengong-bengong melihat gadis-gadis yang berlalu di depan mereka.Mereka tersenyum melihat penampilan Macan Garung dan Wirota yang aneh. Angin semilir membawa harum bunga Cempaka.Resi Ajiraga menunjuk ke satu arah“Lihat ada kereta berjalan tanpa kuda, apa yang menggerakan mereka?” Tanya Garung dengan heran.Kereta itu lewat di depan mereka, meluncur tanpa suara mesin.“Resi, dengan apa mereka menggera
last updateLast Updated : 2023-06-22
Read more

Banjir Besar

"Rupanya Resi Ajiraga ini adalah seorang penjelajah waktu. Orang-orang ini sudah mengenal Resi Ajiraga dengan baik," bisik Wirota pada teman-temanya."Orang itu tidak jelas dia berasal dari.masa yang mana," Macan Garung menanggapi.Wirota yang mencemaskan keadaan mereka berkata pada Resi Ajiraga"Resi Ajiraga, sepertinya situasinya tidak baik bagi kita. Kami tidak ingin terjebak di sini dan tidak dapat kembali ke masa kami.""Jangan kuatir, kalian tetap selamat, kita akan pergi sebentar lagi setelah ini" Resi Ajiraga menenangkan.Tiba-tiba terdengar suara bergemuruh, dari atas terdengar suara ledakan keras bumi bergetar setiap kali suara ledakan terdengar, namun tempat itu tidak runtuh, ledakan itu tidak berakibat apapun bagi mereka.. Wajah Resi Ajiraga berubah"Orang-orang Atala mulai menyerang kita! Kurang ajar, rupanya para pemberontak itu bekerjasama dengan orang-orang Atala!""Siapa orang-orang Atala itu?"tanya Wirota."Bangsa dari barat, mereka memiliki senjata yang hebat, bahka
last updateLast Updated : 2023-06-24
Read more

Kembali ke Tempat Asal

Tak lama kemudian terdengar suara petir menggelegar, langit mulai menghitam dan turunlah hujan yang sangat lebat disertai badai.“Cepat kembali ke tempat persembunyian!” Seru Resi Ajiraga.“Hei kalian cepat masuk kita harus segera pergi dari sini, banjir sebentar lagi menerjang kuil kita!” Seru Pendeta memanggil orang-orangnya yang masih berada di luar.Setelah berkumpul di dalam ruang Kuil di bawah tanah Pendeta berkata kepada orang-orang di tempat itu.“Sesuai wisik gaib yang kuterima banjir besar itu akhirnya datang juga, kita akan segera pergi dari sini. Sekarang bersiaplah kita akan naik Vimana kembali ke tempat asal kita. Tidak ada waktu lagi, kita harus berangkat sekarang!”Orang-orang kembali ribut membicarakan banjir besar dan rencana kembali ke tempat asal mereka. “Sekarang juga kita harus pergi ke tempat peluncuran Vimana, tidak ada waktu lagi!”Orang-orang segera bergegas menuju ruang peluncuran Vimana.“Aku ingin melihat seperti apa bentuk Vimana dari dekat dan ruang pel
last updateLast Updated : 2023-06-25
Read more

Mereka yang Tak Kasat Mata

Wirota dan Macan Garung tertegun sejenak"Kami hanya ke gunung Padang di Tanah Sunda. Hanya sebentar saja kami pergi. Memangnya ada apa?" Tanya Wirota."Kalian pergi selama 7 tahun, kami bahkan mengira kalian sudah mati. Kemana saja kalian selama ini?" Tanya orang itu dengan heran.Wirota mendadak teringat pesan Resi Ajiraga yang mengatakan bahwa mereka telah pergi ke dimensi lain selama 7 tahun. Maka buru-buru Wirota berkata"Kami akan menghadap Gusti Wiraraja, ceritanya panjang."****Di bale manguntur Wirota dan rombongannya telah menghadap Wiraraja. Raja Tigang Juru itu tampak.gembira melihat Wirota pulang dengan selamat."Wirota, Garung akhirnya kalian pulang dengan selamat. Aku mengira kalian sudah mati dalam pencarian batu pusaka itu. Apa yang terjadi sehingga kalian pergi begitu lama? Apakah kalian ditawan orang yang juga menghendaki batu pusaka itu?"Tiba-tiba Aria Wiraraja tampak terkejut, dia menoleh pada Wirota"Wiro, apa yang kau bawa bersamamu? Pancaran energi dari ben
last updateLast Updated : 2023-06-28
Read more

