Beranda / Pendekar / KSATRIA TIGA JAMAN / Vilmana di Gunung Padang

Share

Vilmana di Gunung Padang

Penulis: Freya
last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-17 23:35:16

Macan Garung memeriksa dinding itu, ternyata dinding itu posisinya sedikit melesak ke dalam. Dia mengetuk-ngetuk dindingnya, ada bunyi bergema di dalamnya.

“Dinding ini sedikit melesak ke dalam,jika diketuk bunyinya lebih nyaring daripada yang lain. Pasti di belakang dinding ini ada sebuah ruang kosong, bagaimana jika batu ini kita dorong? Siapa tahu di dalamnya memang ada ruangan kosong.”

“Kita coba mendorongnya!”

Wirota mencoba mendorong dinding tadi namun dinding itu tak bergerak. Garung mencoba membantu

“Sini aku bantu mendorong.”

Bersama-sama mereka mendorong dinding batu itu, tak lama kemudian terdengar suara bergerudug

“Gludug…gludug…gludug!”

Dinding itu bergeser, di dalamnya ada sebuah ruangan.

“Nah, benar kan ada ruangan di dalamnya!” kata Macan Garung.

Ruangan itu tidak ada obor namun suasana di dalamnya cukup terang, Wirota menengadah di setiap pojok dinding ada sebuah bola kristal yang memendarkan cahaya. Dinding batu di ruangan itu juga tampak licin tanpa sambungan nat.
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • KSATRIA TIGA JAMAN   Lorong Waktu

    Wirota, Macan Garung dan Blandhong saling berpandangan, mereka masih belum mengerti apa yang dimaksud Resi Ajiraga.“Maksud resi bagaimana?” Tanya Wirota.“Aku merasakan ada sebuah energi yang sangat kuat dari benda yang kalian bawa. Benda apa itu? Berhati-hatilah terhadap barang pusaka karena tidak semua orang cocok dan selaras dengan energi yang dipancarkannya. Jika kalian tidak kuat, kalian akan sakit dan bahkan dapat menyebabkan kematian secara perlahan-lahan karena sakit kalian,” kata Resi Ajiraga.Wirota mengambil buntalan berisi batu pusaka dari gunung Padang lalu membukanya. Resi itu terkejut ketika mendapati batu itu“Batu Pusaka Gunung Padang, energi itu dari batu ini,” desisnya sambil mendekatkan telapak tangannya ke arah batu itu.Ajiraga merasakan adanya pancaran energi yang sangat kuat memancar dari batu itu melawan energi yang dipancarkan dari tangannya. Resi itu kemudian menghela nafas“Bagaimana kalian bisa menemukan batu ini? Selama ribuan tahun batu itu tersimpan d

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-19
  • KSATRIA TIGA JAMAN   Pemberontak

    “Ya, kuil itu masih berdiri utuh, waah megah sekali, lebih besar daripada kuil Bumi Sambhara!” Seru Garung dengan perasaan kagum.Saat itu mereka berada di puncak kuil, di sekitar mereka orang-orang berlalu lalang memakai baju putih-putih. Saat berpapasan mereka melihat wajah orang-orang itu sangat berbeda dengan wajah orang Jawa pada umumnya. Kulit mereka lebih terang,tubuh mereka rata-rata tinggi semampai, hidungnya mancung matanya berwarna coklat, ada pula yang biru dengan rambut berwarna coklat gelap.“Duh, Gusti, cantik-cantik sekali gadis-gadis itu,” gumam Macan Garung yang terbengong-bengong melihat gadis-gadis yang berlalu di depan mereka.Mereka tersenyum melihat penampilan Macan Garung dan Wirota yang aneh. Angin semilir membawa harum bunga Cempaka.Resi Ajiraga menunjuk ke satu arah“Lihat ada kereta berjalan tanpa kuda, apa yang menggerakan mereka?” Tanya Garung dengan heran.Kereta itu lewat di depan mereka, meluncur tanpa suara mesin.“Resi, dengan apa mereka menggera

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-22
  • KSATRIA TIGA JAMAN   Banjir Besar

    "Rupanya Resi Ajiraga ini adalah seorang penjelajah waktu. Orang-orang ini sudah mengenal Resi Ajiraga dengan baik," bisik Wirota pada teman-temanya."Orang itu tidak jelas dia berasal dari.masa yang mana," Macan Garung menanggapi.Wirota yang mencemaskan keadaan mereka berkata pada Resi Ajiraga"Resi Ajiraga, sepertinya situasinya tidak baik bagi kita. Kami tidak ingin terjebak di sini dan tidak dapat kembali ke masa kami.""Jangan kuatir, kalian tetap selamat, kita akan pergi sebentar lagi setelah ini" Resi Ajiraga menenangkan.Tiba-tiba terdengar suara bergemuruh, dari atas terdengar suara ledakan keras bumi bergetar setiap kali suara ledakan terdengar, namun tempat itu tidak runtuh, ledakan itu tidak berakibat apapun bagi mereka.. Wajah Resi Ajiraga berubah"Orang-orang Atala mulai menyerang kita! Kurang ajar, rupanya para pemberontak itu bekerjasama dengan orang-orang Atala!""Siapa orang-orang Atala itu?"tanya Wirota."Bangsa dari barat, mereka memiliki senjata yang hebat, bahka

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-24
  • KSATRIA TIGA JAMAN   Kembali ke Tempat Asal

    Tak lama kemudian terdengar suara petir menggelegar, langit mulai menghitam dan turunlah hujan yang sangat lebat disertai badai.“Cepat kembali ke tempat persembunyian!” Seru Resi Ajiraga.“Hei kalian cepat masuk kita harus segera pergi dari sini, banjir sebentar lagi menerjang kuil kita!” Seru Pendeta memanggil orang-orangnya yang masih berada di luar.Setelah berkumpul di dalam ruang Kuil di bawah tanah Pendeta berkata kepada orang-orang di tempat itu.“Sesuai wisik gaib yang kuterima banjir besar itu akhirnya datang juga, kita akan segera pergi dari sini. Sekarang bersiaplah kita akan naik Vimana kembali ke tempat asal kita. Tidak ada waktu lagi, kita harus berangkat sekarang!”Orang-orang kembali ribut membicarakan banjir besar dan rencana kembali ke tempat asal mereka. “Sekarang juga kita harus pergi ke tempat peluncuran Vimana, tidak ada waktu lagi!”Orang-orang segera bergegas menuju ruang peluncuran Vimana.“Aku ingin melihat seperti apa bentuk Vimana dari dekat dan ruang pel

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-25
  • KSATRIA TIGA JAMAN   Mereka yang Tak Kasat Mata

    Wirota dan Macan Garung tertegun sejenak"Kami hanya ke gunung Padang di Tanah Sunda. Hanya sebentar saja kami pergi. Memangnya ada apa?" Tanya Wirota."Kalian pergi selama 7 tahun, kami bahkan mengira kalian sudah mati. Kemana saja kalian selama ini?" Tanya orang itu dengan heran.Wirota mendadak teringat pesan Resi Ajiraga yang mengatakan bahwa mereka telah pergi ke dimensi lain selama 7 tahun. Maka buru-buru Wirota berkata"Kami akan menghadap Gusti Wiraraja, ceritanya panjang."****Di bale manguntur Wirota dan rombongannya telah menghadap Wiraraja. Raja Tigang Juru itu tampak.gembira melihat Wirota pulang dengan selamat."Wirota, Garung akhirnya kalian pulang dengan selamat. Aku mengira kalian sudah mati dalam pencarian batu pusaka itu. Apa yang terjadi sehingga kalian pergi begitu lama? Apakah kalian ditawan orang yang juga menghendaki batu pusaka itu?"Tiba-tiba Aria Wiraraja tampak terkejut, dia menoleh pada Wirota"Wiro, apa yang kau bawa bersamamu? Pancaran energi dari ben