Mata Ketiga

Mereka berdua mengobrol sambil memandang Wirota dengan pandangan iba."Aku mau mengatakannya tapi aku tak tega," ujar tetangganya."Aku juga tidak berani mengatakannya, terlalu mengerikan untuk diceritakan," kata temannya lagi.Seorang Bhiksu tua lewat di depan rumah Wirota, tangannya memegang mangkuk tanah liat, ketika lewat di depan rumah Wirota, tiba-tiba langkahnya terhenti dan menoleh ke halaman. Wajahnya berubah, dia masuk halaman rumah dan menegur Wirota"Amitabha.... Ngger, adakah makanan untukku?"Wirota berhenti mendorong ayunan, namun tindakannya membuat Gendhis tidak suka, Wajahnya berubah ketika melihat seorang bhiksu memasuki halamn rumah."Romo, usir pengemis itu, aku tidak suka dia di sini!" Seru Gendhis dengan marah menunjuk Bhiksu itu.Wirota tertegun, dia tak menyangka Gendhis berbicara kasar terhadap seorang tokoh agama. Walaupun Wirota beragama Hindu, tetapi dia tak ingin anaknya bersikap intoleran."Gendhis, jaga mulutmu kualat kamu mengatai seorang bhiksu sebaga
last updateLast Updated : 2023-06-28
Read more

Bukan Makanan Manusia

Dengan lirih Wirota bertanya“Bhiksu, mengapa bisa begitu?”Wirota berbalik memandang rumahnya kembali, rumah itu terlihat asri, bersih dan rapi. Terlihat Larasati sedang menyuapi Gendhis di teras rumahnya. Tetapi ketika dia melihat dari sela-sela kakinya rumah itu terlihat kotor dan tak terawat seolah sudah lama tidak dihuni. Pantas saja ketika dia datang dia hanya menemukan anak dan isterinya saja, sementara para penjaga rumah dan para pelayan sudah tidak ada lagi. Baru sekarang dia menyadarinya, saat dia datang kemarin dia sama sekali tidak menyadari keadaan rumahnya yang sudah berubah karena rasa senangnya bertemu kembali dengan isteri dan anaknya.“Amithaba, isterimu masih belum ikhlas berpisah denganmu, dia tidak sabar menunggu untuk terlahir kembali dan memilih jalan ini agar tetap dapat bersamamu,” kata Bhiksu itu.Tak lama kemudian beberapa orang kampung datang bersama Kepala Desa, setelah memberi hormat pada Bhiksu dan memberikan bekal makanan, Kepala Desa berkata pada Wir
last updateLast Updated : 2023-07-02
Read more

Dendam

Wirota tertegun, sampai di sini barulah dia tersadar, Mbok Sinem telah melihat sesuatu yang seharusnya tidak terlihat. Dengan hati-hati Wirota bertanya“Mbok apa yang kau lihat?”Mbok Sinem segera menggandeng tangan Wirota keluar rumah lalu berkata“Jangan makan masakan isterimu, yang kulihat di meja hanyalah daun kering dan cacing. Tadi aku juga melihat Larasati dan anaknya duduk di pojokan. Kondisinya persis sama seperti waktu kami menemukan mereka dulu. Ngger, sebaiknya kau suruh bhiksu itu mendoakan arwahnya agar tidak bergentayangan lagi, Kau juga harus ikhlas menerima kematian mereka agar perjalanan mereka ke alam baka lebih ringan tanpa beban.”Wirota mengangguk dan tersenyum getir“Terimakasih Mbok, tapi biarlah untuk malam ini saja aku ingin tetap begini dulu, besok aku akan meminta bhiksu itu untuk mendoakan mereka.”*****Malam itu Wirota tidur bersama anak dan isterinya, dia tidak ingin tertidur sampai pagi agar dapat tetap menikmati kebersamaan bersama keluarganya. Wirota
last updateLast Updated : 2023-07-02
Read more
PREV
1
...
910111213
...
16
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status