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-28
  • KSATRIA TIGA JAMAN   Mata Ketiga

    Mereka berdua mengobrol sambil memandang Wirota dengan pandangan iba."Aku mau mengatakannya tapi aku tak tega," ujar tetangganya."Aku juga tidak berani mengatakannya, terlalu mengerikan untuk diceritakan," kata temannya lagi.Seorang Bhiksu tua lewat di depan rumah Wirota, tangannya memegang mangkuk tanah liat, ketika lewat di depan rumah Wirota, tiba-tiba langkahnya terhenti dan menoleh ke halaman. Wajahnya berubah, dia masuk halaman rumah dan menegur Wirota"Amitabha.... Ngger, adakah makanan untukku?"Wirota berhenti mendorong ayunan, namun tindakannya membuat Gendhis tidak suka, Wajahnya berubah ketika melihat seorang bhiksu memasuki halamn rumah."Romo, usir pengemis itu, aku tidak suka dia di sini!" Seru Gendhis dengan marah menunjuk Bhiksu itu.Wirota tertegun, dia tak menyangka Gendhis berbicara kasar terhadap seorang tokoh agama. Walaupun Wirota beragama Hindu, tetapi dia tak ingin anaknya bersikap intoleran."Gendhis, jaga mulutmu kualat kamu mengatai seorang bhiksu sebaga

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-28
  • KSATRIA TIGA JAMAN   Bukan Makanan Manusia

    Dengan lirih Wirota bertanya“Bhiksu, mengapa bisa begitu?”Wirota berbalik memandang rumahnya kembali, rumah itu terlihat asri, bersih dan rapi. Terlihat Larasati sedang menyuapi Gendhis di teras rumahnya. Tetapi ketika dia melihat dari sela-sela kakinya rumah itu terlihat kotor dan tak terawat seolah sudah lama tidak dihuni. Pantas saja ketika dia datang dia hanya menemukan anak dan isterinya saja, sementara para penjaga rumah dan para pelayan sudah tidak ada lagi. Baru sekarang dia menyadarinya, saat dia datang kemarin dia sama sekali tidak menyadari keadaan rumahnya yang sudah berubah karena rasa senangnya bertemu kembali dengan isteri dan anaknya.“Amithaba, isterimu masih belum ikhlas berpisah denganmu, dia tidak sabar menunggu untuk terlahir kembali dan memilih jalan ini agar tetap dapat bersamamu,” kata Bhiksu itu.Tak lama kemudian beberapa orang kampung datang bersama Kepala Desa, setelah memberi hormat pada Bhiksu dan memberikan bekal makanan, Kepala Desa berkata pada Wir

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-02
  • KSATRIA TIGA JAMAN   Dendam

    Wirota tertegun, sampai di sini barulah dia tersadar, Mbok Sinem telah melihat sesuatu yang seharusnya tidak terlihat. Dengan hati-hati Wirota bertanya“Mbok apa yang kau lihat?”Mbok Sinem segera menggandeng tangan Wirota keluar rumah lalu berkata“Jangan makan masakan isterimu, yang kulihat di meja hanyalah daun kering dan cacing. Tadi aku juga melihat Larasati dan anaknya duduk di pojokan. Kondisinya persis sama seperti waktu kami menemukan mereka dulu. Ngger, sebaiknya kau suruh bhiksu itu mendoakan arwahnya agar tidak bergentayangan lagi, Kau juga harus ikhlas menerima kematian mereka agar perjalanan mereka ke alam baka lebih ringan tanpa beban.”Wirota mengangguk dan tersenyum getir“Terimakasih Mbok, tapi biarlah untuk malam ini saja aku ingin tetap begini dulu, besok aku akan meminta bhiksu itu untuk mendoakan mereka.”*****Malam itu Wirota tidur bersama anak dan isterinya, dia tidak ingin tertidur sampai pagi agar dapat tetap menikmati kebersamaan bersama keluarganya. Wirota

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-02

Bab terbaru

  • KSATRIA TIGA JAMAN   Pulang

    Namun sebelum sampai pada sasarannya, tiba-tiba terdengar suara berkelebat dan kesiur angin melewati tubuhnya. Belum sempat Wirota menyadari, seseorang telah menangkis pukulannya. "Wiro, hentikan!" Wirota menoleh, ternyata Mahesa Wagal yang menangkis serangannya. Di belakangnya menyusul Gajah Mada, Gayatri dan Banyak Wungu. "Gusti Wirota, tunggu!" Seru Banyak Wungu. Wirota terkejut melihat kedatangan Banyak Wungu bersama Gajah Mada dan Gayatri. Sebuah pikiran buruk terlintas di benaknya. Jangan-jangan, Majapahit sudah membantai seluruh pasukan Sadeng dan Keta lalu mereka menyandera Banyak Wungu batin Wirota cemas. "Banyak Wungu, apa yang terjadi? Mengapa kamu bisa bersama mereka?"Tanya Wirota. "Gusti Wirota, Gusti Ratu Tribuana telah memerintahkan tabib Majapahit untuk mengobati para prajurit kita yang terluka. Dia mengatakan bahwa dia ingin Gusti Wirota kembali ke Majapahit. Beliau berjanji akan memberi anda jabatan Juru Demung atau Patih di Daha," ujar Banyak Wungu.

  • KSATRIA TIGA JAMAN   mantera

    Ditantang seperti itu membuat darah Wirota seketika mendidih. Tapi dia tak ingin terlihat emosional di depan Ra Kembar. Setelah menghela nafas panjang untuk meredakan amarahnya barulah Wirota menjawab "Siapa takut?! Aku bukan laki-laki pengecut. Baik, kuterima tantanganmu!" Saat itu hari sudah menjelang maghrib,, namun situasi di sekitar gelanggang masih terang benderang bagai di siang hari bolong. Energi batu pusaka dari Gunung Padang yang dibuat menjadi tombak Naga langit begitu kuat dan seolah tak ada habisnya. Cahayanya masih terus berpendar tanpa meredup sedikitpun. Wirota menancapkan pedangnya ke tanah, lalu berjalan mendekati Ra Kembar dan memasang sikap kuda-kuda. Ra Kembar tersenyum, dia sangat yakin akan menang. Sepanjang karirnya sebagai prajurit, Ajian Balung Ireng tak pernah gagal membunuh musuhnya hanya dalam satu dua jurus Ra Kembar berjalan mendekati Wirota, kini mereka sudah berdiri berhadapan siap bertarung. Ra Kembar mengatupkan kedua tangannya di dep

  • KSATRIA TIGA JAMAN   Perebutan Tombak Naga Langit

    Suara derap kaki kuda di belakangnya semakin dekat. Siapa itu, mungkinkah Lembu Peteng, Ikal-ikalan Bang atau Jabung Taraweskah? Hanya mereka yang tahu jalur yang kulewati ini, batin Ra Kembar. Hatinya mulai tenang merasa ada yang menemani. Ra Kembar sengaja mengambil jalur yang berbeda, sebuah jalur tersembunyi, bukan jalan yang biasa dilewati para prajurit Majapahit untuk pulang menuju Trowulan. Jalur itu jalannya lebih sempit dan melewati hutan belantara. Ra Kembar menoleh, dilihatnya ada seorang penunggang kuda mengejarnya. Terkesiap Ra Kembar ketika melihat penunggangnya, dari pakaian dan wajahnya dia dapat mengenali penunggang kuda yang mengejarnya adalah Wirota. "Sial, gara-gara harus membebaskan diri dari totokan Resi tua tadi, waktuku terbuang di pondok itu. Sekarang Wirota sudah menemukanku. Aku lupa dia juga tahu jalur ini ketika melarikan diri bersama Prabu Wijaya ke Madura," gerutu Ra Kembar. Ra Kembar kembali memacu kudanya. Tiba-tiba terdengar suara kelebatan d

  • KSATRIA TIGA JAMAN   kembali

    RA Kembar terkejut, ketika menoleh dilihatnya seorang bhiksuni berdiri di belakangnya "Siapa kamu? Tak usah ikut campur, sebaiknya kamu pergi bertapa saja. Tempat ini bukan untuk wanita sepertimu!" Ra Kembar ternyata tidak mengenali sosok Gayatri yang kini menjadi bhiksuni. Beberapa prajurit Araraman yang berjaga di tepi hutan segera menghadang Gayatri melindungi Ra Kembar. Gayatri mendengus marah "Aku akan pergi jika tombak itu kamu kembalikan pada pemiliknya! Usai berkata Gayatri berkelebat dengan cepat melompati para prajurit yang menghadangnya lalu mencoba merebut tombak. Ra Kembar panik, tangan kanannya masih kebas karena totokan Mahesa Wagal. Membuatnya tak bebas bergerak. Tetapi dia masih sempat menghindar sehingga Gayatri gagal merebut tombak. "Siapa kamu? Beraninya kamu melawanku.Baiklah aku akan membuatmu seperti para bhiksu di Kasogatan Bajraka!" "Prajurit, bereskan dia!" perintah Ra Kembar. Spontan para prajurit Araraman segera mengeroyok Gayatri. Terpaksa

  • KSATRIA TIGA JAMAN   Rencana Ra Kembar

    Mahesa Wagal dan Gajah Mada terkejut karena hal ini jauh di luar rencana mereka. "Mada, siapa yang mengacaukan pertemuan ini?" Tanya Mahesa Wagal. Gajah Mada menggeleng, dia juga bingung melihat kejadian yang berlangsung di depannya. Mendadak Wirota menarik tubuh Gajah Mada dan mulai memukulinya. Sontak Gajah Mada berusaha menghindar dan membela diri. Wirota terus menerjang, sehingga pertarungan keduanya berlangsung sengit, namun Gajah Mada tidak pernah membalas serangan Wirota, hanya menghindar saja. Hal ini membuat Wirota semakin gusar, "Ayolah Mada, jangan jadi pengecut! Lawan aku, jangan hanya menghindar saja!" "Paman Wirota, sabar dulu...kami tidak tahu tentang serangan ini. Gusti Ratu tidak pernah memerintahkan penyerangan ini!" Seru Gajah Mada sambil berusaha menghindari serangan Wirota. "Bohong...jangan harap aku akan percaya pada kalian!" Wirota kembali menyabetkan pedang ke.leher Gajah Mada. Wirota yang sudah terlanjur marah, tangannya bergerak mencabut pedang Na

  • KSATRIA TIGA JAMAN   Sahabat Lama

    "Aneh. tak biasanya mereka begini. Baiklah, aku akan menemui mereka," kata Wirota. Setibanya di tepi hutan, Wirota terkejut ketika mendapati tamunya ternyata adalah Gajah Mada dan seorang lelaki tua berpakaian seperti seorang Resi/ pertapa yang berjalan tertatih dengan tongkat. Mereka berdua memberi salam setelah itu Gajah Mada berkata "Paman, saya mengantar Paman Mahesa Wagal kemari karena dia sangat ingin bertemu dengan anda. Kemarin dia mendatangi kemah kami dan minta diajak menemui anda." Wirota tampak terkejut, tak disangkanya Resi tua yang berjalan terpincang itu adalah rekannya di masa masih berjuang melawan pemberontakan Jayakatwang. Mahesa Wagal adalah seniornya di masa mereka masih berdinas di Singasari. Ah, waktu sudah lama berlalu, Mahesa Wagal sekarang hanyalah seorang lelaki tua yang sakit-sakitan, batin Wirota. Namun Wirota tak mau memperlakukan Mahesa Wagal layaknya seorang sahabat lama. Di mata Wirota siapapun yang bekerjasama dengan Majapahit adalah musuh.

  • KSATRIA TIGA JAMAN   Kunjungan Tak Terduga

    Suara langkah kaki itu berhenti. Wirota berkelebat menghampiri asal suara. Dalam keremangan sinar bulan dia melihat satu sosok yang sangat dikenalnya. Gayatri, bagaimana dia bisa tahu aku ada di sini? pikir Wirota. Masa muda telah berlalu, namun Gayatri masih tetap memberikan atensi kepadanya, berada di sisinya di saat dia memerlukan teman. Di lubuk hatinya yang paling dalam, sesungguhnya dulu Wirota juga tertarik kepada Gayatri. Namun dia cukup tahu diri dan tak ingin menyakiti hati sahabatnya Dyah Wijaya walaupun di saat itu Gayatri selalu mencoba menarik perhatiannya. Mendadak Wirota salah tingkah, dadanya berdebar, tapi dia tak ingin Gayatri mengetahui apa yang sedang dirasakannya. Maka dia berusaha bersikap wajar dengan bertanya "Banthe? Bagaimana anda bisa tahu saya berada di sini?" Gayatri hanya tersenyum dan menjawab "Wirota, hutan bagaikan rumahku. Aku sudah tiga bulan bertapa di sekitar hutan ini, dan aku juga sudah melihat peperangan kalian." Ah. Gayatri. aku

  • KSATRIA TIGA JAMAN   Senjata Pamungkas

    "Siapa kamu dan mengapa kamu ada di sini?" gertak Banyak Wungu. "Ssa...saya penduduk di sini, Eeeh...saya mencari kucing saya yang lari ke sini, " jawab orang itu ketakutan. Banyak Wungu mengamati orang itu dengan seksama lalu bertanya lagi "Bukankah para penduduk yang masih ada di sini seharusnya beristirahat karena besok dini hari kalian sudah harus pergi dari sini!" Orang itu tampaknya sudah terlalu lemas dan sulit berkata-kata lagi. mungkin karena seluruh wajahnya sudah bengkak sehingga untuk bicarapun terasa sakit. "Baiklah, mungkin kamu perlu sedikit disiksa supaya mau bicara!" Banyak Wungu mengeluarkan sebilah pisau, bersiap mengiris kulit tawanannnya. Tiba-tiba Wirota mendengar suara kelebatan di balik pepohonan di antara para prajurit yang berkerumun. Sejurus kemudian, dia merasakan desir angin tipis melaju di depannya. Begitu samar sehingga hanya orang yang berilmu kanuragan tingkat tinggi saja yang bisa merasakannya. Mendadak Wirota menyadari sesuatu, tapi ter

  • KSATRIA TIGA JAMAN   Telik Sandi Majapahit

    Seketika Ra Kembar tersentak. Dia seolah mendapatkan energi baru."Blaaar...blaar...blaaar!"Suara ledakan dari hulu meriam rampasan dari pasukan Mongol, menembakan pelurunya ke arah dinding benteng. Setelah beberapa kali menembakan peluru meriam, benteng batu bata setinggi 10 meter itupun tak lama kemudian roboh. Beberapa prajurit yang berdiri di dekat tembok benteng seketika tertimbun reruntuhan batu tembok.Terdengar teriakan pasukan Majapahit menyerbu kota. Ra Kembar dengan semangat baru menghajar pasukan Tigangjuru yang mencoba mendekatinya dengan cambuknya. Beberapa prajurit Tigangjuru yang terkena sabetan cambuknya yang berujung pisau tajam terlempar dengan luka-luka di sekujur tubuh mereka. ujung-ujung pisau itu telah dilumuri ramuan racun. Sehingga dalam sekejap para prajurit itu sekarat dan gugur."Ha ha ha ha sekarang kalian sudah terkepung seperti tikus sawah yang digropyok petani!" Ra Kembar berseru sambil menyabetkan cambuknya ke segala arah.Celaka, mereka membawa meria

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status